Perjanjian Kontrak
1. Pihak satu akan menikahi pihak dua selama enam bulan lamanya.2. Setelah menikah pihak dua sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab pihak satu selama enam bulan. Jadi pihak satu berhak menolak dan mengatur pihak dua agar tidak merugikan pihak satu.3. Pihak dua berhak mendapatkan apapun yang ia mau selama itu dibatas wajar. 4. Pihak dua berhak mendapatkan keselamatannya terjamin selama enam bulan bersama.5. Kedua belah pihak diperbolehkan menjalin hubungan dengan pasanganya masing-masing.6. Kedua belah pihak tidak boleh saling jatuh cinta.Enam point perjanjian yang diketik pada selembar kertas itu kembali Ana baca, setelah menandatangani surat tersebut tiga hari lalu, Ana belum lagi bertemu dengan Keanu. Mengetahui kabarnya pun tidak. Ana hanya menunggu kelanjutan tanpa berniat bertanya pada Hobi. Dia sadar, dirinya terlihat terlalu tidak peduli dengan ini tapi sebenarnya bukan karena dia tidak peduli, Ana hanya mencoba membuat ini tidak tampak seperti perdagangan manusia. Meskipun pada akhirnya ia gelisah juga.
Setelah pertanyaan memalukannya waktu lalu, Ana kini resmi menjadi calon istri "kontrak" CEO muda itu.
Ana menghembuskan nafasnya, setelah dibaca berulang kali, surat perjanjian ini sebenarnya tidak merugikan Ana sama sekali, bahkan agaknya sedikit menguntukan Ana. Memang terasa aneh juga jadinya, bayangkan saja, Ana bahkan dijaminkan keselamatannya dan kesejahteraan hidupnya, Ana juga masih bebas berdekatan dengan pria lain yang tentunya tidak akan ia lakukan.
Wanita itu cukup tahu diri untuk tidak membuat malu calon suami kontraknya. Namun sepertinya lain dengan pria itu, jika ia membuat point ini, berarti Keanu saat ini tengah menjalin hubungan dengan wanita lain, kan? Atau memang dia bukan tipe pria yang suka terikat dalam suatu hubungan? Lalu kalau begitu, kenapa harus membayar orang untuk dijadikan istrinya jika ia sudah memiliki kekasih? Entahlah Ana tidak ingin memikirkannya, yang terpenting uang untuk operasi adiknya sudah Ana dapatkan. Ia sudah membayarkannya juga meskipun mendapati tatapan curiga dari dokter Rachel, Ana tidak memberi tahu darimana dia mendapatkan uang itu, dan syukurnya dokter Rachel juga tidak banyak bertanya, hanya tinggal menunggu jadwal yang ditetapkan untuk operasi tersebut, Ana yakin semuanya akan baik-baik saja.
Di saat Ana tengah berpikir, tiba-tiba saja suara ketukan pintu rumahnya terdengar, membuyarakan lamunan Ana tentang kelanjutan hidupnya. Ana bergegas bangkit menuju pintu depan lalu membukanya. Sedikit terkejut dengan tamu dihadapannya, karena Ana tidak pernah menyangka kedatangan pria itu.
"K- kau ...."
"Bersiaplah aku akan membawamu ke suatu tempat"
🌹🌹
Ana tidak tahu kemana pria itu akan membawanya tapi melihat jalan yang dilaluinya, sepertinya pria itu akan membawanya ke salah satu mall mewah yang biasa orang-orang seperti Keanu kunjungi.Mereka berada di dalam mobil mewah keluaran terbaru yang tidak semua orang kaya punya karena edisinya hanya mengeluarkan sepuluh mobil di dunia, Ana merasa sangat beruntung bisa merasakan mobil mewah tersebut tapi tidak dengan suasananya. Saat ini Ana cukup canggung berduaan namun di dalam sana tidak ada yang saling membuka suara, suasananya hening, keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga tanpa sadar, keduanya sudah sampai pada tempat yang sesuai dengan perkiraan Ana sebelumnya.
Keduanya berjalan bersisian, lebih tepatnya Ana mengikuti Kei dari belakang, mereka menyusuri mall lalu masuk kedalam salah satu butik mewah milik artis papan atas yang Ana tahu dari berita yang ia tonton di televisi.
