Home / All / My Luna / Chapter 03

Share

Chapter 03

Author: KuyRebahan
last update Last Updated: 2021-05-25 17:36:32

Aldrean duduk di ujung pohon tertinggi di daerah Pack-nya, dia melihat lalu-lalang manusia pinggiran kota yang semakin lama semakin berusaha merusak hutan tempatnya berlindung dari kejamnya manusia. 

‘Tidakkah mereka cukup dengan semua kerusakan yang mereka perbuat hingga membuat seperempat dari hutan ini longsor karena pohon yang mereka tebang tanpa meraka tanami ulang?’

Pertanyaan yang selalu muncul di kepalanya tidak pernah mendapatkan jawaban karena sulitnya untuk berinteraksi dengan manusia-manusia di seberang sana. Rasa tidak suka dengan makhluk satu itu membuat Aldrean tidak pernah ingin menginjakkan kakinya di sana. Berbeda dengan Adiknya Gamma, dia selalu keluar dari hutan dan berteman dengan manusia-manusia yang menurutnya sama sekali jauh dari prilaku jahat yang selalu Reymon ceritakan selama ini.

“Lagi meratapi nasib lo lagi, Dre?” tanya Gamma, bercanda.

“Enggak usah ganggu gue, lo punya janji sama mereka, ‘kan?”

Gamma berpindah tempat dan duduk di sebelah Aldrean, dia ikut menatap ke arah yang Aldrean tatap. Bagian selatan hutan yang mulai gundul, juga bagunan-bagunan yang mulai di bangun satu persatu. Memang sangat jauh dari kediaman mereka, tapi dalam kurun puluhan tahun mereka yakin hutan hijau ini akan berubah menjadi kawasan yang di penuhi dengan lampu-lampu malam juga gedung-gedung pencakar langit dan Aldrean masih belum bisa mendapatkan solusi terbaik agar kawasannya tidak terjamah manusia.

“Jangan terlalu khawatir, Dre. Just relax. Gue punya orang dalem, kok.”

“Nggak usah banyak bacot kalau kenalan lo bukan Presiden.”

“Yaelah malah ngeyel, lo enggak tahu the power of orang dalem, sih.”

Aldrean turun tanpa pamit dengan Gamma, sikap Gamma yang selalu santai juga tindakan antisipasinya membuat Aldrean kesal dengan dirinya sendiri. Dia seorang calon Alpha, tapi tidak bisa apa-apa selain bertarung. Bahkan rencananya saja kalah sempurna dari Adiknya.

“Malah ninggalin, jir. Kakak macam apa kau,” gerutu Gamma.

Gamma ikut turun dan merangkul Aldrean saat dirinya berhasil menyusul Aldrean, dengan cegiran khasnya dia mengacak-acak rambut Aldrean.

“Diam, Gam. Gue bukan Adik lo.”

“Gue juga bukan Kakak lo,” balas Gamma dengan santainya.

Aldrean berhenti dan menatap Gamma dengan bingung, pernyataan macam apa itu? Sangat tidak  jelas hingga membuat Aldrean mengerutkan keningnya. Dia kembali berjalan dan berusaha mengabaikan Gamma sebisa mungkin.

Gamma yang tidak pernah menyerah untuk mengganggu Kakaknya terus saja mengatakan hal-hal yang semakin membuat Aldrean kesal setengah mati. Tatapan dingin juga tajam terpahat di wajah Gamma ketika Aldrean mengatakan hal yang selalu membuat Gamma benci dengan sikap kekanakan Kakaknya.

“Gue enggak mau terima tawaran Ayah, Gam.”

“Terus siapa lagi kalau bukan lo, Dre?! Lo pikir Ayah bisa terima alasan gak make sense lo? Ayah bisa aja nyuruh gue yang gantiin lo atau orang lain kepercayaan Ayah. Tapi, lo tahu sendiri tradisi keluarga kita kayak gimana. Lo enggak pernah lupa perjuangan gue buat bisa keluar dari sini, ‘kan? Gue nggak suka kalau lo galau karna hal sepele gini—”

“Lo enggak ngerti, Gam.”

