“VER!!! GUE TAHU KEBERADAAN BIANCA!!.” Kata tyaga dengan suara yang lantang dan bersemangat.Vero yang masih tersambung dengan bram pun langsung diam membeku saat mendengar kata - kata tyaga barusan. Sahabatnya itu tadi tidak menguping, kan ?Tanpa sadar vero belum memutus panggilannya dengan bram, karena di seberang sana bram juga penasaran dengan yang sebenarnya terjadi. Tapi dia melangkah maju ke arah tyaga.“Lo tau dari mana, ga ?” Tanya vero dengan jantungnya yang terus berdebar kencang. Dia benar - benar takut ketahuan oleh tyaga.“Ada pokoknya.”“Lo…”“Nanti gue kasih tau. Tadi bukannya lo lagi telfon, ya ?” Tanya tyaga yang akhirnya menyadarkan vero dengan ponselnya. Dia melihat di layar bahwa panggilannya memang belum terputus.“Yaudah gue keluar dulu. Nanti kalo lo udah selesai gue bakal tunjukin.” Kata tyaga lagi. Vero pun hanya mengangguk setuju.‘Halo ?’‘Iya, kak.’‘Lo denger kan yang tyaga bilang tadi.’‘Denger. Dia teriaknya kenceng gitu.’‘Gue jadi curiga sama dia.’
“KEJUTAN!!!” Teriak seseorang tepat saat pintu berhasil dibuka oleh tyaga.“Lo ?? Ngapain lo disini ?” Tanya tyaga yang benar - benar terkejut dan tak menyangka akan melihat wajah bram sekarang didepan matanya.“Kenapa ? Emangnya gue nggak boleh datang mengunjungimu ?” Tanya bram dengan wajah yang tak berdosa, kemudian pria itu masuk begitu saja melewati tyaga yang masih diam mematung.“Ada apa ? Kenapa masih berdiri disitu ?” Tanya bram lagi. Seolah dia bukanlah tamu disana. Mau tak mau tyaga akhirnya menyusul bram masuk.Adik dari bianca itu terlihat memperhatikan ke setiap detail yang ada di vila milik tyaga.“Jadi ini villa yang senilai dengan kakakku ?” Sindir b
“Sialan !! Cepat juga dia !!” Maki bram saat melihat foto yang dikirimkan oleh fareta. Sesaat kemudian foto itu hilang dan berganti dengan sebuah pesan lain.*Eh, sorry ver gue salah kirim.*Begitu membaca pesan itu, bram mengembalikan ponsel milik vero.“Tuh baca.” Katanya sambil menunjukkan dagunya ke arah vero. Sedangkan vero setelah menerima ponselnya kembali langsung membaca pesan yang dikirimkan fareta.Wajah vero terlihat menahan sebuah kemurkaan.“BRENGSEK!! Nggak mungkin dia salah kirim!! Kayak anak baru pake handphone cangging aja!!!” Maki vero terus menerus.Saat vero masih marah - marah karena fareta, lain halnya de
“Aku pergi dulu.” kata bianca sambil berjalan meninggalkan fareta sendiri.Hal itu tentu saja membuat fareta terkejut saat melihat reaksi yang ditunjukkan bianca. Apalagi alasan perginya bianca adalah karena pertanyaannya tentang tyaga. Ternyata masih sedalam itu perasaan bianca pada sahabatnya itu.Fareta merasa cemburu dan juga kalah. Rasa ingin memiliki bianca juga semakin besar. Tadinya dia pikir bianca akan sama saja seperti gadis pada umumnya. Tapi ternyata bianca masih sama seperti saat pertama dikenalnya dulu. Gadis itu terlalu sulit ditebak masalah hati dan keputusannya. Belum lagi pendiriannya yang sekuat tembok cina itu. Fareta semakin merasa tertantang untuk mendapatkan bianca dan juga mengalahkan tyaga dalam satu waktu.Sedangkan bianca berjalan dengan sangat cepat untuk kembali menuju apart
Wajah vero dan bram terlihat sangat tegang dan panik. Mereka benar - benar melihat tyaga tak bergerak sedikit pun apalagi saat menyadari bahwa matanya juga terpejam.“G-g-ga….” panggil vero dengan terbata. Dia berjalan mendekat ke arah tyaga.Kemudian dibelakangnya bram juga mengikuti pergerakan vero. Saat sudah dekat, bram langsung memegang pergelangan tangan tyaga.Dan….Wajah panik kembali terlihat jelas di wajahnya.Bram dan vero akhirnya saling melihat. Gelengan kepala yang diberikan oleh bram membuat vero tak percaya begitu saja. Dia akhirnya juga ikut memegang pergelangan tangan tyaga untuk memastikan sendiri.Tapi sayangnya, saat vero meleta