Keanu meminta Ana untuk menunggu saat ia kedalam untuk bertemu dengan pemilik butik ini. Ana diizinkan untuk melihat-lihat dan pandangannya jatuh pada gaun hitam dengan lengan berbahan brukat transparant, gaun itu sepanjang lutut namun ada kain transparant lagi diluarannya menjuntai hingga mata kaki.
Ana terpesona, permata yang Ana yakini keasliannya beretebaran pada bagian dadanya. Pantas saja artis itu disebut-sebut tangan emas, karena setiap rancangan gaun yang dibuatnya bisa menjadi sangat indah seperti ini. Beruntung sekali wanita yang menggunakannya, Ana pastikan wanita itu akan tampak sangat cantik jika mengenakannya.
"Sudah selesai memilih?" tanya Keanu tiba-tiba di belakang Ana, suara baritonnya yang dalam terdengar sangat sexy dan manly, belum lagi hembusan nafasnya yang mengenai telinga Ana Karena pria itu mengatakannya tepat di telinga wanita itu, membuat bulu kuduk Ana berdiri. Tanpa sadar Ana menahan nafasnya dengan tangan yang mengepal.
"Ana?" panggilnya lagi melihat respon wanita itu yang diam saja.
"Y- ya?" Ya Ampun apa yang dipikirkan Ana? Ia hampir saja memikirkan hal kotor dengan Keanu hanya karena mendengar suaranya yang indah, cukup Ana! Kau bukan wanita seperti itu.
"Sudah selesai memilih?" Ulangnya lagi
"Y-ya?""Bagus, sekarang kita bayar di kasir." katanya lagi berjalan menuju kasir, tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat Ana menahan lengannya.
"Tu- tunggu tuan, maksudnya memilih? Saya tidak mau membeli apapun." kata Ana dengan gugup, berada di dekat Keanu entah kenapa nyalinya menciut, padahal dengan Hobi wanita itu bisa sangat garang, tapi Keanu lain, aura pria itu dingin dan sedikit menyeramkan. Keanu menarik satu alisnya keatas.
"Kau harus Ana! Malam ini kita akan pergi kerumah ibuku. Maaf aku juga tidak ingin menyinggungmu tapi ibuku memiliki kriteria tinggi. Jadi eumm ... kau harus sedikit diubah." Sejujurnya Ana tidak tersinggung sama sekali, memang kenyataannya seperti itu Ana biasanya hanya memakai kaos biasa dengan celana jeans juga make up tipis, persis seperti saat ini.
"Tapi anda tidak mengatakan apapun."
"Aku baru saja mengatakannya."
"Tapi ...."
"Turuti saja perkataanku, Ana! Tunggu sebentar disini." Setelah mengatakan itu, Keanu pergi meninggalkannya. Ana menghela nafasnya dengan gusar, sepertinya selama enam bulan kedepan kesabaran Ana akan terus diuji dengan sikap suka memerintahnya, melakukan sesuatu sesuka hatinya, dan juga sikap egoisnya. Ya Tuhan! Kuatkan Ana.
Tidak lama dari kepergiannya, Keanu kembali menghampiri Ana bersama seorang pramuniaga.
"Pemiliknya sedang tidak ada, jadi aku minta dia untuk membantumu. Kau kebingungan memilih gaun?" Ana tidak menjawab selain menganggukkan kepalanya.
"Aku mengerti," katanya "Tolong bantu nona ini carikan gaun yang cocok untuknya." Kei berbicara pada pramuniaga itu, setelahnya kembali menatap Ana. "Aku tunggu ya," ucapnya lembut, membikin Ana terpana. Kemudian tanpa perlu mendengar jawaban Ana, dia sudah pergi lagi dari hadapan Ana. Pria itu aneh ... atau Ana yang aneh?
Selama empat jam, Keanu membantu Ana mengubah penampilannya, yang sebenarnya orang lain yang melakukan, sampai akhirnya selesai kemudian mereka menuju kediaman orang tua Keanu.
"Kau tampak cantik, tidak sia-sia aku mengosongkan jadwalku dan mau repot begini," puji Keanu membuat Ana menolehkan wajahnya pada pria yang masih fokus menyetir, padahal baru saja memuji tapi wajah pria itu tetap datar. Meski begitu wajah Ana memerah mendengar pujian itu.