Aldrean menghentikan langkahnya, menatap dingin ke depan. Pikirannya tidak bisa berhenti menyuruhnya untuk menyerahkan posisi calon Apha kepada Gamma, persetan dengan tradisi yang akan sangat menyiksanya ketika dia sudah mengatakan hal tadi kepada Reymon.

Gamma melepas rangkulannya di pundak Aldrean lalu berjalan mendahului Kakaknya itu seraya menendang kerikil-kerikil kecil di tanah.

“Lo yang enggak pernah bisa cerita sama gue, Dre. Umur kita emang kelewat jauh, tapi gue bukan lagi bocah yang selalu minta lo lindungi. Lo enak bisa ke mana aja tanpa susah minta izin kesana-kemari kayak gue. Tanpa lo, gue enggak bisa keluar dari hutan ini seenaknya. Gue enggak—”

“Kenapa enggak lo aja?” tanya Aldrean.

“Hah?”

Gamma menghentikan langkahnya, menatap bingung kepada Kakaknya. Kerutan di keningnya semakin banyak karna Aldrean terdiam setelah mengatakan hal tersebut. Dia menghampiri Aldrean yang jaraknya sudah kelewat jauh, dengan pendengaran tajam dari kaumnya, Gamma bisa mendengar setiap helaan napas yang keluar dari mulut Kakaknya saat Gamma menanyakan kenapa.

“Iri sama gue karna bisa ke mana aja, ‘kan? Kalau gitu lo rebut posisi gue. Gue nggak suka dunia luar dan lo butuh mereka. Ini bukan karna gue nggak sanggup tapi karna gue mau lo lakuin apa yang lo mau.”

Langkah Gamma terhenti, dia mematung mendengar penjelasan sebenarnya dari Kakaknya yang selama ini terus menjawab tidak pantas menjadi Alpha dari RedMoon Pack. Matanya menyala, berwarna lembut seindah emerald. Bayangan hijau muda keluar dari sekitar badannya, angin-angin mulai menyambar dedaunan, gemerisik ranting yang saling bergesekan semakin mendinginkan suasana. Aldrean hanya menatap dingin kepada Gamma yang terlihat akan mengeluarkan sosok wolf-nya.

“Munafik!” teriak Gamma.

“Gamma, kata-kata lo nggak sopan.”

“Lo lakuin itu bukan karna gue. Tapi, karna lo yang selalu merasa lebih rendah daripada gue. Lo gak mau orang-orang ninggalin lo karna lo merasa kurang kompeten.”

“Cukup, Gam.”

Masih dengan wajah datarnya, Aldrean mencoba mendekati Gamma, berusaha untuk menahan sosok wolf Gamma yang akan segera mengambil alih. Tapi, tepisan di tangan Aldrean membuatnya terdiam dan memperhatikan Gamma yang memundurkan langkahnya tidak ingin dekat dengan Aldrean.

“Lo selalu beralasan, Dre. Gue benci sikap lo yang kayak gitu, lo sendiri gak mikir imbasnya ke gue apa? Gue emang suka keluar dari sini tanpa perlu di marahin, tapi gue nggak pandai dalam urusan ngerjain hal-hal penting kayak lo apalagi urusan berantem. Kurangin sikap egois lo, Dre. Jangan coba buat merasa lo kurang sempurna—”

“Gamma.”

Tatapan tajam terpatri di wajah dingin Aldrean, dia mulai kesal karena kata-kata sindiran yang terus keluar dari mulut Adiknya. Tidak segan-segan dia mengintimidasi wolf yang berada di dalam tubuh Gamma sehingga Gamma berhasil meredakan amarahnya dan kembali normal.

“Berhenti bahas gue yang jadi pengganti lo, kalau lo gak suka gue ngomong lo  kekanakan, egois, pemarah—”

“Sudah cukup, Gamma! Jaga mulut sama kelakuan lo. Lo bela diri gini bukan karna lo nggak bisa ngemban tugas yang bakal lo dapetin tapi karna harga diri lo sebagai anak kedua. Lo yang munafik, Gam.”

