Beranda / Romansa / My Secret Wife / Bab 4 Hitam di Atas Putih

Share

Bab 4 Hitam di Atas Putih

Penulis: Aira Aiza
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-31 00:52:14

"Tak perlu ada hitam untuk menorehkan penjanjian. Cukup ikrar yang mampu menggetarkan hati. Itulah laki-laki sejati."

~Aera~

🌺🌺🌺

Ketegangan begitu kentara di ruangan yang didominasi warna putih dan abu-abu. Sepertinya bernapas pun harus hati-hati karena mendapat tatapan aneh dari Pak Arya--Papa mertua Aruna. Belum lagi Bu Ningrum yang tersenyum mencurigakan, menjadi pelengkap kegundahan hati.

"Ayo, Pa! Sekarang saja." Bu Ningrum menepuk tangan suaminya, memberi isyarat entah untuk apa.

Pak Arya mengangguk, dia menghela napas panjang. Tangannya merogoh sesuatu dari dalam tas kerja. Mata Aruna membulat sempurna saat Pak Arya memberikan kertas di depannya dan Arsen.

"Apa ini, Pa?" Pertanyaan sama diajukan Arsen. Alis tebalnya saling bertautan.

Pak Arya dan Bu Ningrum malah saling pandang, mereka seolah berkomunikasi lewat netra. Tingkah mereka malah membuat Aruna semakin gulana. Takut jika hal buruk akan terjadi setelah ini.

"Jadi, Begini, Sen. Em, kalian masih SMA. Butuh beberapa bulan lagi untuk lulus. Mengingat masa depan kalian, jadi kami membuat surat perjanjian untuk kalian. Terutama kamu, Sen," tutur Pak Arya membuka percakapan.

Aruna diam, mencoba mendengarkan semua penuturan mertuanya. Akan tetapi, berbeda dengan Arsen. Dia malah berdecak kesal dan malas mendengarkan.

"Kalau tahu kami belum lulus, kenapa malah dipaksa nikah, Pa?" protes Arsen, menyela.

Bu Ningrum memelototi Arsen, sukses membuat anak itu terdiam. 

Lalu, Pak Arya kembali menjelaskan alasan memberikan surat perjanjian. Demi melindungi Aruna, katanya.

Semua poin-poin disebutkan dengan terperinci. Dari mulai larangan Arsen menyentuh Aruna sebelum genap 18 tahun sampai hal remeh-temeh lainnnya.

"Undang-undang pernikahan sudah berbeda dari tahun-tahun lalu. Maka dari itu, kami sengaja menikahkan kalian tanpa undangan. Yang penting, kalian sudah sah secara agama," ungkap Pak Arya, membuat Aruna paham dengan pernikahan mereka kemarin lusa.

Ya, mereka menikah hanya dihadiri kerabat Aruna dan keluarga Arsen. Karena ayahnya Aruna anak tunggal dan tak ada yang bisa dijadikan wali, maka Aruna menggunakan wali hakim. Tidak ada resepsi atau pesta, cukup ijab kabul dan makan-makan saja.

Aruna tak pernah mempermasalahkan itu. Toh, rumah tangga yang sebenarnya adalah saat hari pernikahan usai. 

"Kalian akan mendaftar pernikahan di KUA kalau sudah berusia cukup. Saat Arsen usai 20 tahun dan kamu 19 tahun, Aruna. Enggak apa-apa, 'kan?" tanya Pak Arya pada menantunya.

Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Tak ada yang perlu ditolak dari surat perjanjian itu. Karena, semua memang untuk kebaikan Aruna dan Arsen.

Arsen berdecih melihat Aruna. Dia lalu merubah posisi duduk, berhadapan dengan istrinya.

"Elah, elu mah seneng. Menang banyak, lah gue rugi dong! Masa gue kudu kasih elu jajan. Lah, gue aja belum kerja," cerocosnya tak terima.

Memang benar, ada poin di mana Arsen harus memberi Aruna nafkah berupa uang jajan. 

Aku? Tentu saja bersorak hore. Kalau dia? Peduli amat.

"Itu mulut dijaga. Kenapa manggil Aruna dengan sebutan gue-elu. Enggak sopan, Arsen!" Bu Ningrum menimpali, bertambah senang hati Aruna.