"Te-terima kasih tuan"
"Tuan? Ah aku lupa mengatakannya, aku tahu kita belum pernah berbicara sama sekali, kau pasti sangat canggung padaku tapi bisakah kau bersikap biasa Ana? kau akan menjadi istriku. Panggil aku Kei, apa jadinya jika ibu mendengar kau sekaku itu pada calon suamimu sendiri, aku khawatir ibu akan curiga kalau kau seperti ini." Padahal Ana tahu Kei mengatakan itu tentu saja tanpa melupakan status suami-istri kontraknya nanti. Tapi tetap saja jantung Ana berdegub dengan sangat cepat mendengar kalimat Kei barusan. Rasanya seperti ada ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya.
"Baiklah, hm ... Kei." Kei menyunggingkan senyumnya meski sangat tipis tapi Ana melihatnya dan jujur ia kembali terpana, pria itu semakin tampan saat tersenyum dan baru kali ini Ana melihatnya tersenyum.
"Bagus! Aku suka kau menyebut namaku Ana. By the way ibuku sangat cerewet, kuharap kau bisa mengatasinya." Mendengar itu Ana semakin gugup, seharusnya pria itu tidak usah mengatakan apapun, jadi Ana tidak perlu memusingkannya. Sekarang, dia jadi tidak tahu harus berbuat apa? Bagaimana kalau mereka menanyakan sesuatu yang tidak Ana ketahui?
Sementara itu, Kei melirik Ana yang terlihat cemas. Tangannya yang berada di setir mobil beralih menggenggam tangan Ana, wanita itu terlonjak kaget menatap Kei dengan bingung.
"Tidak usah cemas Ana. Meski begitu ibuku sangat baik. Aku juga akan selalu disampingmu. Jadi tidak perlu takut, ya? Kita pasti bisa melewatinya."
Ana mengangguk dengan senyuman terpantri di wajahnya, Hati Ana menghangat mendengar semua ucapan Kei, Ana tidak bisa menebak orang seperti apa Kei itu, sewaktu-waktu bersikap dingin namun kemudian bersikap hangat seperti yang baru saja terjadi. Tapi satu hal yang pasti, tolong siapapun ingatkan Ana untuk tidak jatuh cinta pada pria disampingnya ini.
Kei dan Ana memasuki pekarangan rumah orang tua Kei. Pertama kali melihatnya Ana dibuat takjub, sungguh yang ada dihadapannya kini bukan rumah melainkan istana, halaman rumahnya saja berkali-kali lipat luasnya dengan rumah yang ia tempati saat ini, apalagi didalamnya? Kei lebih dulu keluar dari mobil, lalu berjalan kearah samping membuka pintu milik Ana. Rasanya Ana ingin pulang saja, tidak berani masuk kedalam rumah besar itu dan bertemu kedua orang tua Kei, nyali Ana menghilang sejak pertama kali mobil ini melewati gerbang."Kau akan baik-baik saja." ucap Kei tiba-tiba, lalu menautkan jemari tangannya dengan milik Ana. Pria itu menarik Ana dengan lembut untuk segera masuk kedalam. Sebenarnya Kei sama gugupnya dengan Ana. Tapi ia tidak mau menunjukkannya, karena pasti akan berdampak pada Ana.Ternyata kedatangan mereka telah dinantikan kedua orang tua Kei, ibu pria itu langsung menghampiri Kei dan Ana. Ana segera memberi salam dengan sopan."Bu kenalkan ini Ana, p
Pernikahan itu berjalan dengan lancar, tidak banyak tamu yang diundang, mengingat Kei hanya ingin pernikahannya dihadiri keluarga juga teman dekat. Sedangkan Ana? Tentu saja dia tidak mengundang siapapun kecuali Hobi, dokter Rachel serta beberapa suster kenalannya. Sayang satu-satunya keluarga Ana, mikail tidak bisa berada disisinya karena kondisinya yang tidak memungkinkan untuk keluar dari kamar. Dan untuk pertama kalinya Ana bertemu dengan Nita kekasih Kei yang baru Ana ketahui juga kalau wanita itu sekretaris Suami kontraknya. Kesan pertama saat Ana bertemu dengannya, wanita itu sangat anggun, cantik, tubuhnya yang kecil membuat wanita itu terlihat imut, beda sekali dengan Ana yang memiliki tubuh sintal ini. Ana jadi heran kenapa ibu kei sangat membenci Nita?Ana tengah melihat-lihat rumah yang akan ditempatinya selama enam bulan kedepan, rumah ini tidak terlalu besar dibandingkan rumah orang tua Kei namun terkesan mewah dengan style pria muda yang minimalist, perabo
