Serangan bertubi-tubi
Pagi ini El harus bertolak menuju ke Singapura bersama Bobby dan Aryo. Kemarin Ellea mengabarkan bahwa dia menemukan jejak mencurigakan dari orang yang coba membobol sistem keamanan Intel. Dia juga berhasil menemukan sesuatu yang penting berkaitan dengan bisnis yang dijalankan oleh Rahmat.
Namun dengan terpaksa El harus meninggalkan Ody sendiri. Ini dilakukannya karena usia kandungan Ody yang sudah memasuki 33 minggu hingga membuat mobilitasnya semakin menurun. Perjalanan kali ini sungguh menguras tenaga dan pikiran demi menemukan dalang dibalik kekacauan Intel beberapa bulan lalu. Tapi tiba-tiba kekacauan kembali terjadi kala semua orang penting sedang tidak pada tempatnya.
"Ai, kamu dimana?" Tanya El panik melalui sambungan telepon.
Perpisahan tak terkatakanOdy berjalan dengan langkah gamang, hatinya terluka atas semua penghinaan Victor, harga dirinya sudah diinjak-injak sang mertua, bahkan perutnya masih juga terasa nyeri akibat kejadian siang tadi, sekarang dia terpaksa harus pergi meninggalkan orang-orang yang dikasihinya demi menyelamatkan mereka.Ody tak banyak bicara, dia memilih diam dan berkutat dalam pikirannya. Air matanya terus menetes tanpa sepatah katapun terucap. Edo terus mengamati Ody dari kaca spion dengan khawatir."Bu, ibu baik-baik saja? Saya dengar dari kepala security tadi ibu jatuh," Tanya Edo hati-hati, dia benar-benar khawatir melihat kondisi Ody yang terus memegangi perutnya sambil menangis."Saya baik-baik saja, Do," ucap Ody dan cepat-ce
Kemana Perginya?Pesawat yang di tumpangi El baru saja mendarat, senyumnya mengembang sempurna saat menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta. Rindunya sudah teramat berat pada Ody hingga jantungnya berdebar kencang."Lo kenapa sih?" Tanya Bobby heran."Kangen Ody," ujar El berjalan cepat, sambil sibuk mengaktifkan ponselnya."Astaga El," ucap Bobby tak habis pikir dengan kelakuan El. Dalam situasi genting pun, dia masih saja bucin ke Ody."Lo ke kantor duluan aja, gue mau pulang bentar terus baru ke kantor.""Tapi kita ini masih ada urusan sama kantor polisi, loh," ujar Bobby mensejajari langkah El.&nb
Teman LamaJam menunjukkan pukul 2 malam saat Ody turun dari sebuah taksi yang berhenti tepat di depan di sebuah rumah yang bernuansa monokrom. Sepanjang jalan dari rumah El hingga ke rumah yang ternyata adalah milik Ody ini, hujan turun dengan begitu derasnya. Ody memasuki rumah yang sudah 2 tahun ini dibelinya tapi tak sempat ditinggalinya karena dia menikah dengan El. Walaupun rumah itu tak pernah ditinggali tetapi Ody selalu meminta seseorang untuk membersihkannya secara rutin.Hari ini merupakan hari yang begitu berat untuk Ody, mengetahui kondisi plasenta previa yang mungkin akan mengganggu proses persalinannya saja sudah cukup membuatnya khawatir, ditambah lagi insiden yang membuatnya terjatuh di kantor dan menyebabkan perutnya masih terasa nyeri hingga saat ini. Belum lagi tekanan mental yang diberikan Victor dengan semua kata-kata kasarnya. Saat