Aruna dan Pak Arya terkekeh. Entah harus senang atau sedih dengan surat perjanjian itu. Untuk saat ini, gadis itu akan melakukan yang terbaik demi kehidupan selanjutnya.

"Ingat, Sen! Jangan menyentuh Aruna sebelum waktunya!" seru Bu Ningrum seraya mengangkat telunjuk.

Arsen membuang napas kasar, dia bangkit dan hendak meninggalkan pembicaraan yang belum usai.

"Mau ke mana?" Bu Ningrum menghentikan langkah Arsen.

"Mandi, Ma," jawab Arsen kembali melangkah.

Bu Ningrum meracau, kesal. Sedangkan Pak Arya malah menertawakan istrinya. Aruna lebih memilih memandangi punggung Arsen yang menjauh. 

Banyak pertanyaan tentangnya, tapi bukan sekarang saat yang tepat untuk Aruna pertanyakan. Jika waktunya tiba, gadis itu akan menagih semua jawaban atas pertanyaannya hari ini. Pasti.

***

Arsen melirik diam-diam, saat Aruna menoleh padanya, dia justru membuang muka. Aruna hanya mengedikkan bahu, tak peduli dengan tingkahnya. Pekerjaan si gadis lebih penting daripada mengamati aksi konyol laki-laki itu.

"Heh, cewek bar-bar. Bisa bicara sebentar?" Dia bangkit dan berjalan ke arah Aruna yang sedang membereskan barang-barang untuk pindah kamar.

Pisah kamar adalah perjanjian tertulis yang Pak Arya buat. Mereka diperbolehkan satu ranjang jika sudah lulus SMA. Sebenarnya, perjanjian itu lebih menguntungkan Aruna dibanding Arsen. Laki-laki itu justru harus bertanggujawab penuh atas istrinya.

"Kita perlu bicara sebelum gue tanda tangani surat perjanjian yang Papa buat," ujarnya sukses membuat Aruna terdiam.

Gadis itu hentikan aktivitas dan berdiri berhadapan dengannya. Surat perjanjian tadi belum sepenuhnya sah karena tidak ada tanda tangan Arsen. Dia malah berlalu di saat pembicaraan masih mengantung.

"Apa yang ingin kamu katakan?" tanya Aruna, akhirnya memberi ruang untuk Arsen.

Dia memberi isyarat agar Aruna mengikutinya untuk duduk di sofa. Dia duduk memberi jarak, dan Aruna pun memang tidak mau berdekatan dengannya. Jadilah mereka saling duduk di ujung sofa.

"Gue akan tanda tangan surat perjanjian dari Papa dengan syarat," ucapnya langsung tanpa basa-basi.

Wajahnya tampak serius, tidak ada sorot ragu dari matanya. Kali ini jantung Aruna berdetak tak menentu. Entah takut atau kaget mendapati ekspresi Arsen, yang pasti Aruna tak tenang.

"Gimana?" tanyanya, seperti tengah bernegosiasi.

"Apa syaratnya?" Gemetar pertanyaan itu dilontarkan. 

Dia menyeringai sembari menaikkan sebelah alis. Itu membuat Aruna semakin meradang, mungkinkah Arsen akan berbuat macam-macam dengan menggunakan alasan surat perjanjian? Entahlah, Aruna berharap itu hanya kekhawatiran saja.

"Karena gue harus kasih lu uang saku dan segala macam tanggung jawab yang tertulis di surat perjanjiaan. Jadi, gue mau lu juga tunaikan tugas sebagai seorang istri, gimana?" 

Susah payah Aruna menelan ludah, berharap mampu membasahi tenggorokan yang kering akibat terdiam dengan mulut sedikit menganga. Firasatnya tidak baik, terlebih wajah Arsen berubah menyebalkan. Seringainya kembali lagi.

"Ma-maksudnya apa?" Kata-kata Aruna seolah tercekat di kerongkongan.

Sialnya, Arsen malah menatapnya aneh. Tanpa diduga dia beringsut mendekati Aruna, semakin dekat dan semakit dekat. Aruna tak bisa beringsut, karena posisinya di pojok sofa.

