Dua jam lamanya, rapat itu berlangsung. Kebanyakan dari mereka aktif berdiskusi. Setelah dirasa cukup, Nata segera mengakhiri rapatnya dan meminta kepada para karyawan untuk segera mengerjakan bagiannya masing – masing.
Nata membereskan berkas yang ia bawa, sambil mencuri dengar apa yang dibicarakan oleh para karyawati.
“Kyaa, Pak CEO memang sangat tampan. Apa kalian melihatnya? Wajah dan badan yang beliau miliki begitu sempurna. Aku sampai susah untuk mengalihkan pandangan.”
“Ah, benar kata Bu Andini, Pak CEO sangat tampan. Kurasa sekarang aku akan mengidolakannya. Sayang sekali, Pak CEO hanya sebentar saja di sini.”
“Tapi, Pak Sekretaris juga tampan. Jika Pak CEO memiliki aura yang berbahaya, maka Pak Sekretaris memiliki aura lembut dan menenangkan. Mereka berdua kombinasi yang cocok.” timpal yang lain.
Mendengar kata ‘tampan’ yang ditujukan kepada dirinya membuat Nata senang.
Nata berpura – pura batuk untuk memberitahu bahwa yang mereka dibicarakan masih ada di sini. Mereka segera menyadarinya dan tersenyum malu. Kemudian, membungkuk pamit keluar dari ruangan.
“Yah, jika si bos sialan itu tidak di sini. Mungkin, saat ini akulah yang paling tampan.” gerutunya kesal sambil berlalu menuju ruangan Satya.
Ia lanjut menggerutu ketika sampai di ruangan Satya dan melihat atasannya sedang bersantai di kursi sambil memejamkan mata.
“Hah, bos yang mereka kagumi sekarang sedang bermalas – malasan. Jika mereka tahu, pasti tidak akan mengaguminya.”
Nata mendatangi meja bosnya dan meletakkan tumpukan berkas di atas meja beliau. Mendengar Nata datang, Satya membuka matanya lalu tertawa.
“Mengapa kamu kesal begitu? Apakah karena aku lebih tampan dari kamu? Kamu bahkan menyebutku bos sialan.” lanjutnya dengan tertawa terbahak – bahak.
Yang diejek mendengus kesal, ia memang sudah mengetahui kemampuan bosnya. Meskipun sudah merasakannya berulang kali, rasanya tetap mengerikan.
“Saya tahu, anda bukan manusia. Jadi berhenti menguping apa yang saya omongkan. Itu menjijikkan.”
Satya kembali tertawa dengan ucapan sarkas Nata barusan, hanya Nata seorang yang berani berbicara seperti itu di hadapannya.
“Kenapa? Aku menikmatinya kok.” goda Satya.
Lagi – lagi Nata menampilkan raut muka jijik, sebagai balasannya ia menambah tumpukkan berkas di atas meja Satya.
Satya mengerutkan dahinya,”Sepertinya pekerjaanku semakin banyak saja. Bisakah aku mengambil libur untuk hari ini?”
“Tidak, Pak. Tolong selesaikan pekerjaan anda. Memangnya gara – gara siapa, perusahaan kita mengakuisisi Perfetti Apparel ketika saya menolaknya karena kondisi perusaaan yang sedang genting – gentingnya.” kata Nata dengan tegas.
“Tetapi ini tidak bisa diselesaikan hari ini," ucapnya sambil membaca tumpukan berkas,"hei, bukankah ini pekerjaanmu?” tukas Satya dengan kesal.
“Memang benar. Tugas saya sudah menumpuk dua kali lipat dari Bapak.”
“Tugasku sudah banyak Nat, kenapa aku harus mengerjakan –“
“Kalau Bapak tidak ingin mengerjakannya, tolong carikan sekretaris yang baru. Untuk membantu tugas saya.” potong Nata.