Sinar matahari yang merengsek masuk melalui celah gorden kamar itu mengganggu ketenangan tidur Nita, wanita itu mengerjapkan matanya dan bangun lebih dulu dibanding Kei yang masih terlelap disampingnya, ia kemudian melirik jam yang tertempel di dinding, yang ternyata sudah menunjukkan pukul 11 siang. Pantas saja sinarnya begitu menyilaukan mata memaksa siapapun yang terkena sinarnya untuk segera beranjak pergi dari sana, tapi sepertinya Nita tidak mempedulikannya, ia masih betah pada posisinya saat ini, memandangi wajah Kei dari samping, dan mengaguminya secara diam.Memang, kegiatan ini menjadi kegiatan favorite wanita itu, saat melakukannya ia merasa tinggi hati karena banyak wanita yang ingin berada di posisinya, dan ia menjadi wanita beruntung itu yang bisa leluasa memandangi serta menyentuh wajah kekasih tampannya. Apalagi merasakan kejantanan Kei, sungguh Kei merupakan partner ranjang terbaik yang pernah Nita rasakan.Lalu ketika ia menikmati kegiatan menyena
Ana menyeruput kopinya di kantin rumah sakit dengan nikmat, sembari mendengar ocehan Hobi tentang wanita pujaannya. Selama bertahun-tahun mengenalnya baru kali ini Ana melihat pria itu begitu antusias menceritakan seorang wanita. Dulu Ana pernah sampai berpikiran buruk bahkan pernah bertanya secara langsung apakah pria itu tidak menyukai wanita atau dia menderita penyakit imponten sampai ia merasa malu mendekati perempuan manapun, teman perempuannya saja hanya Ana seorang. Bukannya apa-apa, Ia sungguh merasa cemas, ingin membantu meringankan beban Hobi namun bukan jawaban yang ia dapat justru yang ia dapati adalah toyoran keras di kepalanya. Jika diingat-ingat masa lalu Ana ternyata suram sekali."Kau mendengarkanku tidak sih?" Hobi mendengus melihat Ana yang tampak enggan mendengar ceritanya."Memangnya kau pikir aku sedang apa? Ini kan sedang mendengarkanmu.""Kau nampak malas menanggapiku.""Bagaimana tidak? Kau selalu menceritakan hal sama, berapa kali ku
Seingat Ana terakhir kali ia tersadar, ia sedang duduk disamping Mikail, menceritakan dongeng sebelum tidur lalu tanpa sadar tertidur disana. Ana yakin dengan rentetan kejadian itu namun yang membuatnya heran, pagi tadi tiba-tiba saja ia terbangun di atas sofa dengan selimut membungkus tubuhnya. Ana jadi heran sejak kapan ia memindahkan tubuhnya sendiri kesana? Atau ada seseorang yang mengangkatnya? Tidak mungkin kan seseorang mengangkatnya saat tidur tapi dia tidak bangun sama sekali.Ya, Ana rasa itu tidak mungkin! Ana pasti sadar, ia tipe orang yang mudah terbangun meskipun hanya karena suara kecil. Sebenarnya Ana ingat semalam bermimpi Kei datang kerumah sakit, lalu pria itu memindahkan Ana ke atas sofa. Tapi Ana tidak yakin apakah itu mimpi atau bukan karena semuanya tampak samar, lagipula untuk apa Kei datang ke rumah sakit? Memangnya dia tahu? Ah! Atau mungkin ia memang tidak sadar telah melangkahkan kakinya sendiri dan berpindah tidur di atas sofa. Entalah, Ana t
Kegaduhan terdengar begitu jelas dari kamar Ana, membuat gadis itu mendadak membuka matanya dengan terpaksa. Ana melirik jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Jantungnya berdegub kencang saat terdengar lagi suara pecahan piring atau gelas, Ana tidak tahu itu, yang pasti ia mulai ketakutan. Ana jadi berpikiran yang tidak-tidak mengingat sekarang dirinya hanya seorang diri saat ini. Kemarin pagi Kei sudah mulai bekerja karena batas cuti menikahnya sudah habis, sebenarnya Ana juga seharusnya sudah mulai bekerja, tapi ia urungkan niatnya mengingat jadwal operasi Mikail besok lusa, untungnya yang menjadi atasanya adalah Hobi, sehingga ia tidak perlu khawatir dipecat karena terlalu banyak mengambil libur, memang terkesan tidak profesional, namun Ana sudah meminta sangsi pada Hobi, pria itu bisa memotong gajinya. Tidak masalah untuk Ana karena yang jadi masalah Ana saat ini adalah Kei yang tidak pulang malam ini karena lembur. Lalu siapa yang membuat kegaduhan? Jangan
