"Lexa, kau mencari apa?" Jose dan Ralph mengikuti Lexa."Emm… tidak ada," Lexa tidak ingin memberitahukan mereka jika ia melihat siluetnya Xander. Momen bahagia ini tidak ingin dirusak Lexa karena nama Xander."Mawar putih?" Jose bertanya tentang buket mawar putih di tangan Lexa. Setahunya, Kecamatan menyukai mawar merah dan bukan mawar putih. "Ya, aku menemukannya di bawah pohon." jujur Lexa, tapi ia menutupi tentang sang pembawa bunga."Aku cemburu jika ada laki-laki lain yang memberimu bunga, biar aku saja yang menjadi laki-laki satu-satunya yang memberimu itu." Jose mengambil buket bunga mawar itu lalu memberikannya kepada salah seorang pengawal."Untuk istrimu."Pengawal itu menoleh kepada Lexa."Terimalah, aku tidak ingin suamiku cemburu." sindir Lexa."Alex," Jose terdiam saat melihat Lexa mengangkat tangannya."Maaf, Nona atas kejadian ini. Saya akan memperketat penjagaan." ucap Ralph yang curiga dengan asal muasal buket bunga itu."Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik Ralp
Emma terkekeh saat Xander menciumi tubuh polosnya tak satu jengkal pun terlewatkan. Ema sudah siap menerima Xander malam ini. Permainan kasar ataupun lembut, Emma akan senang hati melayani nafsu Xander. Baginya menyenangkan hati Xander adalah suatu keutamaan. Posisinya sebagai simpanan Xander mengharuskan ia harus bisa menyenangkan hati Xander.Emma menjauh dari Xander lalu berjalan secara sensual menuju sofa. Sebelumnya ia ingin melakukannya di atas meja. Namun makanan hasil olahannya pasti akan terbuang sia-sia."Emma," Xander memicingkan matanya saat Emma menjauhi dirinya."Ayo Xander, kemarilah." Emma menunjuk Xander dengan Jari tengahnya lalu menggerakkan menuju ke arah sofa. Emma membalikkan badannya, langkah kakinya yang sensual membuat pantat montoknya Emma bergerak dengan indahnya.Xander tidak tahan lagi, ia melucuti seluruh pakaiannya hingga polos. Xander lalu menggerakkan badannya, melemaskan persendiannya. Selanjutnya ia memijat kejantanannya, bersiap untuk menghajar Ema y
"Serigala," gumam Emma lirih. Suaranya hampir tak terdengar karena kerongkongannya seperti tersumbat sesuatu."X-Xander, di mana kau." Emma tidak mencari keberadaan Xander yang terakhir dalam ingatannya memeluknya erat sebelum mereka terlelap tidur. Ke mana perginya laki-laki itu? Kenapa posisi Xander digantikan oleh seekor serigala yang berukuran cukup besar.Emma pelan-pelan berusaha melepaskan pelukan serigala itu. Ia akan segera keluar dari ruangan ini lalu mencari Xander. Tidak mungkin baginya untuk meminta bantuan kepada pihak rumah sakit. Karena status Emma yang sebagai simpanannya Xander tidak boleh terbongkar atau Xander akan marah lalu membuangnya seperti Xander membuang Anya.Emma berhasil menarik tangangannya yang bertautan dengan kaki depan serigala itu. Dengan rasa ketakutan yang masih melanda, Emma berusaha untuk turun dari sofa. Ia kini telah berhasil memisahkan dirinya dari serigala itu. Sambil mengatur napas yang tadi ditahannya. Emma bersiap bangkit dari duduknya. Na