“Tapi-“
“Tidak ada tapi – tapian, Pak. Bapak sendiri yang menyukai pekerjaan selesai tepat waktu. Jika dilakukan tanpa bantuan sekretaris lain, maka akan selesai setelah waktu tenggatnya. Atau kita berdua akan lembur kembali seperti hari – hari sebelumnya.”
Satya menghela nafas pasrah, karena Nata bersikukuh untuk mendapatkan sekretaris baru. Meskipun begitu, ia setuju dengan ucapan Nata. Kekurangan pegawai membuat perusahaan kelimpungan.
Banyak dari mereka mengerjakan tugas bukan sesuai dengan job desknya. Bahkan Satya dan Nata terkadang berbagi tugas agar cepat selesai.
Hanya saja, ia selalu menolak ketika Nata meminta untuk mencarikan sekretaris baru. Menurutnya sekretaris baru tidak dibutuhkan, karena Nata selalu menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.
Alasan lainnya adalah ia tidak ingin ada manusia lain yang berada di sekitarnya. Sejauh ini hanya beberapa orang yang bisa dekat denganya, salah satunya adalah Nata. Menjadi sekretaris berarti akan mengikuti kemana pun ia pergi.
Terlebih lagi, Nata menginginkan sekretaris perempuan. Katanya, ia sudah lelah melihat lelaki terus menerus. Nata ingin melihat angin segar, sehingga bisa semangat untuk bekerja.
Berbeda dengan Nata, Satya paling tidak bisa bersama dengan perempuan. Menurutnya bekerja dengan perempuan itu sulit, mereka akan lebih fokus memandang wajahnya daripada mengerjakan tugas.
“Hahh.. aku mengerti. Aku mengizinkanmu untuk membuka lowongan pekerjaan untuk mencari sekretaris baru. Hanya saja, biarkan aku ikut menyeleksi saat wawancara nanti,” ucapnya menyerah,”dan juga, tambahkan syaratnya, yang bisa melamar hanya laki – laki.”
“Bukannya lebih baik perempuan? Bapak tidak inginkan, ada gosip tersebar yang menuduh bapak adalah seorang gay?”
Satya memasang wajah kesal, ucapan sarkas dari Nata menusuk harga dirinya sebagai laki – laki sejati.
“Aku mengerti, lakukan sesukamu.”
"Baik, Pak."
Lowongan pekerjaan segera dibuka, Nata memasangnya di tempat yang strategis agar bisa menjangkau lebih banyak orang. Sehingga kemungkinan ia mendapatkan sesuai kriteria akan semakin tinggi.
Sesuai dengan perkiraan Nata, cukup banyak lamaran yang masuk. Rata – rata yang melamar adalah fresh-graduate dari kampus. Tidak banyak yang sudah memiliki pengalaman bekerja sebelumnya.
Yah, dia mewajarkannya karena belum lama ini perusahaannya bangkit kembali. Orang – orang akan mengira bayaran yang diterima untuk bekerja di sini tidak sebanyak yang diberikan oleh Grup perusahaan pada umumnya.
Setelah melakukan sortir berkas, Nata segera mengadakan seleksi tahap pertama. Seleksi tahap pertama yang dilakukan dengan cara tes tertulis. Cukup banyak orang yang mengikuti seleksi tes tertulis.
Pada hari dilaksanakan tes tertulis, muncul seorang perempuan yang cukup mencolok di antara peserta lain. Meski hanya memakai pakaian standar hitam - putih, tidak memudarkan pesona yang ia miliki.
Muncul tatapan iri dari para peserta, keirian mereka bertambah ketika perempuan tersebut keluar dengan cepat dari ruang ujian. Padahal, tes yang diujikan tergolong sulit.
Sedangkan perempuan cantik itu memasang wajah harap - harap cemas, apakah dirinya bisa lolos seleksi tes pertama.
Raut khawatir menghiasi wajahnya, karena hanya dia satu - satunya orang yang keluar dari ruangan lebih cepat dari waktu yang ditentukan.