Tyaga kembali ke kamar bianca yang sedang dia tempati. Saat melihat kondisi pintu membuatnya tersenyum miris. Kasihan sekali nasib pintu yang tak bersalah ini, dia harus merasakan tendangan dua pria yang menjadi bodoh karena kepanikan tak beralasannya. Tapi untungnya saat ditutup pintunya masih bisa menutup dengan sempurna karena masih ada kunci rantai dan juga grendel yang masih utuh karena yang rusak hanya tuas tangan dan kuncinya saja.“Apa kau juga akan bersikap bodoh seperti mereka saat mengetahui kondisiku tadi, bi ?” tanya tyaga lirih. Dia berbicara sendiri dan berandai - andai jika bianca ada disampingnya. Rasa rindu ini cukup menyiksanya ternyata, apalagi saat mengetahui ada fareta disamping bianca sekarang.Rasanya detik itu juga tyaga ingin segera terbang ke tempat bianca. Tapi apa daya dia tak bisa melakukannya dengan gegabah. Tyaga taku
Ketika sudah sampai di apartemen dan memastikan semuanya aman, bianca langsung mengambil ponselnya. Dia mengetikkan sebuah pesan.Drrttt…. Drrttt…Sebuah getaran dari sebuah ponsel menginterupsi kegiatan makan vero dan bram. Mereka sedang menikmati semua menu yang sudah dipesan tadi.“Bukan handphone gue.” kata vero setelah mengecek ponselnya.“Punya gue berarti.” komentar bram sambil terus mengunyah makanan di mulutnya.“Coba cek.” kata vero.“Tangan gue kotor.” jawab bram sambil menunjukkan kedua tangannya yang sudah kotor karena mengupas udang tadi.“Tangan gue yang
Keesokan harinya, bianca bersiap dengan wajah malas dan keengganannya. Kemarin dia terlanjur menyetujui fareta yang ingin menikmati beberapa hari bersamanya sebelum perkuliahan dimulai. Sebenarnya bianca ingin sekali menolak, tapi apa daya janji sudah terucap. Maka hanya menapati yang jadi solusi satu - satunya.Bianca menggosok gigi sambil memandangi wajah bangun tidurnya di kaca wastafel. Dia benar - benar tidak ingin pergi. Susah payah bianca pergi sejauh ini, tapi nyatanya semua orang dimasa lalunya datang dan menghancurkan benteng yang baru saja dibangunnya. Jika biasanya bianca bisa menyelesaikan waktu bersiap - siap hanya dalam waktu tiga puluh menit, itu sudah termasuk mengeringkan rambut juga. Untuk kali ini dia menghabiskan waktu bersiap - siapnya selama hampit satu jam lamanya.Pergerakan bianca benar - benar sangat lambat dan juga pelan. Tubuhnya pu
“Aku yakin kau datang bulan, Bi.” Kata Tyaga saat mereka tengah menikmati sarapan yang sudah diantarkan ke kamar.“Mungkin saja.” Jawab Bianca sambil mengangkat bahunya cuek. Sejujurnya dia juga baru tahu dan menyadari bahwa selama ini memang hanyalah kesalahpahaman saja. Untung saja tadi suaminya itu membahasnya.Saat Bianca sedang menyendokkan yogurt ke mulutnya, tiba - tiba Tyaga terlihat berdiri dan berjalan menuju ke arah salah satu laci dekat lemari. Lalu dia membawa sebuah surat dan memberikannya pada Bianca.“Coba baca ini, Bi.” Katanya.Walaupun bingung, Bianca tetap menerima surat itu. Dari depannya saja dia bisa melihat bahwa itu adalah sebuah laporan kesehatan dari rumah sakit yang mereka datangi kemarin. Untuk sejenak kedua alis Bianca mengerut.“Ray, kau tidak sedang sakit kan?” Tanyanya. Tyaga pun hanya menggeleng.“Buka aja, Bi. Nanti kamu bisa lihat sendiri isinya.”Bianca menuruti saja, dia membuka dan membaca hasil pemeriksaan yang mereka lakukan kemarin. Lembar pe