Saat tinggal satu jengkal mendekat, Aruna segera berdiri. Akan tetapi, tangannya lebih gesit menarik Aruna. Suara pekikkan keluar dari mulut itu, dia memaksa Aruna duduk berhadapan dengannya, hampir tak berjarak.

"A-apa yang sedang kamu lakukan?" cicit Aruna.

Sial! Suaraku malah mirip kucing terjepit. 

Embusan napasnya bisa didengar dengan jelas. Lalu, tiba-tiba suara tawa menggema di ruangan itu. Dia langsung mundur dari hadapan Aruna. 

"Hahaha, lucu liat muka lu!" serunya di sela tawa.

Pipi Aruna terasa terbakar, bahkan sekarang berubah warna. 

Dasar sengklek! Dia mengerjaiku.

"Apaan sih?" Aruna kesal, bergegas bangkit dan menyelesaikan pekerjaannya.

"Eh, cewek bar-bar diam dulu! Gue belum selesai ngomong!" serunya, kembali menarik Aruna untuk duduk.

Gadis itu terpaksa duduk, tidak mau membuat masalah baru. Dia lalu mulai berbicara serius tentang keinginannya terhadap diri Aruna. Dengan jeli, gadis itu mendengarkan. 

Walaupun ada beberapa yang memberatkannya, tapi syarat dari Arsen masih bisa diterima. Kata sepakat mereka ikrarkan, karena yang perlu Aruna lakukan adalah hal-hal lumrah seperti yang dilakukan seorang istri pada umumnya, kecuali masalah ranjang. Itu masih jauh dari angan, tak tersentuh oleh pikirannya saat ini.

"Satu lagi, jangan ikut campur urusan gue. Terutama masalah pribadi. Lu juga bebas melakukan apa saja. Kita masing-masing," ujarnya menutup pembicaraan tentang syarat yang dia ajukan.

Aruna hanya mengangguk, tak ada yang perlu disanggah. Lagipula, untuk saat ini belajar lebih penting dibanding masalah asmara sesaat masa SMA. 

Semoga keputusanku benar untuk menyetujui syarat yang Arsen buat.

‘Siapkan diri lu, Cewek bar-bar!’ seru Arsen dalam hati sembari menyeringai.

***

Bu Ningrum tersenyum dengan mata berbinar. Dia mengusap-usap kertas perjanjian yang baru saja ditandatangani oleh Arsen. Reaksi Ibu mertua Aruna luar biasa.

"Ck, dikira kertas itu barang berharga. Kenapa sampai segitunya sih, Ma?" protes Arsen seraya menyalakan TV.

Bu Ningrum mendelik dan mencibir pada anaknya. Lagi, Aruna dibuat geli melihat tinggah dua orang di depannya

"Sayang, kalau Arsen nakal, jangan sungkan buat marahi dia. Kalau perlu getok aja kepalanya," ucap Bu Ningrum.

Aruna tersenyum, sedangkan Arsen bermuka masam. Sudah dipastikan kesal karena ucapan sang ibu. 

"Sebenarnya yang anak kandung itu aku atau si cewek bar-bar?" gerutu Arsen, matanya malah fokus pada siaran sepak bola yang baru saja dimulai.

Bu Ningrum tiba-tiba menarik telinga Arsen, sukses membuat si empunya mengaduh.

"Ngomong apa tadi? Coba diulang? Mulutmu perlu dimasukkan ke kelas les tatakrama, hah!" Bu Ningrum mengomel dengan kecepatan maksimal.

Arsen hanya mengaduh dan meminta ampun. Aruna? Tentu menikamatinya dengan senang hati. Bukankah balasan itu nyata? Tanpa perlu menyentuh, Arsen sudah menerima akibatnya.

"Ampun, Ma. Sakit! Iya, Arsen akan jaga ucapannya. Ampun." Arsen terus meracau dengan tangan yang memegangi telinga.

Setelah puas memarahi Arsen, Bu Ningrum merebut paksa remot TV. Arsen hendak mengambil kembali, tapi diurungkan saat ibunya memberi peringatan lewat pelototan.

"Sini, Nak! Kita nonton film Lee Min Ho," ajak Bu Ningrum seraya menepuk-nepuk sofa kosong di sebelah kirinya.

