Aku Salah
Jam masih menunjukkan pukul 5.30 pagi saat Aryo bangun dengan sedikit menggerutu karena kepalanya terasa sakit dan berdenyut-denyut keras. Dia berusaha menyesuaikan pandangannya yang masih agak kabur, menatap ke sekeliling ruangan dan menghirup aroma mawar segar di dalam ruangan. Seketika itu juga kesadarannya kembali.
“Astaga, ini kan apartemen Princess,” batin Aryo. Cepat-cepat Aryo memeriksa kondisinya dan dia agak terkejut.
Tubuhnya saat ini hanya tertutup selimut dan hanya mengenakan boxer miliknya. Yang membuatnya semakin terkejut karena Amara terlihat sedang tidur nyenyak meringkuk di sampingnya dengan mengenakan lingerie berbahan sutra berwarna nude. Aryo hanya bisa menutup mulutnya dengan tangan, dia mencoba untuk mengumpulkan kepingan ingatannya akan kejadian semal
Pelajaran berharga... Jangan minum kalau udah tau gampang mabuk. Karena ketika mabuk kebodohan dan kecerobohan jadi berteman dan datangnya bersamaan. Thank you buat para pembaca setia My Romantic Boss, jangan bosen-bosen ikuti cerita ini. Maaf karena satu dan lain hal ada banyak bab yang tertunda untuk di up. Semoga setelah ini semua berjalan lancar seperti sedia kala... Terus beri follow, give me your vote, dan tinggalkan komentar kalian.. Love you kesayangan Mommy...
Hari yang melelahkan.El sedang mengerjakan hal penting berkaitan dengan Rahmat Sutedjo, musuh bebuyutan ayahnya. Victor berulang kali harus berhadapan dengan kelicikan dari Rahmat dan dia selalu saja berhasil mengelabui Victor. Victor selalu melarang El untuk bersentuhan dengan Rahmat karena tak ingin putranya itu terkena masalah.Tapi kali ini El tidak tinggal diam, kesabaran El sudah pada puncaknya saat beberapa waktu lalu sistem Intel Persada berhasil di bobol orang suruhan Rahmat Sutedjo. Bersama dengan Bobby dan beberapa rekan kenalannya dari perusahaan lain yang ikut dirugikan karena perbuatan licik Rahmat, mereka akan berusaha menumbangkan Rahmat bersama dengan sekutunya."Bao, kamu jadi mau meeting bareng Daniel dan David dari Prada Corp?"
Serangan bertubi-tubiPagi ini El harus bertolak menuju ke Singapura bersama Bobby dan Aryo. Kemarin Ellea mengabarkan bahwa dia menemukan jejak mencurigakan dari orang yang coba membobol sistem keamanan Intel. Dia juga berhasil menemukan sesuatu yang penting berkaitan dengan bisnis yang dijalankan oleh Rahmat.Namun dengan terpaksa El harus meninggalkan Ody sendiri. Ini dilakukannya karena usia kandungan Ody yang sudah memasuki 33 minggu hingga membuat mobilitasnya semakin menurun. Perjalanan kali ini sungguh menguras tenaga dan pikiran demi menemukan dalang dibalik kekacauan Intel beberapa bulan lalu. Tapi tiba-tiba kekacauan kembali terjadi kala semua orang penting sedang tidak pada tempatnya."Ai, kamu dimana?" Tanya El panik melalui sambungan telepon.