"Hai Ana? Apa Kei sudah bangun?"Wanita itu menatap Ana yang kebingungan dengan senyuman tersungging di wajahnya."Maaf nona, tapi anda siapa?" tanya Ana kepada wanita cantik dihadapannya, wanita itu tampak tak asing, tapi Ana tidak mengenalnya sama sekali. Ia memiliki rambut berwarna ash grey dengan panjang sebahu, saat ini memakai topi dengan kaos hitam kebesaran yang ditutupi jaket jeans berwana senada dengan celana jeans ketatnya, tidak luput dari pandangannya juga sepatu boots lalu dua koper besar disamping kanan kirinya. Ana tidak bisa jelas melihat wajahnya karena wanita itu menggunakan kacamata hitam.Apalagi yang membuatnya semakin bingung, wanita itu mengetahui namanya. Bukankah itu menandakan bahwa wanita itu mengenalnya? Tapi kenapa Ana tidak ingat sama sekali?"Aku tahu kau pasti saat ini sedang bingung, nanti saja ya perkenalannya karena aku sedang kesal sekali. Aish mana pria brengsek itu," ujarnya lalu melangkah masuk begitu saj
Pria itu menekan kode pass unit apartemen yang ia dapat dari temannya yang seorang hacker. Senyumannya tersungging di wajahnya saat ia berhasil menekan handle pintu lalu mendorongnya kedepan. Pintu itu dengan mudahnya terbuka menampilkan ruangan mewah dengan perabotan mahal. Ia meyakini harga semua barang disana mampu menghidupinya bertahun-tahun. Tapi bukan itu tujuannya datang kesana. Itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang akan ia lakukan nanti. Kakinya melangkah masuk lalu menutup pintu dengan perlahan. Ia mengamati ruangan yang tampak lenggang sepertinya tidak ada siapapun. Lalu Mengamati semua foto yang terpampang dan mendengus remeh dengan apa yang ia lihat. Sungguh semua foto yang ada disana membuatnya ingin meludahi wajah wanita itu. Tangannya mengepal saat memorinya memaksakan dirinya melihat rentetan kenangan masa lalu dirinya dengan dia. Sial!!! Wanita itu terlalu membekas dalam hidupnya. Ia mengitari seluruh ruangan dengan leluasa, mencari sosok yang ingin s
"Jadi seperti ini rasanya." Kei bergumam ketika Ana menghampirinya sembari membawa hidangan yang baru saja ia masak. Ana menatapnya bingung namun Kei tidak menjelaskan apapun padanya. Setelah ia meletakkannya di atas meja makan, Ana duduk dihadapannya."Terima kasih, kau sungguh tidak lapar?" Ana menggelengkan kepalanya. "Aku sudah kenyang."Tidak ada percakapan lain, Kei mulai menghabiskan makanannya. Ana memperhatikan pria itu makan dengan lahap. Baru kali ini dia melihat sisi lain dari Kei, pria itu terlihat seperti manusia biasa pada umumnya. Umm meskipun sebenarnya dia memang manusia biasa. Hanya saja penampilannya yang selalu terlihat elegan membuat Ana merasa Kei seperti putera mahkota yang tidak bisa dijangkau."Ada apa? Kenapa kau terus melihatku? Ada yg salah?" Ana terkesiap, pipinya perlahan-lahan memerah karena malu. Dia segera menundukkan kepalanya saat Kei tiba-tiba saja memergokinya tengah memandanginya. Ana tidak tahu harus mengatakan apa selain