"Terimalah, Sayang, jumlahnya terlalu kecil jika dibandingkan dengan pengorbanan dan kesetiaanmu selama ini." Emma merasa tidak enak dengan pemberian ayah tunangannya."Ayo, kau bisa keluar untuk bersenang-senang. Serahkan Anthony kepada kami. Biarkan kami yang menjaganya selama kau pergi." Nyonya Helsinki mengambil tas Emma lalu menyampirkannya di pundak Ema. "Pergilah selama kau mau, bersenang-senanglah. Jangan ragu untuk menggunakan uang itu. Berbelanja, ke spa atau membeli makanan yang enak." Nyonya Helsinki mendorong tubuh Emma untuk keluar dari ruang rawat tunangannya."Nyonya Helsinki."Nyonya Helsinki tersenyum lalu membuka pintu untuk Ema. "Jangan khawatir nanti juga keluargamu sebentar lagi akan datang ke sini. Pasti banyak orang yang bersama Anthony."Emma mengembuskan napas. "Baiklah, terima kasih atas kebaikan Anda, Nyonya. Mungkin saya akan jalan-jalan agak lebih lama." Emma sangat riang dalam hatinya karena sebentar lagi bisa bertemu dengan Xander. Awalnya ia merasa ber
"X-xander," suara Emma terdengar terbata. Sedangkan tubuhnya bergetar mengetahui identitas laki-laki yang selama ini dipujanya. Ia bergerak mundur untuk menghindar dari Xander.Serigala itu turun dari ranjang lalu menatap lekat kepada Emma. Perlahan setelah lolongan panjang, serigala itu berubah menjadi Xander dalam keadaan tanpa busana."T-ternyata benar," gumam Emma lirih. Kakinya semakin lemas dan hampir saja ia terjatuh karena kehilangan keseimbangan tubuhnya."Aku bercinta dengan serigala. Selama delapan bulan ini A-aku bercinta dengan s-serigala?" desis Emma."Emma," panggil Xander dengan suara beratnya. Ia tidak menyangka jika budak sèks favoritnya telah melihat wujud aslinya. Sekarang ia harus cepat mengambil keputusan. Melepaskan Emma pergi darinya atau membunuhnya karena tidak terima jika wanita simpanannya itu akan meninggalkannya."Jangan mendekat," Emma menggeleng sambil memeluk dirinya sendiri."Emma dengar," Xander berjalan mendekati Emma dengan tatapan tajam. Egonya tid
"Aku hanya ingin menahanmu di sini selamanya.""Aku tidak mau, lepaskan aku." Emma berlari ke sisi sebuah jendela. Dengan sekuat tenaga Emma ingin membukanya. Namun tidak terbuka dan kini Xander sudah berada di dekatnya."Aku bilang kau tidak bisa lari dariku." Xander menangkap tubuh Emma. "Kau budak kesayanganku, kau seperti boneka cantik yang bisa memuaskanku." Xander tertawa terbahak-bahak. "A-aku tidak ingin jadi budakmu. Aku ingin hubungan yang normal." dusta Ema. "Normal?" Xander mengangkat alisnya. "Dulu kau yang merayuku, kau bilang mau menjadi apa pun asal bisa bersamaku. Kenapa sekarang kau minta hal yang menyulitkanku?"Emma ketakutan dan tubuhnya bergetar di pelukan Xander."Kau dulu sangat menikmati pelukanku, Ema. Kau bahkan memohon padaku agar aku menidurimu. Tapi kenapa sekarang kau ingin lari dariku?" Xander mengangkat wajah Ema lalu menatapnya dengan tajam."Bukan itu Xander, aku tidak ingin melarikan diri. Sungguh aku ingin hubungan yang normal seperti orang-orang
"Tapi badanku belum dibersihkan," ucap Sophia malu-malu."Kenapa harus dibersihkan? Sebentar lagi kita juga akan berkeringat sama saja, kan?" Xander mengedipkan satu matanya. "Tapi…." Sophia mengendus tubuhnya lalu menatap Xander untuk meminta izin ke kamar mandi."Baiklah kalau kau tidak nyaman. Kau boleh membersihkan dirimu ke kamar mandi tapi jangan lama-lama.""Oke, Sayang," Sophia mencium pipi Xander sebelum turun dari ranjang.Xander menatap langit-langit. Ia memikirkan bagaimana agar Emma bisa melihatnya bercinta dengan Sophia. Jika ia melakukannya di kamar pasti Emma tidak akan melihatnya karena gadis itu sekarang berada di bawah.'Jika aku melakukannya di sini, sia-sia saja. Lalu bagaimana caranya agar dia melihatnya? Tidak mungkin aku memaksanya untuk masuk ke dalam kamar.' batin Xander.'Tapi jika aku melakukannya di bawah dia pasti akan menghindar dan pergi ke kamar lain.''Baiklah aku akan melakukannya di bawah. Semua pintu yang menuju ke kamar lain akan kukunci terlebih