Nata sibuk memilah – milah profil lamaran yang lolos seleksi tahap pertama hari ini. Matanya tertuju pada profil yang mendapatkan nilai tertinggi. Disitu tertulis bahwa pengalaman bekerjanya sudah 5 tahun di sebuah PT yang cukup ternama."Perusahaan di sana setahuku punya gaji yang cukup tinggi, mengapa dia memilih untuk pindah bekerja kesini? Hmm.. menarik." gumam Nata.Setelah selesai memilahnya, Nata segera berdiri untuk menuju ruangan bosnya. Ia mengetuk perlahan, kemudian terdengar suara mempersilahkan dari dalam. Nata masuk dan menyerahkan berkas lamaran yang sudah ia pilih.“Oh, kamu sudah menyelesaikannya. Biar aku lihat.” Satya membaca dokumen yang diberikan satu persatu, kemudian dahinya berkerut pertanda ada yang tidak beres.“Kenapa hanya fresh – graduate yang melamar? Apakah tidak ada yang sudah memiliki pengalaman bekerja? Kamu tahu, kita membutuhkan sekretaris yang berpengala
Keesokan harinya, hari dimana seleksi tahap kedua dimulai. Sekitar 20 orang lolos ke tahap wawancara. Satu per satu dari mereka dipanggil untuk memasuki ruangan, kemudian tiba nama seorang perempuan dipanggil.“Ibu Dewi Lasmana, silahkan untuk memasuki ruangan.” ucap perempuan yang bertugas memanggil calon karyawan. Yang dipanggil bangkit dari tempat duduk dan berjalan dengan percaya diri memasuki ruangan.Dewi membungkukkan badan dengan hormat, sebelum duduk di hadapan para penguji. Disana sudah duduk Satya dengan sekretarisnya, Nata.“Selamat pagi, Ibu Dewi. Selamat sudah lolos dari ujian tertulis dengan skor tertinggi.” Nata mengawali pembicaraan, sedangkan Satya hanya terdiam memandangi wajah Dewi.Dia lebih cantik dari yang terlihat di foto, Pandangan Satya terfokus pada bibir tipis milik Dewi yang berwarna merah ranum, mengingatkan Satya pada buah ceri. Dan entah mengapa membuat Satya penasaran, apakah rasanya seenak penampil
Di ruangannya, Satya sedang sibuk membuat rencana agar proyek yang sedang dijalani sekarang berlangsung lancar. Sudah ada beberapa investor yang tertarik dengan proyek terbarunya.Mengingat proyek sebelumnya berjalan dengan lancar dan menghasilkan keuntungan berarti bagi perusahaan. Bahkan, ia berhasil ‘menundukkan’ salah satu perusahaan pakaian yang cukup besar, yaitu Perfetti Apparel.Tidak ada hal khusus yang menyebabkan Perfetti Apparel mau diakuisisikan ke perusahaanya. Toh, mereka sudah memiliki segalanya. Saat Satya bertanya kepada pemimpin Perfetti Apparel, dengan santai beliau menjawab, Perfetti Apparel mengakui kemampuan Satya sebagai CEO karena ide – ide untuk proyeknya sangat out of the box. Dengan kata lain, Perfetti Apparel simpel mengikutinya karena mengakui kemampuan Satya. Dan kepercayaan bahwa, jika ia di bawah kepemimpinan Satya, perusahaannya akan semakin maju dan stabil.Nadrika group sendiri membawahi bebe
Segera setelah sampai di dalam rumah, Dewi langsung melemparkan dirinya ke atas kasur. Dia menghela nafas pasrah mengenai hasil wawancara kerjanya. Mungkin, jika lowongan pekerjaan kali ini tidak diterima, ia akan banting stir untuk berdagang. Apapun akan ia lakukan agar dapat bertahan hidup. Pikirannya melayang mengenai masalah yang sudah ia alami berkali – kali. Seakan, dia tidak dibiarkan untuk beristirahat dari masalah yang sudah menimpanya. Mulai dari masalah dengan perusahaan lama tempat ia bekerja dulu hingga masalah mengenai mantan kekasihnya yang memiliki perempuan lain di belakangnya. Jika ingin jujur, sebenarnya Dewi merasa lelah dan putus asa. Namun, ia dipaksa bangkit lagi oleh keadaan. Jika ia menyerah, maka ia tidak bisa bertahan hidup. Itu prinsip yang dipegang Dewi selama hidupnya. Tak lama, ponselnya berdering, menandakan ada telefon yang masuk. Dewi terbangun, lalu mengambil ponsel yang terletak di nakas samping tempat tidur.