Ana menutup matanya rapat-rapat. Ia telah bersiap diri menerima tamparan keras yang menyakitkan itu lagi. Namun setelah beberapa detik ketika ia tidak merasakan apapun dan malah ia mendengar suara dentuman keras disusul pekikan seseorang. Ana segera membuka matanya dengan ragu-ragu dan saat mata itu terbuka matanya membelalak, ia melihat lelaki itu sudah terbaring di lantai, merintih kesakitan sembari memegang perutnya.Kei baru saja menendangnya, ia berdiri tegak di hadapan Ana memunggunginya. Ana tidak bisa melihat ekspresi Kei, tapi dari helaan nafas yang berat dan suara geraman yang tertahan membuat Ana yakin kalau Kei sedang marah besar. Ya Tuhan! Semua orang tahu seberapa mengerikannya Kei saat ini!"Sayanggg?! Kurang ajar beraninya kau pada kekasihku!" pekik wanita itu keras-keras, ia mendekati kekasihnya. Namun alih-alih menanggapi, Kei malah melangkah dengan tenang. Ketenangannya seperti laut dalam di samudra. Tenang namun mematikan. Tidak ada yang berani meng
"Bukan hanya kekasih tetapi wanita ini sudah memiliki suami."Kalimat yang dikatakan secara posesif itu terus menerus berputar di kepalanya, seperti kaset kusut yang berputar tanpa henti. Padahal hanya kalimat sederhana tapi efeknya membuat Ana terus-terusan berdegub kencang. Ana menghentikan kegiatannya lalu menarik nafasnya dalam-dalam guna menenangkan hatinya.Kenapa sih Kei harus berbicara seperti itu, dari ribuan kata yang ada kenapa dia memilih rangkaian kata seperti itu? memang sih dia tidak mengatakan hal yang salah atau mungkin bahkan memang tidak ada artinya untuk Kei tapi untuk Ana ... jelas kalimat itu tidak se sederhana kelihatannya. Ketika Kei mengatakannya secara posesif, entah mengapa Ana menjadi besar kepala.Ia tiba-tiba saja menjadi gelisah namun gelisah yang aneh. Ana merasa senang ketika Kei mangatakan itu pada seseorang, tapi kenapa? Ana tidak mengerti. Kenapa dia merasa senang? padahal perasaan seperti itu jelas melenceng dari isi ko
Ana mendengar suara gelak tawa dari ruangan adiknya, suara orang dewasa dan tentu saja suara Mikail. Aneh? Ini masih terlalu pagi untuk seseorang berkunjung, lagipula Ana tak merasa punya kerabat selain Hobi yang biasa mengunjunginya. Ah atau itu mungkin suster? Ana menekan handle pintu lalu mendorongnya, sedikit terkejut melihat presensi ibu Kei sudah datang dan sedang bermain dengan Mikail."Loh bu, pagi-pagi sudah datang? Aku dan Kei baru saja mengantar Mona kerumah ibu." Ana menghampiri Ibu Kei yang duduk di atas karpet bulu bersama dengan Mikail beserta mainannya, sepertinya karpet itu baru saja dibawa ibunya Kei dari rumah. Ana ikut duduk disana, setelah mencium pipi ibu."Mona sudah sampai? Nanti sore saja ketemunya, Ibu kangennya sama Mikail," ucap ibu sembari memeluk Mikail, Ana tersenyum haru melihat kedekatan mereka, mereka nampak seperti ibu dan anak sesungguhnya. Setidaknya Mikail bisa merasakan pelukan seorang ibu, meski bukan berasal dari ibu
Pria itu menekan kode pass unit apartemen yang ia dapat dari temannya yang seorang hacker. Senyumannya tersungging di wajahnya saat ia berhasil menekan handle pintu lalu mendorongnya kedepan. Pintu itu dengan mudahnya terbuka menampilkan ruangan mewah dengan perabotan mahal. Ia meyakini harga semua barang disana mampu menghidupinya bertahun-tahun. Tapi bukan itu tujuannya datang kesana. Itu bukan apa-apa jika dibandingkan dengan apa yang akan ia lakukan nanti. Kakinya melangkah masuk lalu menutup pintu dengan perlahan. Ia mengamati ruangan yang tampak lenggang sepertinya tidak ada siapapun. Lalu Mengamati semua foto yang terpampang dan mendengus remeh dengan apa yang ia lihat. Sungguh semua foto yang ada disana membuatnya ingin meludahi wajah wanita itu. Tangannya mengepal saat memorinya memaksakan dirinya melihat rentetan kenangan masa lalu dirinya dengan dia. Sial!!! Wanita itu terlalu membekas dalam hidupnya. Ia mengitari seluruh ruangan dengan leluasa, mencari sosok yang ingin s