Tanpa pikir panjang, Aruna menghampiri Bu Ningrum, melewati Arsen dengan menjulurkan lidah sebagai tanpa ejekan. Wajah Arsen memerah, otot rahangnya mengeras. Jelas marah karena Bu Ningrum malah membela Aruna.

"Awas lu!" ancamnya dan berlalu meninggalkan mereka.

Aruna tak perduli. Selama masih ada Ibu mertua, posisinya aman di sini. Egois? Biarlah, toh syarat yang diajukan Arsen pun terkesan egois. Mereka imbang.


Bab terkait

  • My Secret Wife   Bab 5 Saling Balas

    "Aku benci karena kau yang menaburnya. Tapi, iba masih setia hadir di sanubari. Lalu, jika rasa lain tumbuh, siapa yang salah?"~Aruna Ardhani~🌺🌺🌺Matahari masih malu menampakkan cahaya. Bulan sabit yang mulai memudar pun setia menggantung di cakrawala pagi. Jangan lupakan dengan sepoi angin mengusik ketenangan dari sela ventilasi udara.Baru pukul 04.00, tapi Aruna harus berurusan dengan setumpuk pakaian yang Arsen beri. Entah apa tujuannya? Pagi buta menggedor pintu kamar hanya untuk menyuruh Aruna setrika baju."Nah, elu kan udah jadi istri gue. Jadi, noh baju-baju gue setrikain. Hari Senin gini harus rapi, kan?" Arsen berkacak pinggang seraya menunjuk-nunjuk pakaian putih-abu yang akan dikenakan olehnya."Tapi, ini masih terlalu pagi untuk setrika, Sen," rutuk Aruna sembari melirik ja

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • My Secret Wife   Bab 6 Tragedi

    "Aku pikir, kau melakukannya karena itu hakmu. Tapi, aku salah. Kau menorehkan luka amat dalam dengan dalih balas dendam. Brengsek!"~Aruna Ardhani~🌹🌹🌹Suara bel tanda satu jam mata pelajaran berakhir. Masih dengan guru Bahasa Indonesia, memberikan pelajaran tentang membuat berita tertulis untuk dijadikan tugas. Bersamaan dengan itu, Arsen masuk.Wajahnya masih merah, hasil dari berjemur di lapangan terbuka. Saat dia masuk dan melewati Aruna, matanya melirik tajam. Berhasil menggetarkan sesuatu di dalam sana.Dia duduk di belakang bangku Aruna dan berbisik pelan. "Awas lu! Tunggu pembalasan gue!" ancamnya dengan suara mendesis.Gadis itu menelan ludah dengan susah payah. Semakin gentar keberanian yang sebelumnya sempat berdiri kokoh di batas hati. Aruna tak menoleh atau membalas

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-15
  • My Secret Wife   Bab 7 Berubah

    “Kupikir ini benci, ternyata awal dari perasaan yang tersembunyi.”~Arsen Ganendra~🍓🍓🍓Arsen membuka pintu seraya bersenandung. Dia bahkan bersiul saat melewati Mbok Nah yang sedang menyapu ruang keluarga.“Den, sendiri?” tanya Mbok Nah, polos.Arsen menghentikan langkah dengan alis yang terangkat sebelah. “Iya, Mbok. Kenapa? Emang sama siapa lagi?” ujar Arsen dengan enteng.Mbok Nah tersenyum kikuk. Dia enggak ikut campur, tapi kekhawatirannya pada Aruna membuatnya buka suara.“Non Aruna, Den,” ucap Mbok Nah singkat.Seketika wajah Arsen berubah.Lengkungan senyum menghiasi wajahnya. “Oh, cewek bar-bar itu. Mungkin dia lagi pingsan berdiri, Mbok. Arsen naik dulu, ya.&rd

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • My Secret Wife   Bab 8 Mengalah untuk Kebaikan

