"Usia kandungannya masih dua minggu. Masih berupa gumpalan daging kecil di Rahim anda, Nyonya." Dokter menunjuk monitor komputer."Hamil," gumam Lexa sambil mengelus perutnya yang masih rata.""Terima kasih, Sayang." Jose memeluk Lexa yang masih terbaring di atas brankar."Tidak disangka kita akan mempunyai anak secepat ini." Jose mencium puncak kepala Lexa.Lexa masih terlarut dalam lamunannya. "Hamil, aku hamil, ada anak dalam perutku." Tatapan mata Lexa menerawang."Alex sayang, hei, ada apa?" Jose menepuk lembut pipi Lexa."Jo," Lexa terkesiap lalu menangis. "A-aku hamil," Lexa seakan tak percaya, sepertinya kemarin baru saja bertemu Jose, jatuh cinta, menikah dan sekarang sedang hamil?"Iya, Sayang, di sini ada anak kita." Jose menghapus air mata Lexa yang berada di kedua pipinya."Permisi, Tuan." Suster datang menginterupsi Jose dan Lexa untuk mengelap sisa gel yang berada di perutnya.Jose minggir memberikan tempat agar suster itu bisa lewat."Dokter apakah ada obat, vitamin yan
Jose langsung memeluk Lexa untuk mencegahnya keluar kamar. Lexa melolong, ingin melepaskan diri."Alex, dengarkan aku. Sekarang masih pagi, aku tidak ingin mereka kaget melihat wujudmu yang merupakan seekor serigala. Mereka akan heboh untuk menangkapmu. Kau lupa kau sedang hamil? Aku takut terjadi hal buruk dengan bayi kita. Kumohon mengerti itu, kau adalah seorang ibu sekarang." Jose mengelus punggung Lexa yang dipenuhi bulu-bulu berwarna merah.Jose mengurai pelukannya lalu menatap Lexa yang masih berwujud serigala. Ia mengelus puncak kepala Lexa lalu menatap mata merah Lexa dalam. Dulu ia sangat ketakutan melihat wujud serigala Lexa, tapi kini ia sudah terbiasa. Menurutnya imut juga Lexa dalam wujud seekor serigala berbulu merah."Ada bayi kita di dalam sini," Jose mengelus perut Lexa. Bayi mungil buah cinta kita. Dan aku sangat menyayanginya."Lexa berkedip lalu menatap Jose dengan tatapan manja."Ya, aku juga sangat menyayangimu. Kau tahu itu, kan?" Lexa memejamkan matanya lalu be
"Aku tahu," Jose mengeratkan pelukannya."Jadi izinkan aku mengunjungi pegunungan Siberia.""Aku masih saja belum rela jika kau ingin kembali ke sana. Aku ingat saat bulan madu kita, kau bertempur beberapa kali yang membuatmu terluka. Sekarang ada dua bayi di dalam rahimmu. Aku takut…." Jose mengingat pertempuran antara Lexa bersama, Alexander, Anya dan serigala liar lainnya."Maka dari itu, mereka harus mendapatkan kekuatan dari Dewi Bulan. Mereka adalah penerusku, salah satu dari mereka akan menggantikan posisiku sebagai ketua klan. Mempunyai kekuatan khusus itu adalah suatu kewajiban untuk melindungi klan dan dirinya."Maafkan aku, Alex. Aku lupa akan itu.""Tidak apa," Lexa mengelus perut buncitnya. "Ada dua bayi di dalam rahimku. Satu akan menggantikanku di Klan Bulan Merah menjadi ketua klan. Satu lagi akan menggantikanmu di Armando Corp menjadi CEO. Adil, kan?""Tapi ….""Tentu saja dengan persetujuan dari mereka. Jika tidak ada yang mau menggantikanku di Klan Bulan Merah, aku t
"Kau mau pergi ke mana, Xander?" Ema menggeliatkan tubuhnya setelah merasakan ranjangnya bergerak."Aku ada urusan, Ema.""Oke, setelah urusanmu selesai. Kau harus cepat pulang, aku tidak ingin sendirian." Ema bangkit dari ranjang lalu memeluk tubuh Xander dari belakang. Ia sudah terbiasa polos tidak mengenakan apa pun saat bersama Xander. Karena laki-laki itu membutuhkan tubuhnya untuk dijadikan pelampiasaan saat mereka bertemu. Seperti saat ini, Ema tidak merasa canggung menempelkan tubuh polosnya di punggung Xander yang juga masih polos."Jangan manja, Ema. Aku ada urusan penting. Tidak bisa dipastikan pulangnya."Ema melepaskan pelukannya saat mendengar suara Xander yang dingin."Xander, kau…." Ema teringat jika perilaku dingin ini ia lihat seperti delapan bulan yang lalu. Saat…"Apakah Lexa telah kembali?" tebak Ema."Bukan urusanmu Ema, kau hanya perlu baik-baik di sisiku. Melayaniku jika aku membutuhkanmu. Bukankah Kau sudah tahu posisimu di dekatku?""Kau lupa, hem?" Xander mem