"Hai Ana? Apa Kei sudah bangun?"Wanita itu menatap Ana yang kebingungan dengan senyuman tersungging di wajahnya."Maaf nona, tapi anda siapa?" tanya Ana kepada wanita cantik dihadapannya, wanita itu tampak tak asing, tapi Ana tidak mengenalnya sama sekali. Ia memiliki rambut berwarna ash grey dengan panjang sebahu, saat ini memakai topi dengan kaos hitam kebesaran yang ditutupi jaket jeans berwana senada dengan celana jeans ketatnya, tidak luput dari pandangannya juga sepatu boots lalu dua koper besar disamping kanan kirinya. Ana tidak bisa jelas melihat wajahnya karena wanita itu menggunakan kacamata hitam.Apalagi yang membuatnya semakin bingung, wanita itu mengetahui namanya. Bukankah itu menandakan bahwa wanita itu mengenalnya? Tapi kenapa Ana tidak ingat sama sekali?"Aku tahu kau pasti saat ini sedang bingung, nanti saja ya perkenalannya karena aku sedang kesal sekali. Aish mana pria brengsek itu," ujarnya lalu melangkah masuk begitu saj
Kegaduhan terdengar begitu jelas dari kamar Ana, membuat gadis itu mendadak membuka matanya dengan terpaksa. Ana melirik jam di atas nakas yang masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Jantungnya berdegub kencang saat terdengar lagi suara pecahan piring atau gelas, Ana tidak tahu itu, yang pasti ia mulai ketakutan. Ana jadi berpikiran yang tidak-tidak mengingat sekarang dirinya hanya seorang diri saat ini. Kemarin pagi Kei sudah mulai bekerja karena batas cuti menikahnya sudah habis, sebenarnya Ana juga seharusnya sudah mulai bekerja, tapi ia urungkan niatnya mengingat jadwal operasi Mikail besok lusa, untungnya yang menjadi atasanya adalah Hobi, sehingga ia tidak perlu khawatir dipecat karena terlalu banyak mengambil libur, memang terkesan tidak profesional, namun Ana sudah meminta sangsi pada Hobi, pria itu bisa memotong gajinya. Tidak masalah untuk Ana karena yang jadi masalah Ana saat ini adalah Kei yang tidak pulang malam ini karena lembur. Lalu siapa yang membuat kegaduhan? Jangan
Seingat Ana terakhir kali ia tersadar, ia sedang duduk disamping Mikail, menceritakan dongeng sebelum tidur lalu tanpa sadar tertidur disana. Ana yakin dengan rentetan kejadian itu namun yang membuatnya heran, pagi tadi tiba-tiba saja ia terbangun di atas sofa dengan selimut membungkus tubuhnya. Ana jadi heran sejak kapan ia memindahkan tubuhnya sendiri kesana? Atau ada seseorang yang mengangkatnya? Tidak mungkin kan seseorang mengangkatnya saat tidur tapi dia tidak bangun sama sekali.Ya, Ana rasa itu tidak mungkin! Ana pasti sadar, ia tipe orang yang mudah terbangun meskipun hanya karena suara kecil. Sebenarnya Ana ingat semalam bermimpi Kei datang kerumah sakit, lalu pria itu memindahkan Ana ke atas sofa. Tapi Ana tidak yakin apakah itu mimpi atau bukan karena semuanya tampak samar, lagipula untuk apa Kei datang ke rumah sakit? Memangnya dia tahu? Ah! Atau mungkin ia memang tidak sadar telah melangkahkan kakinya sendiri dan berpindah tidur di atas sofa. Entalah, Ana t
Ana menyeruput kopinya di kantin rumah sakit dengan nikmat, sembari mendengar ocehan Hobi tentang wanita pujaannya. Selama bertahun-tahun mengenalnya baru kali ini Ana melihat pria itu begitu antusias menceritakan seorang wanita. Dulu Ana pernah sampai berpikiran buruk bahkan pernah bertanya secara langsung apakah pria itu tidak menyukai wanita atau dia menderita penyakit imponten sampai ia merasa malu mendekati perempuan manapun, teman perempuannya saja hanya Ana seorang. Bukannya apa-apa, Ia sungguh merasa cemas, ingin membantu meringankan beban Hobi namun bukan jawaban yang ia dapat justru yang ia dapati adalah toyoran keras di kepalanya. Jika diingat-ingat masa lalu Ana ternyata suram sekali."Kau mendengarkanku tidak sih?" Hobi mendengus melihat Ana yang tampak enggan mendengar ceritanya."Memangnya kau pikir aku sedang apa? Ini kan sedang mendengarkanmu.""Kau nampak malas menanggapiku.""Bagaimana tidak? Kau selalu menceritakan hal sama, berapa kali ku