Aldrean pergi begitu saja dengan wajah dinginnya, perkataan Gamma mulai keterlaluan. Aldrean memang membenarkan semua perkataan Gamma, tapi alasan dia ingin menyerahkan posisi calon Alpha kepada Gamma adalah karna Gamma sendiri memiliki potensi untuk memimpin Pack ini lebih baik dari dirinya.

Kesempatan itu sayang sekali kalau di lewatkan dan Aldrean sendiri masih ragu untuk mengemban jabatan itu, dia yakin Adiknya lebih bisa memimpin daripadanya.

Gamma menghela napasnya kasar seraya menatap punggung Aldrean yang semakin jauh, dia melihat Aldrean dengan tatapan sendu. Sama sekali tidak tega untuk mengiakan permintaan Kakaknya itu, dia tidak ingin Aldrean mengorbankan diri untuk Adiknya yang sangat egois ini.

“Gue gak akan pernah setuju, Kak. Yang lo kasihin ke gue bukan cuman gelar, tapi nyawa lo juga.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • My Luna   Chapter 04

    Septian haidar, Fuckboy SMA Langit yang paling terkenal sampai sekolah tetangga yang bahkan isinya cowok-cowok. Tapi, satu hal yang berbeda dari Fuckboy satu ini. Kalau cowok-cowok di luar sana yang mengaku Fuckboy biasanya mendekati banyak sekali wanita hanya untuk hiburan, main-main, atau mengisi waktu senggang. Tidak dengan Septian, dia mendapatkan gelar Fuckboy karena kesetiaannya kepada satu gadis. Namun, perempuan itu tidak kunjung menerimanya membuat dia beralih dari satu cewek ke cewek lain.Adriana melewati pagar bagian dalam sekolah dengan wajah yang sangat lesu, tatapan matanya kosong membuatnya sesekali tertabrak karena tidak hati-hati. Septian sedang asik berbincang dengan anak-anak gengnya, sesekali juga menggoda gadis-gadis yang menurut mereka sangat murah untuk di dapatkan dan berakhir dengan gelak tawa karena gadis-gadis itu mudah sekali tergoda.Tak sengaja pandangannya menangkap sosok Adriana, rambutnya yang di gerai serta tas ber

    Last Updated : 2021-05-25
  • My Luna   Chapter 05

    “Ghina gak dibeliin, Sep?”Adriana menyiku lengan Septian yang baru saja menyajikan nasi goreng untuknya dan untuk Septian, lelaki itu melirik Ghina lalu memalingkan wajahnya malas. Dia tidak suka melihat Ghina, apa lagi di pagi cerah seperti ini. Membuat mood Septian hancur, pasalnya Ghina adalah perempuan yang Septian kejar. Tapi, berulang kali Ghina menolak pernyataan Septian dengan alasan tidak logis.Kekagumannya terhadap makhluk Mitologi bernama Werewolf membuat Ghina menjadi sedikit tidak waras, ia seringkali berhalusinasi sebagai jodoh dari Ras makhluk Mitologi itu yang terkenal sangat setia kepada pasangannya. Dan penuturan itu membuat Septian merasa lebih rendah karena di bandingkan dengan manusia jelmaan serigala yang belum tentu ada di dunia ini. Septian yang begitu di kagumi oleh banyak perempuan kini kalah karena penghantar dongeng sebelum tidur untuk anak-anak.***Septian sedang mengelilingi lorong p

