Perpisahan tak terkatakan
Ody berjalan dengan langkah gamang, hatinya terluka atas semua penghinaan Victor, harga dirinya sudah diinjak-injak sang mertua, bahkan perutnya masih juga terasa nyeri akibat kejadian siang tadi, sekarang dia terpaksa harus pergi meninggalkan orang-orang yang dikasihinya demi menyelamatkan mereka.
Ody tak banyak bicara, dia memilih diam dan berkutat dalam pikirannya. Air matanya terus menetes tanpa sepatah katapun terucap. Edo terus mengamati Ody dari kaca spion dengan khawatir.
"Bu, ibu baik-baik saja? Saya dengar dari kepala security tadi ibu jatuh," Tanya Edo hati-hati, dia benar-benar khawatir melihat kondisi Ody yang terus memegangi perutnya sambil menangis.
"Saya baik-baik saja, Do," ucap Ody dan cepat-ce
Kemana Perginya?Pesawat yang di tumpangi El baru saja mendarat, senyumnya mengembang sempurna saat menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta. Rindunya sudah teramat berat pada Ody hingga jantungnya berdebar kencang."Lo kenapa sih?" Tanya Bobby heran."Kangen Ody," ujar El berjalan cepat, sambil sibuk mengaktifkan ponselnya."Astaga El," ucap Bobby tak habis pikir dengan kelakuan El. Dalam situasi genting pun, dia masih saja bucin ke Ody."Lo ke kantor duluan aja, gue mau pulang bentar terus baru ke kantor.""Tapi kita ini masih ada urusan sama kantor polisi, loh," ujar Bobby mensejajari langkah El.&nb
Teman LamaJam menunjukkan pukul 2 malam saat Ody turun dari sebuah taksi yang berhenti tepat di depan di sebuah rumah yang bernuansa monokrom. Sepanjang jalan dari rumah El hingga ke rumah yang ternyata adalah milik Ody ini, hujan turun dengan begitu derasnya. Ody memasuki rumah yang sudah 2 tahun ini dibelinya tapi tak sempat ditinggalinya karena dia menikah dengan El. Walaupun rumah itu tak pernah ditinggali tetapi Ody selalu meminta seseorang untuk membersihkannya secara rutin.Hari ini merupakan hari yang begitu berat untuk Ody, mengetahui kondisi plasenta previa yang mungkin akan mengganggu proses persalinannya saja sudah cukup membuatnya khawatir, ditambah lagi insiden yang membuatnya terjatuh di kantor dan menyebabkan perutnya masih terasa nyeri hingga saat ini. Belum lagi tekanan mental yang diberikan Victor dengan semua kata-kata kasarnya. Saat
Arjuna"Ternyata benar itu kamu," ujar Arjuna Wirawan mantan kekasih Ody sewaktu kuliah."Juna," seru Ody menatap sosok pria tampan yang pernah singgah di hatinya beberapa tahun lalu."Apa kabar, Dy?" Tanya Arjuna sesaat sebelum menatap perut buncit Ody. "Kamu- ?""Aku baik Jun. Iya aku lagi hamil," jawab Ody seperti bisa membaca ekspresi terkejut yang muncul di wajah Arjuna."Lama nggak ketemu, tau-tau kamu udah hamil aja. Kapan kamu nikah?" tanya Arjuna tak percaya dengan penglihatannya."Sudah hampir 1 tahun ini.""Wah, aku nggak sangka, aku pikir kamu-," uj
Kegalauan ElEl berjalan mondar-mandir di ruang kantornya. Dia benar-benar cemas memikirkan keberadaan Ody saat ini. Pikirannya kacau, dia bahkan menolak untuk menghadiri semua meeting dan meminta Amara untuk menggantikannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Tok tok tok"Ya, masuk," sahut El dari dalam ruang kerjanya."El," panggil Aryo."Gimana, Yo?" todong El langsung mendekati Aryo yang sudah berjalan masuk kedalam ruang kerjanya, “duduk,” lanjut El mempersilahkan Aryo duduk di sofa ruang kerjanya."El, ponsel Ody dimatikan sejak semalam. Waktu aku lacak matinya sejak dari rumah," terang Aryo begi
Keputusan Mobil baru saja berhenti di depan lobi V tower, El bergegas turun dari mobil dengan tergesa dan berjalan cepat masuk kedalam gedung. Wajahnya begitu tegang, tak ada senyum ramah yang biasanya terlihat, matanya menyiratkan amarah yang menyala. Beberapa karyawan yang mengenalinya coba menyapa dan sedikit menundukkan kepala, tapi semua diacuhkan El begitu saja. Pikirannya saat ini sedang tertuju pada Victor. Saat pintu lift terbuka di lantai teratas V tower, El melangkah dengan cepat menuju ke ruang kerja Victor yang ada di ujung selesar. "Sore Pak El, maaf bapak sedang-," ujar sekretaris pribadi Victor yang diabaikan El. El malah berjalan cepat melewati meja sekretaris itu menuju ruangan Victor. "Pak
Pencarian OdyHari menjelang sore, saat rasa sakit di perut Ody yang pagi ini sempat menghilang mendadak muncul kembali. Kali ini sakitnya benar-benar menyiksa, hingga rasa ngilunya menjalar keseluruh tubuh. Dia mulai merasakan ada sesuatu yang janggal mengalir pelan dari antara kedua pahanya. Kecemasannya semakin menjadi kala melihat ada bercak darah di celana dalamnya. Ody semakin takut jika sesuatu yang buruk membahayakan bayi dalam kandungannya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit untuk memastikan kondisi kandungannya.Saat sedang menunggu taksi di depan rumah, Ody dikejutkan dengan bunyi klakson mobil Arjuna. Arjuna turun dari mobilnya dan segera menghampiri Ody di depan teras rumahnya. Dia terlihat rapi dan menawan seperti biasanya, Arjuna memang tak banyak berubah. Dia tetap menawan dengan sikap manisnya, punya selera humor t
RumahkuMobil El baru saja melewati pos keamanan komplek. Petugas keamanan sempat menahannya cukup lama sebelum akhirnya mengijinkan El untuk masuk ke komplek. Petugas beralasan karena El berkunjung saat hari sudah sangat larut. Setelah El berhasil membuktikan bahwa statusnya adalah suami Ody baru petugas keamanan mengijinkannya masuk.“Rumah yang hitam putih ini, Pak?” tanya Edo memastikan rumah yang mereka tuju.“Iya,” ucap El sambil mengamati rumah milik Ody yang terlihat cukup besar dan elegan. “Kamu pintar pilih rumahnya, Ai,” batin El tersenyum.El melangkah turun dari mobilnya, dengan perasaan berdebar. Layaknya orang yang sedang kasmaran dan begitu merindukan sang kekasih, begitu pula El. Rasan
KejujuranEl duduk tenang di meja makan sambil menyantap rice bowl buatan Ody. Ody terus menatap El yang makan dengan sangat lahapnya. Hati Ody masih terasa begitu berat, terbesit dalam pikirannya untuk kembali meninggalkan El demi kebaikan El."Kenapa menatapku begitu? Ada yang salah? Jangan berpikir untuk meninggalkanku lagi," ucap El yang justru membuat Ody agak tersentak. Sepertinya El semakin ahli membaca pikirannya."Nggak kok,” sangkal Ody cepat, “aku hanya sedang mengamatimu, kamu makannya lahap banget. Beneran doyan atau hanya karena kamu lagi laper sih, Bao?" tanya Ody mengalihkan pembicaraan dan menutupi ide yang sempat terbesit di pikiran Ody."Dua-duanya. Aku memang kangen masakanmu dan sejujurnya aku sangat lapa
Kimora Angelica Rivera Gadis kecil kesayangan El kini telah bertumbuh jadi gadis super cantik dengan perpaduan wajah bule dan oriental. Kimora bertumbuh dengan sehat dan kuat, apa yang dulu mereka khawatirkan bahwa Kim tidak akan bertumbuh sehat nyatanya terbantahkan. Meskipun perjalanan hidupnya tidak mudah, namun gadis kecil yang sudah beranjak remaja itu kini bertumbuh jadi kuat dan pemberani yang cenderung nekat. "Dad, please.. ijinkan aku sekolah ke Singapura," bujuk Kim entah untuk yang ke berapa puluh kali. Pembahasan ini sudah berjalan begitu lama, sejak kasus bully yang dialami Kim 1 tahun lalu. Kim memang tak mau membahas hal itu karena takut membuat kedua orang tuanya cemas namun tak dapat di pungkiri bahwa salah satu alasan Kim memutuskan untuk meninggalkan Indonesia adalah karena hal itu. "Kim, apa nggak bisa ya cari sekolah di Indonesia aja? Di Indonesia juga banyak sekolah bagus kok," ucap El berusaha mengubah keinginan Kim. "Dad, aku ingin berkembang. Jadi tolong i