    “Kenapa kau mengalah? Berontaklah! Agar rasa ini tak tumbuh semakin mengakar.”~Arsen Ganendra~🍓🍓🍓Malam telah larut, tapi Aruna tak jua memejamkan mata. Pikirannya di penuhi tiga kejadian. Namun, yang paling mengganggu pikiran adalah permintaan Bu Ningrum.“Mama mohon, terus dampingi Arsen. Jika bisa rubah dia, tapi kalau Aruna tak mampu setidaknya jangan tinggalkan dia. Mama tidak mau melihat Arsen lebih buruk dari ini,” pinta Bu Ningrum menutup obrolan di meja makan kala itu.“Ta-tapi, bagaimana jika Kari—““Kamu harus tetap di sampingnya. Harus, Aruna. Hanya itu yang Mama minta. Mama mohon.” Semakin erat genggaman tangan Bu Ningrum pada Aruna.Entah apa yang mendorong Aruna untuk menyetujui permintaan sulit yang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • My Secret Wife   Bab 9 Memberi Batas

    “Harusnya aku memberi batas agar kau tak semena-mena memorak-porandakan perasaan yang tengah kususun dengan susah payah. Nyatanya, aku terlalu lemah untuk memberontak.”~Aruna Ardhani~🌹🌹🌹Aruna menunduk dalam saat Arsen terus menatapnya tajam. Jam istirahat masih ada, dan kelas masih kosong. Ini dijadikan kesempatan untuk Arsen berbicara pada Aruna.“Lu kenal dia di mana?” tanya Arsen akhirnya bersuara.Aruna bungkam. Dia bingung harus berkata jujur atau bohong. Pasti akan ada dampak untuk dirinya.“Aruna, jawab!” seru Arsen sembari menggebrak meja.Aruna langsung mendongak, menatap mata Arsen yang masih diliputi emosi.“Di jalan,” jawab Aruna kembali menunduk.Arsen mengernyit bing

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-18
  • My Secret Wife   Bab 10 Mistake

    “Harusnya kudengarkan kata hati, tapi terlalu egois karena emosi. Aku menyesal.” ~Aruna Ardhani~ 🌹🌹🌹 “Please, Na. Kali ini aja mau, ya. Gue mau ngomong sesuatu sama elu,” ujar Ahtar memohon. Seperti biasa, Aruna tengah menunggu ojol dan ditemani oleh Ahtar. Sudah beberapa hari Aruna merasa tak nyaman dengan permintaan Ahtar. Namun, kali ini laki-laki itu begitu memelas, membuat Aruna ragu mengambil keputusan. “Em, emang mau ke mana? Aku enggak bisa lama, soalnya orang rumah udah pada nunggu,” ucap Aruna beralasan. Ahtar tampak berbinar mendengar ucapan Aruna. Gadis itu memberi lampu kuning untuknya. Dia hanya perlu meyakinkan Aruna agar mau ikut dengannya. “Kita cuma makan dan nongkrong di kafe. Enggak lama kok.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • My Secret Wife   Bab 11 Semakin Dekat

    “Semakin aku menganalmu, ada kenyamanan yang aku dapatkan. Tetaplah di sini bersamaku, merajut asa hingga ujung usia.”~Arsen Ganendra~🍓🍓🍓Semenjak kejadian itu, Arsen semakin dekat dengan Aruna. Bahkan, Aruna wajib pulang dan berangkat ke sekolah bersama suaminya. Alasannya khawatir jika terjadi hal buruk seperti tempo hari, padahal itu hanya alasan Arsen saja. Perubahan pada diri Arsen semakin jelas terlihat. Laki-laki itu jarang merokok lagi, pakainya juga semakin rapi karena Aruna terus mengomel jika ke sekolah dengan baju yang dikeluarkan.Apalagi masa-masa mengahadapi ujian nasional semakin dekat, Arsen pun lebih menepel lagi pada Aruna. Sesekali mereka belajar bersama dengan Vando, Ali, juga Hara.Kedekatan kedua insan itu membuat tiga orang temannya curiga akan hubungan yang terjalin di antara mereka.Se

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03
  • My Secret Wife   Bab 12 Meyakinkan Perasaan