"Alexander Druva," gumam segerombolan pengacau yang melihat laki-laki yang berdiri membelakangi mereka adalah Alexander Druva. Sepupu Lexa yang terkenal mahir bertarung Dan sangat kejam saat melumpuhkan musuh-musuhnya."Pergi dari sini jika kalian menginginkan nyawa kalian selamat." ucap Xander dingin.Segerombolan pengacau itu saling berpandangan."Oh, kalian tidak ingin pergi rupanya." Alexander mengepalkan tangannya bersiap untuk menghajar mereka. Ia paling tidak suka jika ada seseorang yang mengabaikan perintahnya. Lagi-lagi mereka saling lirik."Hajar saja, jumlah kita lebih banyak." ucap salah satu dari pengacau itu."Tapi dia terkenal sangat kuat." timpal yang lainnya."Jadi, bagaimana ini? Mau dilanjutkan apa tidak?""Kita hajar saja dia, kalau kita tidak mencoba. Mana kita tahu, kita mampu atau tidak?""Oke, bersiaplah karena kalian semua setuju."Xander tersenyum miring mendengar perundingan mereka yang ingin membunuhnya."Satu, dua, tiga…."Gerombolan pengacau itu bersamaan
"Lexa, kau mencari apa?" Jose dan Ralph mengikuti Lexa."Emm… tidak ada," Lexa tidak ingin memberitahukan mereka jika ia melihat siluetnya Xander. Momen bahagia ini tidak ingin dirusak Lexa karena nama Xander."Mawar putih?" Jose bertanya tentang buket mawar putih di tangan Lexa. Setahunya, Kecamatan menyukai mawar merah dan bukan mawar putih. "Ya, aku menemukannya di bawah pohon." jujur Lexa, tapi ia menutupi tentang sang pembawa bunga."Aku cemburu jika ada laki-laki lain yang memberimu bunga, biar aku saja yang menjadi laki-laki satu-satunya yang memberimu itu." Jose mengambil buket bunga mawar itu lalu memberikannya kepada salah seorang pengawal."Untuk istrimu."Pengawal itu menoleh kepada Lexa."Terimalah, aku tidak ingin suamiku cemburu." sindir Lexa."Alex," Jose terdiam saat melihat Lexa mengangkat tangannya."Maaf, Nona atas kejadian ini. Saya akan memperketat penjagaan." ucap Ralph yang curiga dengan asal muasal buket bunga itu."Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik Ralp
Emma terkekeh saat Xander menciumi tubuh polosnya tak satu jengkal pun terlewatkan. Ema sudah siap menerima Xander malam ini. Permainan kasar ataupun lembut, Emma akan senang hati melayani nafsu Xander. Baginya menyenangkan hati Xander adalah suatu keutamaan. Posisinya sebagai simpanan Xander mengharuskan ia harus bisa menyenangkan hati Xander.Emma menjauh dari Xander lalu berjalan secara sensual menuju sofa. Sebelumnya ia ingin melakukannya di atas meja. Namun makanan hasil olahannya pasti akan terbuang sia-sia."Emma," Xander memicingkan matanya saat Emma menjauhi dirinya."Ayo Xander, kemarilah." Emma menunjuk Xander dengan Jari tengahnya lalu menggerakkan menuju ke arah sofa. Emma membalikkan badannya, langkah kakinya yang sensual membuat pantat montoknya Emma bergerak dengan indahnya.Xander tidak tahan lagi, ia melucuti seluruh pakaiannya hingga polos. Xander lalu menggerakkan badannya, melemaskan persendiannya. Selanjutnya ia memijat kejantanannya, bersiap untuk menghajar Ema y
"Serigala," gumam Emma lirih. Suaranya hampir tak terdengar karena kerongkongannya seperti tersumbat sesuatu."X-Xander, di mana kau." Emma tidak mencari keberadaan Xander yang terakhir dalam ingatannya memeluknya erat sebelum mereka terlelap tidur. Ke mana perginya laki-laki itu? Kenapa posisi Xander digantikan oleh seekor serigala yang berukuran cukup besar.Emma pelan-pelan berusaha melepaskan pelukan serigala itu. Ia akan segera keluar dari ruangan ini lalu mencari Xander. Tidak mungkin baginya untuk meminta bantuan kepada pihak rumah sakit. Karena status Emma yang sebagai simpanannya Xander tidak boleh terbongkar atau Xander akan marah lalu membuangnya seperti Xander membuang Anya.Emma berhasil menarik tangangannya yang bertautan dengan kaki depan serigala itu. Dengan rasa ketakutan yang masih melanda, Emma berusaha untuk turun dari sofa. Ia kini telah berhasil memisahkan dirinya dari serigala itu. Sambil mengatur napas yang tadi ditahannya. Emma bersiap bangkit dari duduknya. Na
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki