Vera tidak melihat sang suami di luar rumah, melainan seorang pria tiga puluhan tahun yang cukup familiar. Iya, itu adalah Dino, penjaga yang diminta datang oleh Danno. Orang paling dipercaya olehnya di kota ini."Nyonya? Ada apa?" tanya pria itu.Dari semua orang atau pegawai Danno, cuma pria itu saja yang memanggil Vera dengan Nyonya. Ini sedikit membuatnya resah karena terlalu sopan. Dia bertanya, "suami saya udah pergi?""Iya barusan.""Hmm ... tadi kamu ke samping rumah, nggak?" Vera melihat ke sebelah dengan tatapan waspada.Dino ikut menoleh. Keningnya sedikit mengerut, heran dengan perilaku Vera yang mendadak waspada. "Enggak, Nyonya, saya loh baru datang."Penasaran, Vera berjalan menuju ke samping rumah, melihat keadaan— dan ternyata, tidak ada siapapun. Tidak ada hal yang mencurigakan.Lantas, sekelebat bayangan hitam itu apa? Siapa? Cuma halusinasi?Dino ikut melihat-lihat di sekitar situ. Dia bertanya, "Nyonya lihat sesuatu? Bilang aja di mana, nanti saya cek.""Tadi wa
Pihak kepolisian datang ke rumah, melakukan penyidikan di sekitar rumah Vera dan Danno. Sementara itu, si tersangka alias stalker sedang dirujuk ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.Vera bersiap melakukan pembelaan terhadap sang suami. Dia tidak akan membiarkan pria itu ikut dituntut karena kekerasan.Saat melakukan penyelidikan, salah satu polisi menemukan kamera tersembunyi di ruang tamu. Hal ini mengejutkan Vera. Dia sampai melongo tak percaya."Tapi ..." Vera melihat salah seorang polisi yang memasukkan kamera itu ke dalam plastik barang bukti. "Siapa yang ..." ucapannya kembali terhenti begitu sadar kalau di rumah ini hanya ada dia dan Danno. Satu-satunya tamu yang pernah mampir hanyalah sang kakak sepupu alias Feno.Pandangan matanya menjadi serius saat menoleh ke sang suami. Ini artinya semua kecurigaan pria itu terbukti benar. Sepupunya ke sini dengan maksud lain.Danno menatapnya. "Apa kubilang .."Vera memegangi lengan kemeja sang suami dengan erat. Dia tidak percaya ini
IKAN BAKAR NORABegitu nama rumah makan yang didatangi oleh Vera dan Danno. Tempat itu sangat ramai. Selain karena masih baru sehingga banyak promo, sekarang juga jam makan siang.Bangunan rumah makannya besar, parkiran juga luas. Banyak area lesehan yang sudah ditempati, kolam pancing juga sedang ramai oleh pemancing. Di sini, pengunjung bisa memancing ikannya sendiri atau langsung saja memesan. Mereka juga bisa membeli ikan pancingan mereka sendiri untuk dibawa pulang.Danno dan Vera diantar oleh seorang waitress menuju ke meja lesehan dekat kolam ikan mas, agak jauh dari tempat lesehan lain.Vera duduk disitu, melihat suaminya memesan. Usai si waitress pergi, wanita itu kemudian bertanya, "kamu udah pesan tempat sebelumnya?""Iya, makanya aku ajakin kamu sini," sahut Danno yang tengah duduk berhadapan dengan Vera. "Gimana? Kamu suka nggak lesehan gini?""Suka, di sini nyaman banget— di sebelah kanan pohon, kiri kolam ikan mas." Vera menengok ke balik pagar pembatas di pendopo itu
Beberapa hari kemudian ...Vera berhasil menuntut Henry dengan tuduhan otak dibalik penyerangan terhadap dirinya. Dia berusaha agar pria itu tidak bisa keluar dari penjara dengan bantuan uang. Sayang, hukumannya hanya beberapa bulan.Sejak pria itu di penjara, tidak ada orang mencurigakan lagi mengintai di rumah atau mengikuti Vera dan Danno saat bepergian."Selamat pagi, istriku ..." ucap Danno begitu dia masuk ke ruang makan, dan melihat istrinya sibuk di meja dapur.Vera menuangkan jus buah stroberi dari blender ke gelasnya. Lalu, dia menoleh sesaat, melihat sang suami yang berantakan.Iya, rambutnya acak-acakan seperti baru saja bergelut dengan bantal, beberapa kancing kemeja piyamanya terlepas, tapi dia tidak peduli.Vera berkata, "muka kamu berantakan, cuci muka dulu sana, terus ayo sarapan.""Males." Danno mendekati Vera, lalu merangkul wanita itu dari belakang. Dia mengecup leher sampingnya beberapa kali, menyebar hingga ke belakang daun telinga. Aroma wewangian sabun bunga-b
Es buah disajikan di atas meja ruang tengah oleh Vera. Sepanjang dia melakukannya, orang yang bernama Nino terus memperhatikan.Karena fokus dengan ganti channel televisi, Danno tak sadar akan hal tersebut.Begitu Vera menengok, Nino tersenyum padanya. Tentu saja, Vera tersenyum balik meski dia merasa agak aneh.Danno kemudian menatap sang istri. Dia memperkenalkan, "oh iya, Nino— Ini istriku, Vera Veronica tercinta."Vera malu mendengarnya. "Apaan sih kamu ..."Nino tertawa sedikit . Dia mengulurkan tangan, "halo... saya Nino."Vera menyambutnya dengan menjabat tangan pula untuk sesaat. Dia berkata, "salam kenal." Pandangan matanya kemudian beralih ke sang suami. Dia bertanya, "ini Mas Nino nggak ke nikahan kita dulu ya?""Teman sekolahku nggak ada yang datang, Sayang. Semuanya beda kota, jauh, mereka cuma transfer doang," kata Danno menatap temannya, Nino. "iya 'kan, kamu dulu juga nggak bisa datang."Nino menjelaskan, "maaf, kayaknya dulu aku lagi di Kalimantan, lagi ngurusin bisni
Malam harinya, sesuai dengan rencana, Danno mengatakan ke Vera kalau sedang ingin membahas urusan bisnis dengan Nino."Kamu beneran ninggalin aku sendirian?" tanya Vera merasa tidak aman kalau suaminya pergi malam-malam begini. "Masa malam-malam gini?"Danno tampak merapikan kemejanya di depan cermin meja rias Vera. Dia berkata, "ya emang malam, mau gimana lagi.""Tapi ...""Nggak usah khawatir, Sayang, aku udah minta Mas Dino datang buat jaga rumah. Lagian, nggak bakalan ada orang gila masuk rumah kita lagi, kok.""Kamu kok yakin banget?""Kan si tua bangka itu lagi di penjara.""Tapi Alarik masih di luaran sana.""Tenang aja," balas Danno berbalik badan, lalu mendekati istrinya yang sedang duduk di atas ranjang. Dia memberikan kecupan manis di kening wanita itu, kemudian berkata lagi, "nggak usah cemas gini, aku cuma semalam aja kok pergi.""Tapi aku ngerasa aman kalau ada kamu." Vera menunjukkna raut wajah cemberut. Dia memang masih trauma dengan pria stalker yang menyerang sebelum
Danno merasa tubuhnya sangat hangat, ruang geraknya juga terbatas seolah-olah dia dikekang. Karena itulah, dia membuka mata, lalu melihat keadaan. Kepalanya terasa berputar untuk sesaat, namun akhirnya dia tersadar kalau sedang di atas ranjang bersama seseorang.Iya, di bawah gulungan selimut bersama salah satu wanita sewaan Nino, Sheila. Baik Danno dan wanita itu dalam kondisi telanjang bulat. Yang membuat Danno syok adalah Sheila berani memeluk dadanya.Panik, dia segera bangun terduduk, lalu menjauhkan wanita itu dari dirinya. Dia berseru, "siapa kamu! Ngapain kamu di sini!"Wanita itu menarik selimut untuk menutupi dadanya. Dia tersenyum lalu menjelaskan, "saya Sheila, masa lupa? Kata Mas Nino, Mas Danno mungkin butuh kehangatan, jadi saya temani tidur.""Jangan sembarangan kamu!“ Danno emosi berat. Dia melihat dirinya sendiri, lalu membuka selimutnya sedikit. Ternyata dia memang tidak menggunakan sehelai kain pun. "Terus kenapa aku malah telanjang!?”"Saya lepas bajunya tadi.""
Sehari telah berlalu ...Danno telah menghabiskan waktunya dengan hura-hura, pesta pora, ke klub malam bersama Nino. Dia cukup menikmati semua itu, dan sepakat akan menjadikan kegiatan ini rutinitas kembali.Masa remaja Danno memang sangat liar dan nakal. Kenakalan itu terhenti setelah sibuk dengan dunia kerja, kemudian bertemu dengan Vera. Alhasil, semua hobinya bersenang-senang teralihkan.Dia pulang ke rumah tepat jam sepuluh pagi. Tetapi, itu dengan kondisi menguap beberapa kali. Beruntung, dia selamat menyetir sampai rumah.Sebelum keluar dari garasi, dia memastikan bajunya tidak berbau aneh-aneh. Dia juga sempat merapikan rambut di kaca spion mobil.Baru setelah semua beres, dia pergi masuk ke rumah, dan disambut oleh sang istri.Vera merindukannya. Dia memeluk pria itu sambil berkata, "akhirnya pulang juga, aku kangen.“"Aku juga kangen sama kamu." Danno memberikan kecupan singkat nan penuh sayang di kening wanita itu. Dia menggodanya sambil berkata lagi, "aku paling kangen kal