“Aku?” Tanya Bianca sambil menunjuk dirinya sendiri.Senyuman penuh rahasia itu nampak jelas di wajah Tyaga.“Jadi? Apa yang sebenarnya terjadi, Ray. Cepat katakan…” rengek Bianca sambil menggoyang - goyangkan lengan Tyaga dengan sangat manjanya.Bukannya menjawab, Tyaga malah mencondongkan bibirnya ke arah Bianca untuk meminta jatah sebelum menceritakan kisah panas mereka. Dengan senang hati Bianca membalas permintaan itu dengan sebuah kecupan. Hal kecil seperti itu ternyata bisa menjadi alat transaksi informasi diantara mereka. “Baiklah, jadi begini ceritanya…”FLASHBACK ON“Ray, aku ingin whisky milikmu.” Kata Bianca.“Tapi, Bi… Tadi kau…”“Sudah minum wine?” Lanjut Bianca, lalu Tyaga mengangguk.“Memangnya kenapa?” Nada bicara Bianca berubah galak.“Kau sudah mabuk, Bi.”“Siapa bilang aku mabuk? Aku sadar, Ray. Lihat ini.” Kata Bianca sambil berusaha berdiri tegak, namun tentu saja hal itu tidak berhasil karena Bianca hampir saja terjatuh lagi jika Tyaga tidak menahan pinggangnya
“Kalau begitu, jangan ditahan Ray! Lakukan sesukamu! Aku sudah menunggunya.” Kata - kata Bianca barusan bak sebuah mantra yang semakin membuat tubuh Tyaga panas.Ciumannya pun sudah mulai menjelajahi leher hingga ke tulang selangka Bianca. Bahkan tanpa Tyaga Sadari dia sudah membuat rambut istrinya semakin berantakan karena ulahnya. Bianca sendiri terus menggelinjang karena sentuhan Tyaga. Dia juga memejamkan matanya sambil menikmati hal yang yang tak bisa dibilang baru. Karena sebelumnya pun mereka pernah saling mencumbu satu sama lain.Semakin lama gerakan Tyaga semakin tak terarah, dia menyentuh semua bagian tubuh Bianca tanpa melewatkan satu pun. Bahkan tali yang menjadi penghubung pakaian tipis itu mulai melorot sampai ke lengan Bianca. Tentunya karena hal itu sebelah gundukan kenyal milik Bianca mulai terekspos.“Ray…” panggil Bianca dengan suara seraknya.“Hm?”“Dingin.” Katanya dengan tubuh bergetar. Menyadari bahwa tubuh mereka setengah telanjang, Tyaga lalu tersenyum dan m
Akhirnya serangkaian acara pernikahan hingga resepsi hari ini usai sudah. Tyaga dan Bianca sekarang berjalan bersama menuju ke arah kamar pengantin yang sudah disiapkan untuk mereka. Kamar yang tadi sudah mereka datangi.Keduanya jalan berdampingan sambil bergandeng tangan. Acara resepsi tadi benar - benar berjalan lancar tanpa adanya kendala. Hal itu membuat Tyaga merasakan kelegaan yang luar biasa. Sejak kehadiran Fareta tadi, sebenarnya Tyaga merasa begitu was - was. Belum lagi gaun istrinya begitu menggoda siapapun yang melihatnya, Tyaga semakin tidak rela jika sampai Fareta juga hadir dan semakin mengaguminya atau mungkin berniat menculiknya lagi. Gila memang pikiran dan ketakutan tuan Tyaga Rayshiva yang terhormat ini!Tadi saja rasanya ingin sekali dia meminta Bianca untuk terus duduk, jadi para tamu undangan dan keluarga yang hadir tidak harus mengagumi kecantikan istrinya. Padahal kan tujuan resepsi ini diadakan untuk bentuk syukur dan juga memperkenalkan hubungan sah mereka
Karena kejadian tadi, akhirnya mau tidak mau tyaga harus kembali membersihkan diri dengan mandi. Apalagi tadi bianca juga sempat melihat beberapa luka di punggung tangan tyaga. Belum lagi kemeja tyaga juga sudah tidak berbentuk lagi. Dan untungnya untuk acara resepsi nanti mereka menggunakan konsep yang berbeda. Jadi tyaga dan bianca menggunakan gaun dan jas tema lain.Sekarang ini bianca dan tyaga berada di kamar pengantin yang sudah dipersiapkan oleh oma, nenek, dan para mama untuk mereka. Tadi tyaga sengaja tidak mengajak bianca kembali ke kamar miliknya karena terlalu banyak orang disana. Dan tyaga tidak ingin menjelaskan apapun.Bianca terlihat duduk di sofa sambil memegang gelas wine sambil menunggu tyaga selesai mandi. Sejenak dia terdiam dan memikirkan semua kejadian yang terjadi selama seharian ini. Tak pernah bianca sangka fareta akan melakukan hal senekat itu padahal dirinya sudah resmi menikah dengan tyaga.Tiba - tiba terdengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, tapi b