Sophia melirik kepada Emma. Gadis itu memastikan jika Emma benar-benar tertidur. Sebenarnya dia masih merasa ragu jika harus bercinta di hadapan orang lain. Bagaimanapun kegiatan ini menurutnya sangat privasi jadi ia merasa aneh jika harus bercinta di hadapan orang lain.""Ada apa? Kenapa kau masih diam?" tanya Xander yang melihat Sophia ragu untuk bercinta dengannya."Aku siap," tubuh Sophia tidak semolek tubuh Emma. Namun beberapa hari ini gadis itu bisa menyenangkan Xander. Terutama tadi malam, ia sangat puas karena hasratnya tersalurkan setelah lima hari menahannya."Xander," Sophia duduk di pangkuannya Xander lalu memagut bibirnya.Xander pun menerima pagutan bibir Sophia dengan sangat bersemangat. Suara decakan bibir mereka terdengar sangat jelas. Bahkan desahan suara Sophia terluncur begitu saja karena Xander tidak hanya mencium bibirnya tapi tangan Xander sudah menjelajahi tubuh Sophia yang polos. Dimulai dari meremas kedua buah dadanya, Xander bermain-main dengan puncak dada S
Lexa sangat ketakutan setelah mengetahui keadaan bayi perempuannya yang kejang-kejang di usianya yang berusia dua hari. Bayi mungil itu harus dirawat secara intensif di ruangan khusus. Sepertinya bayi itu mempunyai kontak batin dengan Lexa yang juga mengalami kesedihan yang sangat mendalam."Dewi Bulan, tolonglah aku. Jangan kau ambil juga putriku. Aku baru saja kehilangan putraku. Jika putriku juga kau ambil aku tidak bisa bertahan hidup." gumam Lexa sambil menatap pintu ruangan perawatan putrinya yang sedang menjalani pemeriksaan."Sayang, bertahanlah. Putri kita pasti baik-baik saja. Dia adalah sosok yang kuat sepertimu. Aku percaya itu," bisik Jose menguatkan Lexa yang menangis dalam diam. Ia tahu jika Lexa sangat khawatir kepada putri mereka setelah hilangnya putra mereka yang kemungkinan besar sudah meninggal."Jo, aku ibu yang jahat. Setelah membunuh putra kita, aku juga menelantarkan putri kita. Sehingga sekarang keadaannya sangat memprihatinkan."Jangan berkata begitu, aku sud
Seketika tubuh Jose menegang ketika mendengar pertanyaan dari Lexa. "Jawab, di mana putra kita?" tanya Lexa dengan tubuh yang bergetar.Jose tidak tahu harus menjawab apa. Ia meremas rambutnya frustasi karena dia tidak tahu di mana keberadaan putranya. Yang ia tahu, Lexa dan Xander bertempur di kejauhan dengan posisi Xander yang membawa putranya. Namun sekarang Lexa menanyakan keberadaan bayi itu padanya. Entah Jose harus menjawab bagaimana. "Sayang, saat aku sadar. Aku tidak menemukan keberadaanmu. Aku hanya menemukan Tian dan bayi perempuan kita. Dan menurut Tian …." Jose menjeda ucapannya. Kau dan Xander bertempur di sini dengan keadaan terakhir yang dilihat oleh Tian, Xander yang menggendong putra kita.""Apa? Xander yang menggendong putra kita? Tapi sekarang di mana Xander berada?"Jose menatap ragu kepada Lexa. Karena ia sendiri pun tidak tahu keberadaan Xander. "Bukankah kau yang di sini bersama Xander? Seharusnya kau yang lebih tahu."Seketika Lexa menangis setelah lamat-lama
"Coba dekati suara air itu, Tian. Jose seolah tertarik untuk mencari keberadaan Lexa di tepian sungai karena suara gemericik air sungai itu seperti suara air terjun."Baik, Tuan, hati-hati." Bastian mengarahkan Jose ke jalan yang lumayan datar untuk dilewati. Keadaan sekitar yang penuh dengan rimbunan semak belukar dan batu-batu licin membuat mereka harus hati-hati dalam melangkah."Sayang, sabar dulu, ya? Kita sebentar lagi akan bertemu dengan Mommy-mu." bisik Jose di telinga bayi yang masih menangis kencang itu. "Sepertinya dia lapar, Tuan. Karena setelah dilahirkan belum meminum susu ibunya," ucap Bastian."Ya, sepertinya begitu. Walaupun aku tidak terlalu tahu masalah tentang bayi yang baru lahir. Seperti di film-film, jika seorang wanita baru saja melahirkan. Pasti dia akan menyusui bayinya, mungkin bayi perempuanku ini juga menginginkan hal yang sama.""Benar, Tuan," jawab Bastian sedikit terkekeh karena membayangkan Jose seperti suami-suami yang berada di dalam film. "Di mana