Perpisahan tak terkatakanOdy berjalan dengan langkah gamang, hatinya terluka atas semua penghinaan Victor, harga dirinya sudah diinjak-injak sang mertua, bahkan perutnya masih juga terasa nyeri akibat kejadian siang tadi, sekarang dia terpaksa harus pergi meninggalkan orang-orang yang dikasihinya demi menyelamatkan mereka.Ody tak banyak bicara, dia memilih diam dan berkutat dalam pikirannya. Air matanya terus menetes tanpa sepatah katapun terucap. Edo terus mengamati Ody dari kaca spion dengan khawatir."Bu, ibu baik-baik saja? Saya dengar dari kepala security tadi ibu jatuh," Tanya Edo hati-hati, dia benar-benar khawatir melihat kondisi Ody yang terus memegangi perutnya sambil menangis."Saya baik-baik saja, Do," ucap Ody dan cepat-ce
Kemana Perginya?Pesawat yang di tumpangi El baru saja mendarat, senyumnya mengembang sempurna saat menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta. Rindunya sudah teramat berat pada Ody hingga jantungnya berdebar kencang."Lo kenapa sih?" Tanya Bobby heran."Kangen Ody," ujar El berjalan cepat, sambil sibuk mengaktifkan ponselnya."Astaga El," ucap Bobby tak habis pikir dengan kelakuan El. Dalam situasi genting pun, dia masih saja bucin ke Ody."Lo ke kantor duluan aja, gue mau pulang bentar terus baru ke kantor.""Tapi kita ini masih ada urusan sama kantor polisi, loh," ujar Bobby mensejajari langkah El.&nb
Teman LamaJam menunjukkan pukul 2 malam saat Ody turun dari sebuah taksi yang berhenti tepat di depan di sebuah rumah yang bernuansa monokrom. Sepanjang jalan dari rumah El hingga ke rumah yang ternyata adalah milik Ody ini, hujan turun dengan begitu derasnya. Ody memasuki rumah yang sudah 2 tahun ini dibelinya tapi tak sempat ditinggalinya karena dia menikah dengan El. Walaupun rumah itu tak pernah ditinggali tetapi Ody selalu meminta seseorang untuk membersihkannya secara rutin.Hari ini merupakan hari yang begitu berat untuk Ody, mengetahui kondisi plasenta previa yang mungkin akan mengganggu proses persalinannya saja sudah cukup membuatnya khawatir, ditambah lagi insiden yang membuatnya terjatuh di kantor dan menyebabkan perutnya masih terasa nyeri hingga saat ini. Belum lagi tekanan mental yang diberikan Victor dengan semua kata-kata kasarnya. Saat
Arjuna"Ternyata benar itu kamu," ujar Arjuna Wirawan mantan kekasih Ody sewaktu kuliah."Juna," seru Ody menatap sosok pria tampan yang pernah singgah di hatinya beberapa tahun lalu."Apa kabar, Dy?" Tanya Arjuna sesaat sebelum menatap perut buncit Ody. "Kamu- ?""Aku baik Jun. Iya aku lagi hamil," jawab Ody seperti bisa membaca ekspresi terkejut yang muncul di wajah Arjuna."Lama nggak ketemu, tau-tau kamu udah hamil aja. Kapan kamu nikah?" tanya Arjuna tak percaya dengan penglihatannya."Sudah hampir 1 tahun ini.""Wah, aku nggak sangka, aku pikir kamu-," uj
Kegalauan ElEl berjalan mondar-mandir di ruang kantornya. Dia benar-benar cemas memikirkan keberadaan Ody saat ini. Pikirannya kacau, dia bahkan menolak untuk menghadiri semua meeting dan meminta Amara untuk menggantikannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Tok tok tok"Ya, masuk," sahut El dari dalam ruang kerjanya."El," panggil Aryo."Gimana, Yo?" todong El langsung mendekati Aryo yang sudah berjalan masuk kedalam ruang kerjanya, “duduk,” lanjut El mempersilahkan Aryo duduk di sofa ruang kerjanya."El, ponsel Ody dimatikan sejak semalam. Waktu aku lacak matinya sejak dari rumah," terang Aryo begi
Keputusan Mobil baru saja berhenti di depan lobi V tower, El bergegas turun dari mobil dengan tergesa dan berjalan cepat masuk kedalam gedung. Wajahnya begitu tegang, tak ada senyum ramah yang biasanya terlihat, matanya menyiratkan amarah yang menyala. Beberapa karyawan yang mengenalinya coba menyapa dan sedikit menundukkan kepala, tapi semua diacuhkan El begitu saja. Pikirannya saat ini sedang tertuju pada Victor. Saat pintu lift terbuka di lantai teratas V tower, El melangkah dengan cepat menuju ke ruang kerja Victor yang ada di ujung selesar. "Sore Pak El, maaf bapak sedang-," ujar sekretaris pribadi Victor yang diabaikan El. El malah berjalan cepat melewati meja sekretaris itu menuju ruangan Victor. "Pak