    “Awalnya, aku dan kamu bukan siapa-siapa. Tetapi, kelembutanmu mampu meluluhkan hati dan mendobrak ego. Saat kenyamanan sudah bersemayam, kala itulah perasaan aneh muncul. Namun, keraguanku menahan ucap.~Arsen Ganendra~***Hari ini adalah hari yang akan menentukan masa depan semua siswa tingkat SMA. Ujian nasional yang menjadi penentu kelulusan atau tidaknya proses belajar mereka selama tiga tahun. Mungkin terdengar tak adil, tapi inilah sistem pendidikan. Nilai menjadi tolak ukur kualitas siswa.Arsen benar-benar malas menghadapi ujian nasional. Namun, tidak ada pilihan lain. Dia harus belajar dan mengerjakan soal-soal itu. Untunglah, dia sempat belajar dengan Aruna. Setidaknya, Arsen punya persiapan untuk mengerjakan soal-soal UN.“Sen, gue jiper,” ucap Ali sesaat sebelum ujian di mulai.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-03

Bab terbaru

  • My Secret Wife   Bab 34 Masih Mencari

    "Kenapa rindu ini begitu menyiksa? Setelah kutahu jejakmu, dalam sekejap kau menjauh entah ke mana. Kembalilah, Aruna."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺"Jadi ....""Iya, Neng. Waktu Nenek wafat, ada sepasang suami istri yang seumuran sama bapaknya Neng. Mereka bilang mau ambil hak asuh Neng Aruna dan menikahkan dengan anak lelakinya," terang Agus.Agus adalah orang yang sudah lama bekerja dengan ayahnya Aruna. Setelah kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Aruna, Agus pun kembali ke kampung halamannya, yaitu tempat neneknya Aruna tinggal.Bu Ningsih tampak mendengarkan dengan santai. Tetangga Aruna itu memang tak berniat untuk ikut campur masalah pribadi. Tetapi, dia juga ingin agar Aruna bisa paham situasi di tempat baru."Nah, Aruna. Jadi, kalau kamu mau tinggal lagi di sini, kamu lapor saja sama aparat desa. Mereka juga pasti paham kalau kamu sudah menikah. Oh iya, di mana suamimu?" tanya Bu Ningsih membuat dada Aruna tiba-tiba sesak.Gadis itu menatap Bu Ningsih dan Agus bergantian. Enta

  • My Secret Wife   Bab 33 Jejak Aruna

    "Ternyata, Tuhan masih memberiku kesempatan untuk bisa menebus semuanya. Aku menemukan jejakmu. Tunggulah dan jangan pergi lagi."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Bandara Internasional Soekarno HattaHiruk pikuk tempat itu masih sama seperti beberapa waktu yang lalu, saat dia pergi untuk meninggalkan kenangan buruk di kota ini. Namun, dia terpaksa harus kembali ke sana karena keadaan.Mata indah Aruna berkaca-kaca. Sesak rasanya harus kembali menyelami kehidupan yang ingin sekali ditinggalkan. Hanya saja, dia tidak tahu harus pergi ke mana selain pulang ke negeri asalnya.Dengan berat hati, Aruna melangkahkah kaki meninggalkan bandara. Dia tidak tahu harus ke mana. Tidak mungkin juga Aruna pulang ke rumah Arya. Dia masih punya muka untuk sekedar bertatap muka. Apalagi keadaannya sekarang tengah berbadan dua. Bisa saja, Arsen sudah menikah dengan Karisa. Jadi, dia tidak sekalipun terlintas kembali ke rumah megah itu.Sebelum memutuskan ke mana dia akan pergi, Aruna memilih mengunjungi makan ke

  • My Secret Wife   Bab 32 Kepiluan Aruna

    "Setelah kesakitan yang kau beri, kini hadir sebuah anugerah, tapi memilukan hidupku. Aku harus bagaimana?"•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺"Positif," gumam Aruna dengan tangan bergetar.Tubuh gadis itu luruh, bersandar pada dinding kamar mandi. Dunianya seketika runtuh. Saat keadaan mulai membaik sesuai keinginan, kenyataan ini membuat mimpinya benar-benar hancur.Air mata terus membanjiri pipi putihnya. Benda persegi panjang yang digenggamnya dengan jelas menampilkan garis dua. Dia hamil. Ribuan jarum serasa menembus dada, Aruna lemah dan terpuruk. Dia tahu, ini hal yang wajar. Tetapi, semua hasil dari kesalahan.Bukan, ini bukan anak haram. Tetapi, Aruna belum siap menghadapi semuanya. Luka yang diberikan Arsen masih basah dan menganga. Lantas, ada malaikat tak berdosa hadir di antara mereka. Dia harus bagaimana?Malam itu, villa menjadi saksi akan tangisan dan kepiluan Aruna. Dia menunaikkan kewajiban seorang istri dengan paksaan dan tuduhan yang menjatuhkan dirinya. Bukan mereguk manisny

