Tadi setelah menyelesaikan makannya, bianca langsung menerima pesan dari bram. Adiknya itu mengatakan bahwa sekitar sepuluh menit lagi dia akan menghubunginya. Bianca pun menjawab pesannya dan mengatakan ‘ya’.
Setelah itu, perasaan bianca kembali berdebar saat menunggu. Dia berjalan mondar - mandir di ruang tengahnya. Sesekali dia duduk di sofa, kemudian berdiri, lalu duduk lagi. Dan akhirnya berdiri di pinggir jendela yang biasanya diduduki saat merenung.
Tak berselang lama ponselnya berdering, bianca bisa melihat nama adiknya di layar. Kemudian dia menekan tombol jawab.
‘Hai, kak.’ sapa bram sambil tersenyum lebar.
‘Hai, bi.’ kali ini adalah sapaan yang diberikan vero dari berlakang bram. Karena bram melakukan panggilan video.
“KALIAN BERDUA!!! AYO MASUK!!” panggil yoshua dari depan pintu. Sepertinya pria itu kembali lagi keluar saat tidak menyadari bahwa senna dan bianca tak berada disana.Mendengar panggilan itu, bianca tidak melanjutkan ceritanya. Lalu dia menarik senna untuk segera masuk ke dalam. Akan lebih merepotkan jika yoshua sampai ikut bertanya - tanya tentang alasan mereka yang tidak langsung masuk ke restoran.Karena sekarang sudah ada senna, bianca pikir dia sudah tidak perlu menceritakan apapun pada yoshua tentang hubungannya dengan tyaga. Baginya senna saja cukup untuk menjadi pendengar dan penasehat yang baik. Walaupun sebenarnya pemikiran dewasa yoshua pun juga tidaklah buruk. Tapi bianca tidak ingin membuat tyaga salah paham lagi dengan kedekatannya dengan pria lain.Secara tidak sadar, sebenarnya dari bianc
Keesokan harinya, bianca bangun pagi karena harus kembali kuliah setelah kemarin tidak masuk. Dia bangun pagi - pagi dan segera bersiap untuk pergi ke kampus. Bianca mandi dengan air hangat, mencuci rambut seperti biasanya, lalu berganti pakaian dan memakai makeup tipis. Setelah itu dia menyiapkan makanan untuk sarapannya hari ini.Saat berada di dapur bianca sempat mengecek kembali ponselnya, wajahnya berubah tidak enak dilihat karena sejak semalam tyaga tak kunjung membalas pesannya. Tapi pesannya sudah dibaca. Apa jangan - jangan dia marah?Jika tyaga merasa curiga, justru bianca merasa bersalah. Bukan karena menutup panggilan terlebih dahulu kemarin. Melainkan masalah vero yang diminta untuk menemani fareta. Sungguh hal itu benar - benar mengusik hati bianca. Dia ingin sekali menjelaskan pada tyaga. Tapi tidak tahu harus mulai dari mana.
Pesan yang dikirimkan bianca itu sudah dibaca oleh tyaga saat dia sudah sampai dirumah. Tapi tyaga tidak mempunyai keinginan untuk membalasnya. Sekarang dia hanya ingin segera membersihkan diri dan segera memejamkan matanya. Tubuhnya terasa lengket dan juga lelah. Ingin sekali dia tidur tanpa mandi terlebih dahulu, namun ini benar - benar terasa tidak nyaman. Akhirnya dia memutuskan untuk mandi dengan cepat, berganti dengan pakaian rumah, lalu menghempaskan tubuhnya diranjang. Kemudian tidur.Sedangkan bianca sekarang sedang menunggu senna di taman untuk makan siang bersama. Beberapa kali dia melihat jam di pergelangan tangannya, lalu mengecek ponselnya juga. Tapi tidak ada balasan dari tyaga sama sekali.Perasaan yang tadinya bahagia dan berbunga - bunga itu kembali menjadi cemas. Sekarang seharusnya sudah pukul tujuh malam di Indonesia. Dan tyaga harusn