Hari ini adalah hari pertama Dewi bekerja di Nadrika Group. Ia berangkat 20 menit sebelum jam kerjanya dimulai.Selain untuk mengantisipasI adanya macet di jalan, Dewi adalah tipe orang yang disiplin terutama mengenai waktu. Sebisa mungkin, ia datang 10 menit lebih awal di kantor.Setibanya di kantor, Dewi diarahkan menuju meja Nata, Sekretaris Utama Nadrika Group. Nata sepertinya datang lebih awal, melihat ia sudah sibuk dengan tumpukan dokumen di atas mejanya.“Selamat pagi, Pak.” Dewi menyapanya dengan sopan, yang membuat Nata berhenti dari pekerjaanya sejenak.“Oh, kamu sudah datang. Maaf, aku tidak mendengar kedatanganmu.”“Tidak masalah, Pak.”“Silahkan duduk disini, Bu. Pekerjaan kita sangat banyak,” ucapnya sambil mempersilahkan Dewi untuk duduk disampingnya. Dewi pun segera duduk, Nata memindah setengah dari tumpukan dokumen yang berada di atas mejanya.“Kita harus m
Setelah waktu istirahat selesai, para karyawan kembali bekerja. Kemudian Nata pergi memperkenalkan Dewi sebagai sekretaris baru kepada karyawan lain dari setiap divisi. Setelah berkunjung dari satu divisi ke divisi yang lain, mereka berdua tiba di divisi terakhir, yaitu divisi pemasaran. “Selamat siang semuanya. Perkenalkan ini adalah Dewi Lasmana, sekretaris baru yang bekerja di perusahaan kita.” Dewi pun membungkukkan kepalanya sedikit, lalu memandang suasana kantor divisi pemasaran. Mereka semua terlihat memperhatikannya dengan saksama. Dewi pun tersenyum manis, lalu berkata,”Selamat kenal semuanya. Tolong kerjasama untuk ke depannya.” Diantara para karyawan tersebut, Neta memandang Dewi dengan tatapan dingin. Mencoba menyangkal kenyataan bahwa Dewi lebih cantik daripada Dilla. Setelah mereka berdua pergi, Neta tersenyum sinis. “Ck, karyawan baru kok datangnya terlambat.” sindirnya sambil melihat punggung Dewi yang semakin menjauh.
Para karyawan dari setiap divisi berkumpul di aula rapat. Sebagian besar dari mereka tidak mengetahui alasan terjadinya rapat mendadak. Bahkan kepala divisi pun tidak tahu, mereka menebak – nebak alasan dilakukannya rapat di tengah kesibukan menyiapkan proyek baru.Kemudian datang Satya dengan didampingi kedua sekretarisnya, Nata dan Dewi. Nata berdiri di samping Satya di depan, sedangkan Dewi memilih duduk berbaur di antara yang lain.Nata segera mempersiapkan file yang akan dimunculkan dalam layar LCD di depan. Dalam waktu sesingkat itu, ia berhasil menyusun presentasi yang cukup baik.“Selamat sore, teman – teman. Mohon maaf, menganggu kesibukan kalian,” Satya menjeda ucapannya dan melihat keseluruh ruangan rapat,”ada kabar buruk mengenai proyek terbaru kita kali ini.”Setelah ucapan Satya selesai, Nata memunculkan berita mengenai perusahaan saingan yang menluncurkan produk baru. Mereka semua langsung terkejut, sekal
Setelah selesai rapat tadi, tugas Nata dan Dewi bertambah banyak. Mereka berdua bekerja keras agar pekerjaan selesai tepat waktu. “Dewi, minta tolong berikan ini kepada Satya.” ucap Nata sambil menyerahkan beberapa kertas kepada Dewi,”dan minta kertasnya kembali.” lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan dari kertas yang dibacanya. “Baik, Pak.” Dewi menerima kertas tersebut lalu segera memasuki ruangan Satya. Di dalam ruangan, Satya tak kalah sibuknya. Tangan kiri memegang telefon, sedangkan tangan kanannya mengetik dengan cepat. Dia sampai kagum sendiri ketika melihat Satya bekerja. Merasa ada yang melihatnya, Satya mengalihkan wajahnya ke depan dan terlihat Dewi sedang memandangi dirinya dengan intens. Dengan reflek tangan kirinya langsung mematikan telefon. “Dewi, ada apa?” “Pak Nata menyuruh saya untuk memberikan ini, Pak.” Dewi menyerahkan lembaran – lembaran kertas kepada Satya. “Hmm.. tunggu sebentar. Saya akan mengeceknya.
Setelah berbagai masalah yang terjadi, tiba akhirnya Nadrika Group meluncurkan produk mereka. Hari ini adalah hari perdana peluncuran produk, tampak sebagian besar dari karyawan memasang wajah cemas, terutama Dewi. Nama baik serta karirnya bergantung pada keberhasilan proyek yang ia pimpin. Kabar baik pun berhembus ke perusahaan mereka, produk yang diluncurkan sukses besar. Ketenarannya bahkan melebihi produk tiruan milik Perusahaan X. Ucapan Satya terbukti benar, mengenai sebaik apa pun produk tiruan, tidak akan menyamai yang asli. Pemesanan terus melonjak per jam nya, mengalahkan produk tiruan tersebut. Hasil kerja keras para karyawan tidak berakhir sia - sia, mereka akhirnya bisa bernafas lega. Meskipun begitu, masih ada orang yang membenci Dewi dan berharap ia dikeluarkan dari perusahaan. Masih ada orang yang membicarakannya di belakang, tetapi tidak sebanyak dahulu. "Bukankah ini mencurigakan? Dia melakukan semua ini semata - mata untuk men
Dewi yang di dampingi oleh Andini mengadakan pertemuan mendadak dengan para pemimpin divisi dan bagian. Terlihat dengan jelas wajah mereka yang berlipat kesal, karena yang memimpin saat ini adalah orang yang digosipkan."Kenapa kamu memanggil kami? Kami sibuk dengan banyak pekerjaan, tidak sempat untuk meladeni omongan pengkhianat." teriak salah satu dari mereka dengan nada tinggi.Andini yang melihat hal tersebut mengepalkan tangannya, yang kemudian ditenangkan oleh Dewi dengan senyuman."Saya mengetahui bahwa banyak yang percaya kalau saya yang membocorkan proyek terbaru kepada perusahaan saya yang lama. Saya ingin menegaskan bahwa hal tersebut tidaklah benar. Karena masalah ini menyangkut nama saya, saya yang akan menyelesaikannya." ucapnya dengan tenang."Omong kosong! Memangnya apa yang kamu bisa lakukan!" Laki - laki tersebut berteriak kembali."Saya-""Kami tidak percaya kepadamu." potongnya yang direspon oleh anggukan kebanyakan oran