Arjuna"Ternyata benar itu kamu," ujar Arjuna Wirawan mantan kekasih Ody sewaktu kuliah."Juna," seru Ody menatap sosok pria tampan yang pernah singgah di hatinya beberapa tahun lalu."Apa kabar, Dy?" Tanya Arjuna sesaat sebelum menatap perut buncit Ody. "Kamu- ?""Aku baik Jun. Iya aku lagi hamil," jawab Ody seperti bisa membaca ekspresi terkejut yang muncul di wajah Arjuna."Lama nggak ketemu, tau-tau kamu udah hamil aja. Kapan kamu nikah?" tanya Arjuna tak percaya dengan penglihatannya."Sudah hampir 1 tahun ini.""Wah, aku nggak sangka, aku pikir kamu-," uj
Kegalauan ElEl berjalan mondar-mandir di ruang kantornya. Dia benar-benar cemas memikirkan keberadaan Ody saat ini. Pikirannya kacau, dia bahkan menolak untuk menghadiri semua meeting dan meminta Amara untuk menggantikannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.Tok tok tok"Ya, masuk," sahut El dari dalam ruang kerjanya."El," panggil Aryo."Gimana, Yo?" todong El langsung mendekati Aryo yang sudah berjalan masuk kedalam ruang kerjanya, “duduk,” lanjut El mempersilahkan Aryo duduk di sofa ruang kerjanya."El, ponsel Ody dimatikan sejak semalam. Waktu aku lacak matinya sejak dari rumah," terang Aryo begi
Keputusan Mobil baru saja berhenti di depan lobi V tower, El bergegas turun dari mobil dengan tergesa dan berjalan cepat masuk kedalam gedung. Wajahnya begitu tegang, tak ada senyum ramah yang biasanya terlihat, matanya menyiratkan amarah yang menyala. Beberapa karyawan yang mengenalinya coba menyapa dan sedikit menundukkan kepala, tapi semua diacuhkan El begitu saja. Pikirannya saat ini sedang tertuju pada Victor. Saat pintu lift terbuka di lantai teratas V tower, El melangkah dengan cepat menuju ke ruang kerja Victor yang ada di ujung selesar. "Sore Pak El, maaf bapak sedang-," ujar sekretaris pribadi Victor yang diabaikan El. El malah berjalan cepat melewati meja sekretaris itu menuju ruangan Victor. "Pak
Pencarian OdyHari menjelang sore, saat rasa sakit di perut Ody yang pagi ini sempat menghilang mendadak muncul kembali. Kali ini sakitnya benar-benar menyiksa, hingga rasa ngilunya menjalar keseluruh tubuh. Dia mulai merasakan ada sesuatu yang janggal mengalir pelan dari antara kedua pahanya. Kecemasannya semakin menjadi kala melihat ada bercak darah di celana dalamnya. Ody semakin takut jika sesuatu yang buruk membahayakan bayi dalam kandungannya. Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke rumah sakit untuk memastikan kondisi kandungannya.Saat sedang menunggu taksi di depan rumah, Ody dikejutkan dengan bunyi klakson mobil Arjuna. Arjuna turun dari mobilnya dan segera menghampiri Ody di depan teras rumahnya. Dia terlihat rapi dan menawan seperti biasanya, Arjuna memang tak banyak berubah. Dia tetap menawan dengan sikap manisnya, punya selera humor t
RumahkuMobil El baru saja melewati pos keamanan komplek. Petugas keamanan sempat menahannya cukup lama sebelum akhirnya mengijinkan El untuk masuk ke komplek. Petugas beralasan karena El berkunjung saat hari sudah sangat larut. Setelah El berhasil membuktikan bahwa statusnya adalah suami Ody baru petugas keamanan mengijinkannya masuk.“Rumah yang hitam putih ini, Pak?” tanya Edo memastikan rumah yang mereka tuju.“Iya,” ucap El sambil mengamati rumah milik Ody yang terlihat cukup besar dan elegan. “Kamu pintar pilih rumahnya, Ai,” batin El tersenyum.El melangkah turun dari mobilnya, dengan perasaan berdebar. Layaknya orang yang sedang kasmaran dan begitu merindukan sang kekasih, begitu pula El. Rasan