Lexa sangat marah, ia ingin segera membunuh Xander untuk membalaskan dendamnya. Sinar merah itu membuatnya kembali bertenaga, ia segera bisa bangkit untuk segera menerjang Xander. Karena laki-laki itulah yang telah membuatnya menjadi seorang janda. Dengan penuh rasa kebencian Lexa segera mendekati Xander lalu menyerangnya. Xander yang tidak menyangka akan perubahan pada diri Lexa segera menghindar ke belakang sambil menggendong bayi laki-laki yang berada di tangannya.'Apa yang terjadi? Kenapa bisa seperti ini?' keluh Xander dalam hati. 'Seharusnya tadi aku tidak membunuh laki-laki itu. Sepertinya aku telah menyulut kemarahannya sehingga kekuatan itu bisa muncul kembali, sial. Dengan keadaan Lexa yang sekarang. Mana mungkin aku bisa menaklukkannya semudah itu.'Lexa seperti gelap mata. Ia menatap marah kepada Xander dan di pikirannya saat itu adalah membunuh Xander. Bahkan ia mengabaikan keselamatan bayi yang berada dalam gendongan Xander. Lexa tidak mengingat lagi bayi miliknya. Bisa
Dengan sekali teriakan Lexa menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong bayi-bayinya keluar dari rahimnya. Suara tangisan bayi terdengar setelah keluar satu bayi dari perut Lexa."Lexa, bayimu sudah keluar." ucap Xander. "Bayi perempuan, cantik sekali," Xander menimang-nimang bayi yang masih penuh dengan darah. Ia sangat gembira melihat bayi Lexa sampai melupakan tujuan awalnya untuk membawa kabur Lexa. Xander segera menarik sebuah baju di salah satu mayat yang tergeletak di dekatnya untuk membungkus tubuh bayi yang baru lahir itu agar tidak kedinginan."Xander," Lexa memanggil Xander karena perutnya masih terasa sakit."Tunggu sebentar, masih ada satu bayi lagi di perutmu. Kau mengandung bayi kembar, kan?" tanya Xander yang berjalan mendekati Lexa. Ia meletakkan bayi perempuan yang sedang menangis itu di sebuah lempengan batu yang cukup lebar."Kau harus melakukan hal yang sama dengan tadi Lexa. Bagaimanapun kau harus mengeluarkan bayimu dengan segera atau kalau tidak dia akan mati
"Tak akan kubiarkan kau membunuhnya." Lexa sangat marah, ia menggertakkan giginya dan seketika itu warna merah yang di tubuhnya semakin membara. Tiba-tiba emosinya terpancing dan ingin segera membunuh Xander detik itu juga.Xander sedikit pun tidak takut karena ia merasa aman telah mempunyai Jose dalam genggamannya.Jose yang masih sadar merasakan tubuhnya sangat lemah. Ia menyesal tidak mendengarkan saran dari Bastian. Karena kacerobohannya, sekarang ia membahayakan nyawanya sendiri maupun keselamatan Lexa. Jose tahu jika Xander akan menggunakannya sebagai tameng dalam bertempur melawan Lexa. Sehingga kemungkinan besar istrinya itu akan kalah jika Xander bisa memanfaatkan keadaan ini dengan pintar. Laki-laki licik itu memang sungguh sangat berbahaya."Aku tak menyangka kau berubah selicik itu, Xander." Lexa menggertakan giginya."Aku tidak peduli, dengan cara apa pun. Aku harus mengalahkanmu dan menjadikanmu milikku. Tadi orang-orangmu juga menggunakan cara licik dengan mengeroyokku.