Keesokan harinya suasana kantor menjadi chaos,gosip mengenai Dewi yang menggoda Satya tersebar luas di kalangan para pegawai, terutama perempuan. Kebencian yang ditujukan kepada Dewi semakin membesar, mereka pun diam - diam melakukan petisi untuk mengeluarkan Dewi dari perusahaan.Ketika Dewi datang bekerja, bisik - bisik menemaninya sepanjang hari. Ejekan dan hinaan terus dilontarkan tanpa henti. Dewi yang tidak mengetahui kenapa ia diperlakukan seperti itu mencoba untuk tidak peduli.Baginya itu hanya gosip yang tidak terbukti jelas kebenarannya. Di sini, ia hanya fokus untuk bekerja, tidak ada yang lain. Namun semakin ia mengabaikannya, intensitas bullying menjadi semakin buruk.Puncak kejadian tersebut akhirnya terjadi ketika Dewi sedang berada di kamar mandi dan mendengar diam - diam bahwa para karyawan lain sedang mengumpulkan petisi untuk mengeluarkan dirinya dari perusahaan."Apa yang sedang kalian bicarakan?" Dewi akhirnya
Setelah selesai rapat tadi, tugas Nata dan Dewi bertambah banyak. Mereka berdua bekerja keras agar pekerjaan selesai tepat waktu. “Dewi, minta tolong berikan ini kepada Satya.” ucap Nata sambil menyerahkan beberapa kertas kepada Dewi,”dan minta kertasnya kembali.” lanjutnya tanpa mengalihkan pandangan dari kertas yang dibacanya. “Baik, Pak.” Dewi menerima kertas tersebut lalu segera memasuki ruangan Satya. Di dalam ruangan, Satya tak kalah sibuknya. Tangan kiri memegang telefon, sedangkan tangan kanannya mengetik dengan cepat. Dia sampai kagum sendiri ketika melihat Satya bekerja. Merasa ada yang melihatnya, Satya mengalihkan wajahnya ke depan dan terlihat Dewi sedang memandangi dirinya dengan intens. Dengan reflek tangan kirinya langsung mematikan telefon. “Dewi, ada apa?” “Pak Nata menyuruh saya untuk memberikan ini, Pak.” Dewi menyerahkan lembaran – lembaran kertas kepada Satya. “Hmm.. tunggu sebentar. Saya akan mengeceknya.
Para karyawan dari setiap divisi berkumpul di aula rapat. Sebagian besar dari mereka tidak mengetahui alasan terjadinya rapat mendadak. Bahkan kepala divisi pun tidak tahu, mereka menebak – nebak alasan dilakukannya rapat di tengah kesibukan menyiapkan proyek baru.Kemudian datang Satya dengan didampingi kedua sekretarisnya, Nata dan Dewi. Nata berdiri di samping Satya di depan, sedangkan Dewi memilih duduk berbaur di antara yang lain.Nata segera mempersiapkan file yang akan dimunculkan dalam layar LCD di depan. Dalam waktu sesingkat itu, ia berhasil menyusun presentasi yang cukup baik.“Selamat sore, teman – teman. Mohon maaf, menganggu kesibukan kalian,” Satya menjeda ucapannya dan melihat keseluruh ruangan rapat,”ada kabar buruk mengenai proyek terbaru kita kali ini.”Setelah ucapan Satya selesai, Nata memunculkan berita mengenai perusahaan saingan yang menluncurkan produk baru. Mereka semua langsung terkejut, sekal
Setelah waktu istirahat selesai, para karyawan kembali bekerja. Kemudian Nata pergi memperkenalkan Dewi sebagai sekretaris baru kepada karyawan lain dari setiap divisi. Setelah berkunjung dari satu divisi ke divisi yang lain, mereka berdua tiba di divisi terakhir, yaitu divisi pemasaran. “Selamat siang semuanya. Perkenalkan ini adalah Dewi Lasmana, sekretaris baru yang bekerja di perusahaan kita.” Dewi pun membungkukkan kepalanya sedikit, lalu memandang suasana kantor divisi pemasaran. Mereka semua terlihat memperhatikannya dengan saksama. Dewi pun tersenyum manis, lalu berkata,”Selamat kenal semuanya. Tolong kerjasama untuk ke depannya.” Diantara para karyawan tersebut, Neta memandang Dewi dengan tatapan dingin. Mencoba menyangkal kenyataan bahwa Dewi lebih cantik daripada Dilla. Setelah mereka berdua pergi, Neta tersenyum sinis. “Ck, karyawan baru kok datangnya terlambat.” sindirnya sambil melihat punggung Dewi yang semakin menjauh.
