Kejujuran
El duduk tenang di meja makan sambil menyantap rice bowl buatan Ody. Ody terus menatap El yang makan dengan sangat lahapnya. Hati Ody masih terasa begitu berat, terbesit dalam pikirannya untuk kembali meninggalkan El demi kebaikan El.
"Kenapa menatapku begitu? Ada yang salah? Jangan berpikir untuk meninggalkanku lagi," ucap El yang justru membuat Ody agak tersentak. Sepertinya El semakin ahli membaca pikirannya.
"Nggak kok,” sangkal Ody cepat, “aku hanya sedang mengamatimu, kamu makannya lahap banget. Beneran doyan atau hanya karena kamu lagi laper sih, Bao?" tanya Ody mengalihkan pembicaraan dan menutupi ide yang sempat terbesit di pikiran Ody.
"Dua-duanya. Aku memang kangen masakanmu dan sejujurnya aku sangat lapa
PerdebatanSudah 3 hari El memilih untuk bekerja dari rumah Ody hingga merepotkan Amara, Aryo maupun Bobby. Dia enggan meninggalkan Ody seorang diri dirumah, walaupun ada asisten rumah tangga yang dipekerjakan Ody secara part time. Ody cukup terheran-heran dengan perubahan El yang tiba-tiba menjelma menjadi pria super protektif.El jadi banyak memberikan larangan ke Ody. Dia meminta Ody bed rest dan melarangnya melakukan aktivitas apapun. Yang membuat Ody semakin pusing dan kesal adalah sikap El yang jadi sangat protektif dengan terus mengekor di belakang Ody kemanapun dia pergi. Dia selalu berada tidak lebih dari 1 meter dari Ody, bahkan dia tak mengijinkan Ody untuk mandi sendirian. Alasannya, dia takut Ody jatuh terpeleset di kamar mandi. Untuk urusan dapur, El memilih untuk memesan katering sehat dan melarang Ody masuk ke dapur walau hanya sekedar unt
Yang di takutkan TerjadiOdy sedang berjalan santai menjelajahi sebuah toko perlengkapan bayi. Dia akhirnya berhasil mendapat ijin dari El untuk jalan-jalan mencari keperluan bayi yang belum sempat terbeli. Ody memutuskan untuk ke pusat perbelanjaan di tengah kota Jakarta hanya diantar Edo karena hari ini El harus menghadiri rapat yang begitu mendesak dengan para jajaran direksi sehingga membuatnya harus menghadiri meeting secara langsung. El harus berangkat ke kantor lebih awal mengingat macetnya Bogor ke Jakarta di pagi hari.Kemana pun Ody pergi sekarang, Edo terus mengikuti. Ini merupakan perintah langsung dari El, dia tak ingin lagi kecolongan seperti kejadian minggu lalu. Kali ini Edo terus mengekor di belakang Ody, mengawasi sekeliling Ody, memastikan bahwa nyonya bosnya aman. Melihat Ody bergerak ke kasir untuk menyelesaikan transaksinya, Ed
GemparMobil yang dikendarai Edo baru keluar dari parkiran basement dan berjalan cepat menuju ke lobi. Edo agak terkejut dengan kerumunan banyak orang di seberang lobi. Perasaannya Edo semakin tak enak begitu tak melihat Ody ada di depan lobi.Edo bergegas turun dari mobil dan mendekati kerumunan banyak orang. Sekilas dia melihat ada 2 orang terbaring diatas aspal. Saat berusaha melewati kerumunan itu, Edo mulai mengenali pakaian salah satu orang yang terbaring di aspal. Mendadak jantungnya berdegup kencang, pikirannya kacau, dia panik luar biasa karena menyadari orang yang terbaring di aspal itu adalah Ody.Edo merangsek masuk, berusaha menerobos kerumunan orang yang sedang melihat kejadian. Matanya langsung terbelalak begitu melihat Ody sudah terbaring tak sadarkan diri dengan darah mengalir da
Antara Hidup dan MatiEl tiba dirumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Nafasnya memburu dan pikirannya benar-benar kacau. Perasaan bersalah dan takut kehilangan begitu menyelimuti hatinya. Apa yang di takutkannya selama ini benar-benar terjadi saat dia tak berada didekat Ody.Ada puluhan pertanyaan yang berputar-putar di dalam benaknya, tentang apa yang terjadi dan bagaimana Ody bisa bertemu dengan Victor. Langkah cepatnya membawa dirinya ke ruang tunggu IGD."Edo," Seru El kala melihat Edo berjalan mondar-mandir di depan pintu IGD.“Pak El,” jawab Edo dengan wajah penuh kekhawatiran.“Ody mana?” tanya El.
Tangisan PertamaSudah 15 menit sejak operasi dimulai tapi belum juga ada kabar dari dalam ruang operasi. Waktu rasanya berjalan begitu lambat, entah apa yang sedang terjadi didalam. El menggigit kuku jari tangannya sambil terus berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Dia tak ingin memikirkan kemungkinan terburuk seperti apa yang tadi disampaikan dokter, namun nyatanya hal itu justru membuat kegaduhan dalam hati dan pikirannya.Rasa takut kehilangan membebani hatinya dan rasanya begitu berat, hingga membuat dada El sesak dan sulit bernafas. Aryo yang baru selesai melakukan donor darah, terlihat berjalan cepat mendekati El. Dia pun tak kalah cemasnya dengan El.“El,” panggil Aryo saat sudah berhadapan dengan El."Yo
Sedikit KelegaanSekalipun El sudah tau bahwa Ody telah berhasil melahirkan seorang bayi yang mungil dan cantik untuknya, namun hatinya masih tak tenang menunggu kabar dari dokter yang menangani istri dan anaknya. Hingga samar-samar terdengar suara tangisan bayi yang begitu lirih di telinga El. Mungkin itu halusinasi El, tapi rasanya suara itu semakin lama semakin jelas.Lampu merah diatas pintu ruang operasi baru saja padam, pertanda bahwa operasi telah selesai dilakukan. Dokter Yasmin dan Dokter Dimas yang bertindak sebagai dokter anak muncul dari balik pintu di waktu yang hampir bersamaan."Dokter bagaimana kondisi istri dan anak saya?" Tanya El tergesa, wajahnya sudah sangat kusut, bahkan kemeja yang tadi pagi terlihat sangat rapi kini sudah sangat berantakan.
Hallo KimOdy menatap lekat ke wajah El yang jelas sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sedari tadi Ody berusaha menelisik, mencari kebenaran dari ucapan El. Perasaannya saat ini terasa tak nyaman, hatinya tak tenang. Entah dari mana, tapi firasatnya berkata putri kecil mereka sedang tidak baik-baik saja.Ody berusaha mencari celah untuk mencari jawaban dari firasatnya. Penasaran dengan ekspresi yang terus meragu di wajah El membuat Ody semakin yakin bahwa terjadi sesuatu. Dia mulai menggali kebenaran dengan menanyakan nama pilihan El untuk bayi mereka."Oya, nama apa yang kamu pilih untuknya?" tanya Ody sambil menatap wajah El lekat."Namanya, Kimora Angelica Rivera Harrison," jawab El dengan sen
Lelah Lahir BatinSejak semalam Ody tampak pendiam, dia tampak menyimpan segala pikirannya seorang diri. Sesungguhnya, El sendiri tertekan hingga tak tau harus berbuat apa. Jelas keadaan ini tak mudah dijalani El, mengingat kondisi Kim yang masih berjuang, melihat Ody yang sedang terpuruk, ditambah lagi kondisi Victor yang sempat memburuk, dan masih banyak masalah yang harus ditanggung El sendirian. Karena merasa tak dapat berbuat banyak untuk mengurai situasi yang ada, akhirnya dia hanya bisa memilih untuk diam sejenak memikirkan solusi terbaik sambil terus berada disisi Ody."Ai, kamu butuh sesuatu?" Tanya El yang langsung berdiri ketika melihat Ody hendak beranjak dari kasurnya."Aku cuma mau ke toilet," sahut Ody."Biar ku bant