Saat baru sampai di kampus dan memarkir sepedanya, ponsel bianca bergetar. Disana tertulis sebuah pesan yang dikirim vero dan bram secara bersamaan. Mungkin hanya berselisih beberapa detik saja.Bianca tentu saja merasa kejadian ini cukup aneh, jadi dia langsung membuka pesan itu sambil melangkahkan kakinya menuju ke kelas.Pertama pesan dari bram yang dibuka bianca terlebih dahulu, dia melihat gambar tyaga yang sedang terbaring lemah dengan tangan yang diinfus. Wajah bianca langsung berubah menjadi khawatir. Apalagi pesan yang ditulis bram cukup membuatnya panik setelah membacanya.*Kak, apa kau sudah tahu bahwa calon jodohmu ini sedang sakit? Aku berani bertaruh bahwa kau tidak mengetahuinya, bukan? Cepat hubungi dia sebelum menyesal!!*Kemudian, bianca membuka p
Setelah mendengar penjelasan dari vero, sesaat kemudian ponsel vero juga kembali menyala. Dia langsung memberikan tanda pada tyaga dan juga bram untuk tidak membicarakan hal yang sebelumnya sudah dia sampaikan tadi. Dia juga menuliskan juga membisikkan sesuatu pada bram kemudian bram meneruskannya pada tyaga.Lalu, mereka berdua kembali mengobrol seperti biasa. Seolah - olah memang tidak terjadi sesuatu yang mereka ketahui.“Lo kayaknya udah sembuh, kak?” tanya bram basa - basi.“Hm, lumayan. Besok gue udah bisa magang lagi.” jawab tyaga sambil memainkan ponselnya.“Yakin lo?” bram bertaya lagi seolah memastikan kondisi tyaga memang jauh lebih baik dari sebelumnya.“Yakin. Gue udah di
BAB 110Hari ini tyaga pulang kantor lebih cepat. Sebelum jam lima sore dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini. Kemudian dia hanya diam dan terbengong memandangi layar laptopnya sambil tersenyum simpul.Namun sayangnya teman kantor yang duduk disampingnya sedang dalam kondisi yang serius. Veri sekarang ini sedang menatap laptop di depannya dengan wajah yang serius, bahkan kedua alisnya juga mengerut sempurna. Tidak biasanya tyaga melihat sikap veri yang serius seperti ini.“Belum selesai?” tanya tyaga sambil tersenyum.“Belum. Lo mau bantuin gue?” tanya veri dengan nada yang terdengar bukan seperti sebuah candaan namun nada perintah.“Enggak, sorry banget sore ini gue udah ada janji.”
Tepat ketika baru saja keluar dari kamar mandi, tyaga mendengar nada dering dari ponselnya. Dia melihat foto dan nama bianca di layarnya. Sebuah senyuman langsung menghiasi wajah tyaga. Jika sekarang ini bianca melihatnya, mungkin dia akan sangat bersyukur memiliki tyaga dalam hidupnya. Bagaimana tidak, sekarang ini tyaga hanya menggunakan handuk untuk menutup bagian bawahnya. Lalu rambutnya yang masih basah juga menetes ke dadanya. Sangat menggoda dan terlihat menawan secara bersamaan.Dalam waktu yang sangat cepat tyaga menggeser layar ponselnya untuk menjawab panggilan dari kekasih tercintanya.‘Halo, sayang?’ sapa tyaga saat di layar ponselnya langsung terlihat wajah bianca yang sedang duduk di sebuah sofa. Sepertinya sekarang gadis itu sedang berada di ruang tengahnya.‘Nggak usah panggil saya
Keesokan harinya, suasana tegang terus menyelimuti divisi utama. Terutama divisi utama pemasaran. Hampir semua karyawan berbisik - bisik disana, apalagi saat veri baru saja datang dan masuk. Semua orang langsung menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan, antara mereka tidak menyangka veri menjadi orang yang sangat sial dalam masalah ini dan mungkin juga sebuah ejekan karena veri terlalu mudah berubah menjadi sangat berprestasi dalam waktu sekejap. Kabar tentang identitas tyaga tentu saja langsung tersebar hampir ke seluruh karyawan di perusahaan sejak kemarin. Mereka membicarakan gosip itu sambil berbisik.Selain veri, pak ryan juga orang yang merasakan perasaan bersalah karena sempat memperlakukan tyaga dengan tidak baik karena ulah veri. Apalagi dia sebagai kepala divisi utama pemasaran. Dan parahnya dia tidak mengetahui siapa anak magang yang ternyata di masa depan adalah atasannya nanti. Ini seper