Hari ini adalah hari pertama Dewi bekerja di Nadrika Group. Ia berangkat 20 menit sebelum jam kerjanya dimulai.Selain untuk mengantisipasI adanya macet di jalan, Dewi adalah tipe orang yang disiplin terutama mengenai waktu. Sebisa mungkin, ia datang 10 menit lebih awal di kantor.Setibanya di kantor, Dewi diarahkan menuju meja Nata, Sekretaris Utama Nadrika Group. Nata sepertinya datang lebih awal, melihat ia sudah sibuk dengan tumpukan dokumen di atas mejanya.“Selamat pagi, Pak.” Dewi menyapanya dengan sopan, yang membuat Nata berhenti dari pekerjaanya sejenak.“Oh, kamu sudah datang. Maaf, aku tidak mendengar kedatanganmu.”“Tidak masalah, Pak.”“Silahkan duduk disini, Bu. Pekerjaan kita sangat banyak,” ucapnya sambil mempersilahkan Dewi untuk duduk disampingnya. Dewi pun segera duduk, Nata memindah setengah dari tumpukan dokumen yang berada di atas mejanya.“Kita harus m
Segera setelah sampai di dalam rumah, Dewi langsung melemparkan dirinya ke atas kasur. Dia menghela nafas pasrah mengenai hasil wawancara kerjanya. Mungkin, jika lowongan pekerjaan kali ini tidak diterima, ia akan banting stir untuk berdagang. Apapun akan ia lakukan agar dapat bertahan hidup. Pikirannya melayang mengenai masalah yang sudah ia alami berkali – kali. Seakan, dia tidak dibiarkan untuk beristirahat dari masalah yang sudah menimpanya. Mulai dari masalah dengan perusahaan lama tempat ia bekerja dulu hingga masalah mengenai mantan kekasihnya yang memiliki perempuan lain di belakangnya. Jika ingin jujur, sebenarnya Dewi merasa lelah dan putus asa. Namun, ia dipaksa bangkit lagi oleh keadaan. Jika ia menyerah, maka ia tidak bisa bertahan hidup. Itu prinsip yang dipegang Dewi selama hidupnya. Tak lama, ponselnya berdering, menandakan ada telefon yang masuk. Dewi terbangun, lalu mengambil ponsel yang terletak di nakas samping tempat tidur.
Di ruangannya, Satya sedang sibuk membuat rencana agar proyek yang sedang dijalani sekarang berlangsung lancar. Sudah ada beberapa investor yang tertarik dengan proyek terbarunya.Mengingat proyek sebelumnya berjalan dengan lancar dan menghasilkan keuntungan berarti bagi perusahaan. Bahkan, ia berhasil ‘menundukkan’ salah satu perusahaan pakaian yang cukup besar, yaitu Perfetti Apparel.Tidak ada hal khusus yang menyebabkan Perfetti Apparel mau diakuisisikan ke perusahaanya. Toh, mereka sudah memiliki segalanya. Saat Satya bertanya kepada pemimpin Perfetti Apparel, dengan santai beliau menjawab, Perfetti Apparel mengakui kemampuan Satya sebagai CEO karena ide – ide untuk proyeknya sangat out of the box. Dengan kata lain, Perfetti Apparel simpel mengikutinya karena mengakui kemampuan Satya. Dan kepercayaan bahwa, jika ia di bawah kepemimpinan Satya, perusahaannya akan semakin maju dan stabil.Nadrika group sendiri membawahi bebe