  • My Secret Wife   Bab 31 Cara Mencari Aruna

    "Akan aku lakukan apa pun asalkan bisa menemukanmu. Hukum aku seberat apa pun, tapi jangan menyiksaku dengan cara menghilang. Aku tak sanggup."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺"Ini." Ningrum memberikan sebuah tas berisi berkas penting almarhum anak sulungnya.Arsen menatap bingung sambil sesekali melirik ibunya."Ini apa, Ma?""Aset atas nama kakakmu," jawab Ningrum membuat Arsen tersentak."Aset? Maksud Mama?"Ningrum berjalan menuju kasur dan duduk dengan lemah. Matanya yang berair tak dapat dibendung lagi."Papamu sengaja memberikan aset itu agar kakakmu bisa belajar berbisnis. Mungkin, Karisa sengaja mendekati kakakmu untuk ini. Jatmiko benar-benar menginginkan kehacuran keluarga kita, Nak. Termasuk menguras harta melalui kalian. Namun, kakakmu meninggal. Kami ... awalnya akan membalik nama atas namamu. Tetapi, setelah dipikir, kami takut kejadian sama yang menimpa kakakmu, menimpa pula pada kamu. Jadi, kami simpan ini baik-baik sampai sekarang."Arsen mendengarkan penjelasan Ningrum semb

  • My Secret Wife   Bab 30 Rahasia Ningrum

    "Kalau kutahu pengorbananmu sebesar itu, tak kan terbesit menyakiti walau itu dalam mimpi. Maafkan aku."•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Bangi, Selangor, Malaysia.Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM)Mata Aruna menatap takjup pada pemandangan di balik gerbang kampus ternama di negeri jiran. Ya, tempat barunya untuk memulai hidup baru.Pemandangan yang indah dari balik gerbang dengan gedung-gedung tinggi membuatnya terus berucap takjup. Jangan lupakan hamparan hijau di sekelilingnya, memanjakan mata dan menyegarkan pikiran.Untuk sesaat Aruna melupakan masalahnya. Dia seperti menemukan tempat persembunyian yang aman dan nyaman. Tidak ada yang tahu jika dia berapa di sini, karena Aruna mendapatkan kesempatan ini pun tanpa diduga.Siapa sangka, keisengannya mengukuti tes beasiswa yang disediakan oleh lembaga pemerintah mengantarkannya ke tempat asing itu. Persis seminggu sebelum ujian nasional, Aruna mengikutinya secara online.Mungkin ini yang dinamakan takdir. Ketidaksengajaannya membuat dia

  • My Secret Wife   Bab 29 Terusir

    "Kenapa rasa itu hadir setelah kau menghilang? Lalu, apa yang harus kulakukan untuk mendapatkanmu kembali?"•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Ningrum bergetar membaca surat dari Aruna. Bersamaan dengan itu luruh pula air mata. Dadanya terasa sesak, sampai tak bisa mengeluarkan sepatah kata pun."Kapan Aruna pergi, Mbok?" tanya Arya sembari mengusap pundak istrinya."Setengah jam yang lalu, Tuan," jawab Mbok Nah dengan wajah sedih.Arya mengembuskan napas dalam, lalu menuntun istrinya untuk duduk. Pasti Ningrum syok mendengar kabar ini."Lalu, Arsen?"Mbok Nah tampak bingung untuk menjawab, terlihat dari raut wajahnya. "Anu, Tuan. Itu, si Mbok juga gak tahu. Soalnya, pas si Mbok tanya keberadaan Den Arsen, Non Aruna hanya diam."Ningrum langsung mendongak mendengar keterangan ARTnya. Firasatnya buruk."Ini pasti ulah Arsen, Pa. Mana mungkin Aruna pulang ke sini tanpa Arsen kalau tidak ada masalah di antara mereka," tebak Ningrum, membuat Arya berpikir sejenak."Bukannya mereka liburan 3 hari,