“Selamat, ga. Kau membuktikan bahwa kau berhasil merebut semua yang aku inginkan!” Orang lain yang mendengarnya saja bisa menilai betapa fareta membenci tyaga dari kata - katanya itu. Bahwa sejak awal dia memang hanya menganggap tyaga adalah saingan yang seimbang untuknya dalam hal apapun. Padahal kenyataan itu begitu berbanding terbalik bagi tyaga. Sejak awal dia menganggap fareta sebagai sahabatnya sama seperti vero. Tapi semenjak adanya masalah diantara mereka karena fareta berusaha merebut bianca, tyaga jadi tersadar akan hal itu.Dengan senyuman terbaiknya tyaga membalas uluran tangan fareta, namun sebelah tangannya langsung menggenggam tangan bianca.“Thanks.” katanya singkat.“Ternyata kau benar - benar menerima bianca dan juga anak dalam kandungannya. Padahal kau belum mengetahui anak siapa itu.” bisik fareta lagi.“Memangnya itu penting ya? Bagi gue yang terpenting adalah bisa bersama bianca selamanya dengan menikahinya.” balas tyaga sambil berbisik juga. Fareta hanya terse
Akhirnya, seseorang yang sangat ditunggu oleh banyak orang mulai menunjukkan tanda - tanda kehadirannya. Sang pengantin wanita yang diantarkan langsung oleh seorang pria yang menjadi cinta pertamanya sejak hari pertamanya lahir ke dunia yaitu sang papa tercinta untuk memasuki area pernikahan. Sedangkan sang pengantin pria yang memang sejak tadi sudah gugup sambil menunggu pujaan hatinya sekarang ini jantungnya semakin berdebar sangat kencang. Apalagi hampir semua orang mulai menolehkan kepala mereka ke arah pintu masuk utama.Tyaga berulang kali menarik nafas dan menghembuskannya untuk menenangkan diri. Ini adalah hari yang sangat dia tunggu selama beberapa tahun belakangan. Mengingat untuk bisa mewujudkan terjadinya hari ini pun cobaan dan rintangan yang harus dia hadapi juga tak mudah.Setiap hubungan memang memiliki ujian dan cobaannya sendiri - sendiri. Tyaga dan bianca sudah menjadi salah satu pasangan yang membuktikan sendiri bahwa mereka bisa melewati semuanya bersama. Selain
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk bersiap, akhirnya tyaga sudah terlihat sangat rapi, wangi, tampan, dan sangat mempesona dalam balutan jas berwarna hitam. Sebentar lagi dia akan segera resmi menjadi seorang suami untuk bianca. Itu berarti salah satu tujuan dalam hidupnya benar - benar tercapai.Buah kesabaran dan usaha tyaga akan terbayar sebentar lagi. Bianca benar - benar menjadi satu - satunya gadis yang membuatnya jatuh cinta hingga seperti ini. Bahkan jika diingat lagi tak pernah sekalipun tyaga jatuh cinta pada gadis lain.Walaupun ditengah perjalanan sempat muncul sosok bianca renata yang sempat mewarnai hidupnya. Tapi tetap saja bianca renata yang menjadi gadis taruhan tyaga adalah satu orang yang sama dengan bianca grizelle kekasih pertama dan satu - satunya seorang tyaga.Saat ini tyaga sudah keluar dari kamarnya untuk berjalan menuju ke area tempat pernikahannya dengan bianca. Di Tengah jalan ternyata yoshua sudah menunggu sambil duduk di sofa yang
Senna yang melihat bianca pergi setelah memutar kembali rekaman cctv yang yoshua berikan tadi tentu saja langsung menyusul. Dia tahu betul kondisi bianca saat ini, lagipula senna juga tahu bahwa semua ini memang rencana tyaga dan yoshua untuk bianca. Sejak semalam dia memang membantu calon suami sahabatnya itu agar menyudahi kecurigaannya.“Bi… tunggu aku!!” Panggil senna sambil berlari kecil untuk menyusul bianca.Mendengar namanya dipanggil bianca menghentikan langkahnya, lalu dia menarik pergelangan tangan sahabatnya untuk kembali ke kamar. “Aku beritahu saat sudah dikamar, sen.” Namun sayangnya saat sudah berada di kamar ternyata disana sudah ada beberapa orang.“Halo, bianca ya?” Sapa salah satu orang di dalam kamarnya.“Hai…” “Aku karin dan mereka semua adalah timku. Kami ditugaskan oleh nyonya panya dan nyonya kezia untuk mendandanimu.” Jelas seorang wanita yang memperkenalkan dirinya dengan nama karin. Dan ternyata tim MUA yang dipesan mama dan mama mertuanya sudah datang. H