Pelangi Sehabis Hujan Kepergian Victor 6 bulan lalu memang begitu menyesakkan bagi seluruh keluarga Harrison. Bahkan sebelum kepergiannya itu, dia menitipkan pesan yang sama pada Riana, Erina, dan Ody. Pesan yang meminta mereka untuk memaafkan dirinya yang egois dan berbahagia setelah dia meninggalkan dunia ini. Dia juga berharap agar kepergiannya dapat menebus segala kesalahannya pada mereka selama ini. Situasi jadi jauh lebih baik saat ini. Riana dan Erina belakangan lebih sering menghabiskan waktu bersama. Mereka sepakat untuk memulai segalanya dengan lebih baik sebagai seorang sahabat sekaligus besan. El sendiri mulai dapat bernafas lega. Kasus Rahmat Sutedjo berjalan dengan sangat lancar, ada begitu banyak bantuan yang tak terduga datang silih berganti. Hingga satu demi satu masalahnya pun perlahan dapat diselesaikan. Sekarang, semua orang sedang menikmati buah dari perjuangan mereka. Karena badai tak akan selalu bertahan dan sang surya pasti akan kembali bersinar. Setelah mela
Awal Sebuah AkhirEl menatap punggung Riana yang sedang duduk di taman sendirian. Dari kejauhan El dapat melihat tubuh Riana sedikit berguncang karena tangisnya yang tersedu-sedu. Perlahan El coba mendekati Riana lalu duduk di sampingnya tanpa bicara sepatah katapun.Rasanya dada Riana begitu sesak, dia sungguh tersiksa mengetahui semua fakta yang baru saja didengarnya dari Victor dan Erina. Lelah menangis Riana hanya bisa menyandarkan kepalanya di bahu El. Beban di hatinya terlalu berat untuk ditanggungnya sendiri.El tetap setia menemani Riana hingga hari semakin malam. Ketika Riana sudah cukup tenang, El berusaha menemukan kata-kata penghiburan yang tepat agar dapat meringankan beban hati Riana."Kalau terlalu berat jangan di tahan Ma, lepasin aja," ucap El merangkul bahu Riana erat. "Mama, nggak pernah sangka bahwa akan jadi seperti ini," ujar Riana menghapus sisa air matanya."El paham, Ma. El juga nggak sangka waktu dengar semuanya dari mulut Mami dan Papa." Sontak mata Riana m
Ketika Semua JelasSituasi dalam ruang ICU terasa begitu memberatkan hati Riana. Melihat pria yang sudah puluhan tahun menemani hari-harinya sedang terbaring lemah tak berdaya. Meski sakit membelenggunya hatinya karena berulang kali Victor telah menorehkan luka hingga hampir membuatnya menceraikan cintanya itu. Menurut dokter Lio yang menangani jantungnya, kondisi tubuh Victor melemah. Andai dilakukan operasi saat ini resikonya kematian di atas mejanya akan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan disementara waktu adalah mempertahankannya hingga kondisinya lebih stabil dan dapat dilakukan tindakan pembedahan.Victor menatap Riana yang berada di sisi kirinya, tangannya menggenggam erat tangan Riana sambil tersenyum tipis. Lalu dia menoleh ke sisi kanannya dimana Erina berdiri. "Rin," sapa Victor pelan."Hai, Vic," balas Erina ramah. "Akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu," ucapnya dengan suara bergetar. Victor menatap lekat wajah Erina yang masih terlihat cantik seperti puluhan
Obrolan RinganHari menjelang malam saat kondisi Victor terlihat mulai membaik dan dia meminta bertemu semua anggota keluarga. Walaupun kondisi Ody dan Kim saat ini sudah sangat baik, bahkan Ody juga kembali ceria seperti sebelumnya, namun tak dapat dipungkiri bahwa perasaan tak nyaman jelas muncul di hati mereka. Seakan Victor meminta mereka semua berkumpul untuk berpamitan.Seperti sekarang, Victor sedang bertemu dengan Riana dan Erina secara pribadi, sedang yang lain menunggu di luar. El hanya bisa mengawasi keadaan yang ada tanpa mau menjelaskan apapun pada Amara, Aryo, maupun Ody. Dia tahu niatan Victor untuk menemui semua orang hari ini."Bao, apa mereka akan baik-baik saja di dalam?" bisik Ody yang duduk di kursi ruang tunggu ICU.