  • My Secret Wife   Bab 28 Aruna Menghilang

    "Aku bodoh telah terpedaya masa lalu. Saat kebenaran terungkap, saat itu juga aku kehilanganmu. Bisakah kau kembali dan memberiku kesempatan lagi?"•Arsen Ganendra•🌺🌺🌺Laki-laki berkacamata dengan rahang tegas itu mengernyit sambil menatap Hara yang tampak ketakutan. Pasalnya dia mencari Aruna, karena sedari acara jalan-jalan tak melihat sosok itu. Dia membuka lebih lebar pintu kamar, dan berjalan ke hadapan Hara.Mata elangnya menelusuri sudut kamar dan jatuh tepat di lemari yang tebuka."Kenapa lemarinya kosong?" tanya laki-laki yang tidak lain Wildan itu.Mata Hara meredup dengan raut wajah bingung. Dia meremas bajunya, entah harus berkata apa. Yang ditakutkannya adalah jika dia disalahkan. Sedangkan, sejauh yang Hara tahu, Wildan memberikan perhatian lebih pada temannnya itu."A-anu, aku gak tahu, Kak. Aku juga lagi cari Aruna. Dan, lemarinya ...." Hara menggantungkan cerita sambil melirik lemari juga Wildan bergantian.Tidak butuh lama untuk Wildan mengerti ucapan Hara. Tanpa

  • My Secret Wife   Bab 27 Kabur

    "Cara menghukum yang paling menyiksa adalah pergi dan tak pernah kembali."•Aruna Ardhani•🌺🌺🌺Aruna terduduk lemah di kamar villa itu. Kedua kaki ditekuk sembari menyandarkan tubuh di pintu kamar. Wajah yang memerah karena terlalu banyak menangis pun dia tenggelamkan di antara lututnya.Memang kenyataan kadang menyakitkan. Sebagaimana pun dia berusaha tegar, tapi perlakuan Arsen padanya sudah terlanjur menyakitkan. Jika sikap Arsen yang tak adil padanya, Aruna masih bisa tahan. Namun, jika sudah terlalu jauh hingga melakukan hubungan terlarang di atas ranjang, Aruna tak sanggup.Belum lagi alasan perjanjian pernikahan dan peran dirinya yang menjadi alat pribadi untuk Arsen, Aruna rasa itu lebih dari cukup sebagai alasan dirinya mundur dalam pernikahan ini.Sekarang, bukan saatnya untuk Aruna meratapi diri. Dia harus keluar dari lingkarang penderitaan ini. Dengan sisa-sisa tenaganya, Aruna bangkit. Dia meraih tas ransel yang sebelumnya dibawa. Liburan ini akan berakhir dengan kesak

  • My Secret Wife   Bab 26 Fatamorgana

    "Aku pikir hubungan kita masih bisa diperjuangkan. Tetapi, ternyata semua hanya fatamorgana saja. Kau berada di duniamu, dan aku hanya setitik warna yang tak terlihat." •Aruna Ardhani• 🌺🌺🌺Suara erangan yang berbarengan dengan benda berjatuhan menggema di kamar tampat Arsen berada. Beberapa kali dia memukuli diri sendiri atau meninju tembok yang diam tak bersalah.Setegah jam. Ya, lewat dari setengah jam dari kejadian itu Arsen mengamuk, frustasi. Bukan karena kesal pada Aruna. Namun, dia menyesali kebodohan diri.Sebelum dia pergi dari kamar Aruna. Dia melihat istrinya tersungkur di pojok kamar dengan keadaan yang menyedihkan. Segala amarah, kecewa, dan rasa cemburu langsung menguap tatkala fakta menyadarkannya, bahwa dia telah berbuat tak adil pada Aruna.Emosinya telah menutupi hati nurani tanpa bertanya kebenaran dari pihak Aruna. Dia telah melakukan kesalahan besar. Bagaimana kelanjutan hubungannya? Dan, ini akan menjadi masalah yang rumit.Saat semua sudah tumpah ruah, tiba-

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status