"Tentu saja aku membunuhnya, wanita kejam seperti dia tidak berhak untuk hidup lebih lama.""Oh," Xander menanggapinya dengan datar."Kau tidak ingin tahu bagaimana cara dia mati?""Tidak perlu, karena dia tidak berarti apa-apa bagiku. Dia hanya sebuah alat untuk mendapatkanmu.""Kasihan sekali nasibnya, ia mengorbankan hidupnya untuk mendapatkanmu. Namun kau hanya menganggapnya sebagai sebuah alat." decih Lexa. "Tak perlu dibahas lagi, dia tidak ada artinya bagiku atau kau cemburu sehingga sekarang membahas tentang dirinya?""Cih, sudah aku katakan aku tidak mempunyai perasaan apa-apa padamu. Aku hanya mencintai suamiku seorang.""Tidak usah mengatakannya berkali-kali. Aku memang cemburu dengan laki-laki lemah itu. Maka dari itu, sebentar lagi aku akan mengalahkanmu lalu membunuh laki-laki lemah itu dengan mencabik-cabik tubuhnya hingga ia mati sekarat. Aku akan menyiksanya karena selama delapan bulan ini, dialah yang menjadi sumber siksaan dalam hidupku.""Dasar tidak punya hati, ka
'Mungkin saja dengan keadaannya yang sekarang sedang hamil, bisa membuat kekuatan misterius itu mempunyai celah kelemahan,' batin Xander."Jangan salahkan aku jika kasar padamu, Lexa." Xander sudah bertekad akan memenangkan pertempuran kali ini. Ini adalah kali ketiga ia berhadapan langsung dengan Lexa setelah dua kali sebelumnya ia harus kalah karena Lexa menggunakan kekuatan spesialnya.Xander mengepalkan tangannya lalu berlari ke arah Lexa. Tanpa ragu ia melayangkan pukulannya ke dada Lexa. Tadinya ia ingin mengarahkan pukulannya ke perut Lexa namun mengingat Lexa sedang mengandung, Xander tidak tega."Alex!" teriak Jose yang sangat khawatir melihat Xander yang berusaha untuk menyerangnya."Tuan, hati-hati!" Bastian mengikuti Jose yang berlari untuk mendekati Lexa.Lexa langsung merespon terhadap serangan Xander. Kali ini ia merasakan tubuhnya sudah terasa ringan dan energi penuh. Selama hamilnya ia merasakan tubuhnya lemas. Namun kali ini ia benar-benar bisa menggerakkan tubuhnya s
Xander mengambil tubuh Lexa dari dekapannya Jose. Ia mengacungkan pedangnya ke arah Jose dan Bastian."Sekarang saatnya untuk mengucapkan salam perpisahan kepada dunia ini, laki-laki lemah," ucap Xander yang mengayunkan pedangnya ke arah leher Jose dan Bastian"Pergilah ke neraka!"Tiba-tiba saja seberkas cahaya terang yang menyilaukan mata menyinari tepat mengarah ke tubuh Lexa. Xander, Jose dan Bastian menutup matanya karena sinar itu telah membuat mata mereka silau. Mereka terkejut melihat tubuh Lexa terbungkus oleh cahaya merah seperti saat dulu ia mengeluarkan kekuatan tersembunyinya.'Oh tidak, kenapa kekuatan itu harus keluar sekarang?' batin Xander yang langsung membuang pedangnya dan memeluk Lexa erat-erat. Ingin membawanya pergi dari jurang itu menuju ke rumahnya. Namun semuanya terlambat setelah tubuh Lexa terasa panas di pelukannya. Kulit tangannya Xander terasa terbakar ketika menyentuh tubuh Lexa. Sehingga Xander tidak kuat lagi untuk memeluk Lexa. Xander berteriak kesaki