Pengakuan Erina5 hari telah berlalu, El mulai bisa sedikit lega dan jadi lebih banyak bersyukur. Tekanan yang dialaminya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Setelah tim legal menyelesaikan seluruh berkas kasus Rahmat Sutedjo, kini kondisi Kim juga semakin kuat dan sudah mulai lepas dari alat bantu nafasnya. Perbaikan kondisi Kim membuat keadaan Ody pun ikut jadi lebih baik. Ody kembali seperti Ody yang dikenalnya. Perempuan itu memang diakui El sangat tangguh. Namun berbeda dengan yang dialami Victor, kondisinya masih belum ada perbaikan.El sudah kembali berkantor walaupun tak penuh waktu. Seperti pagi ini, ketika mobil El baru saja berhenti di depan lobi kantor Intel tiba-tiba ponselnya berdering dan menampilkan nama Amara. El segera menekan tombol hijau di layar ponselnya dan panggilan langsung terhubung.
Berita MengejutkanSetelah 10 menit menunggu, akhirnya Amara, Aryo, dan Erina pun tiba. El segera pamit untuk menemui Ody sebelum pergi ke kantor. Tampaknya dia memang harus mulai bergerak untuk membereskan semua kerumitan yang terjadi. Mungkin tidak semuanya dapat diselesaikannya, namun setidaknya dia telah berusaha menyelesaikan bagiannya."Ai," Panggil El sambil mendekati Ody yang terlihat meringkuk diranjang."Hmmm," gumam Ody masih dengan memejamkan matanya."Bolehkah, aku pergi sebentar ke kantor?" tanya El sambil membelai lengan Ody yang berbaring membelakanginya, "ada urusan yang harus segera ku selesaikan. Aku janji ini tak akan lama," terang El."Okay," ucap Ody singka
Lelah Lahir BatinSejak semalam Ody tampak pendiam, dia tampak menyimpan segala pikirannya seorang diri. Sesungguhnya, El sendiri tertekan hingga tak tau harus berbuat apa. Jelas keadaan ini tak mudah dijalani El, mengingat kondisi Kim yang masih berjuang, melihat Ody yang sedang terpuruk, ditambah lagi kondisi Victor yang sempat memburuk, dan masih banyak masalah yang harus ditanggung El sendirian. Karena merasa tak dapat berbuat banyak untuk mengurai situasi yang ada, akhirnya dia hanya bisa memilih untuk diam sejenak memikirkan solusi terbaik sambil terus berada disisi Ody."Ai, kamu butuh sesuatu?" Tanya El yang langsung berdiri ketika melihat Ody hendak beranjak dari kasurnya."Aku cuma mau ke toilet," sahut Ody."Biar ku bant
Hallo KimOdy menatap lekat ke wajah El yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sedari tadi Ody berusaha menelisik, mencari kebenaran dari ucapan El. Perasaannya saat ini terasa tak nyaman, hatinya tak tenang. Entah dari mana, tapi firasatnya berkata putri kecil mereka sedang tidak baik-baik saja.Ody berusaha mencari celah untuk mencari jawaban dari firasatnya. Penasaran dengan ekspresi yang terus meragu di wajah El membuat Ody semakin yakin bahwa terjadi sesuatu. Dia mulai menggali kebenaran dengan menanyakan nama pilihan El untuk bayi mereka."Oya, nama apa yang kamu pilih untuknya?" tanya Ody sambil menatap wajah El lekat."Namanya, Kimora Angelica Rivera Harrison," jawab El dengan sen