    Last Updated : 2021-05-25
  • My Luna   Chapter 06

    Semilir angin menerbangkan rambut Aldrean yang sudah memanjang, kini sudah hampir separuh hutan tempatnya tinggal di gunduli oleh manusia-manusia yang sangat serakah. Bahkan ada beberapa pendaki yang menulusuri hutan dan berujung singgah di tempat mereka. Desas-desus penduduk tersembunyi di pedalaman hutan sudah mulai terdengar dari telinga ke telinga, untungnya saja setelah salah satu pendaki tersesat itu tidak ada lagi manusia yang bisa masuk kedalam lingkungan penduduk Aldrean.“Kemarin di atas pohon, sekarang di pinggir jurang. Lo niat bunuh diri, ya, Dre?”Gamma mengagetkan Aldrean yang tengah larut dalam pikirannya, hampir saja dirinya terjatuh ke dalam laut yang berada tepat di bawah kakinya. Adik satu-satunya ini selalu membuatnya kesal setiap kali bersamanya, emosinya tiba-tiba memuncak hanya dengan kehadiran Gamma saja.Aldrean berjalan meninggalkan Gamma menuju hutan, Adiknya mengikuti terus ke mana saja Aldrean berjalan.

    Last Updated : 2021-05-28
  • My Luna   Chapter 07

    “Buat apa sih, Dre?” tanya Gamma penasaran.Aldrean terus berjalan tanpa memperdulikan pertanyaan dari Gamma, pertanyaan yang sudah jelas-jelas Gamma sendiri ketahui kenapa harus ditanyakan kepada Aldrean?“Lo mau ke mana? Kita di area terlarang, bisa kena masalah kalau Ayah tahu kita di dunia manusia tanpa izin, Dre.”“Diem, Gam. Lo punya izin khusus karna ada gue.”Bibir Gamma terbungkam, tidak ingin berkomentar apapun. Jawaban dingin dari Aldrean terkesan memerintah dan menyombongkan dirinya. Tapi, Gamma sendiri paham betul bahwa Kakaknya memang tidak bisa peka terhadap perasaan makhluk lain.“Hutan di wilayah kita mulai gundul, lama kelamaan mereka bisa aja tebang hutan di sisi kita. Saat itu semua terjadi, apa yang bakal lo lakuin? Buru mereka semua atau hanya sekedar memperingati?” tanya Gamma.“Lo yang bakal memutuskan, Gam,” jawab Aldrean cuek.Gamma terhenti dan menatap tajam kepad

    Last Updated : 2021-05-28
  • My Luna   Chapter 08

    Ghina menghela napasnya dalam, “Emangnya bisa ketemu sama dia lagi apa?”Adriana mengangguk beberapa kali, kemungkinan itu tidak mustahil, namun Adriana dan Ghina sudah beranggapan bahwa tidak akan bertemu lagi dengan pria aneh yang tiba-tiba datang lalu menghilang dengan tiba-tiba juga.“Tapi, sore-sore begini kayaknya enak deh kalau kita makan martabak, Ya. Laper juga gue,” ujar Ghina dengan kekehannya.“Kenapa tadi gak bilang Kak Devan titip martabak? Udah mau malem juga, Ghin.”“Lo sendiri yang bilang kalau mau tinggal beli sendiri. Yuk, ayo beli, Ya,” melas Ghina.Adriana menggelengkan kepalanya berkali-kali, “Enggak! Gak mau, Ghin. Jam segini banyak orang di jalan, nanti aja pulang Kak Devan, aku suruh dia beliin martabak pas pulang nanti. Lagian kamu tidur di sini kan, temenin aku?” ucap Adriana memastikan.Sempat terjadi pertengkaran kecil sebelum mereka membahas tentang pria asi

    Last Updated : 2021-05-31
  • My Luna   Chapter 09

    “Orang gila?” tanya pria itu.Adriana memegang lengan pakaian Ghina, “Mana mungkin aku tinggalin kamu ke dalem rumah, Ghin.”Ghina melirik Adriana dan mendorong sahabatnya agar menjauh darinya. Adriana terhuyung, hampir saja terjatuh namun dia berpegangan pada pohon yang tertanam di depan rumah Adriana. Dia sedikit merasa sakit hati karena Ghina mendorongnya seperti itu. Tetapi, maksud dari Ghina adalah agar Adriana tidak terkena imbas dari pertengkaran mereka juga memastikan kalau Adriana aman.Devan tidak mungkin pulang secepat ini kecuali dia merasakan firasat aneh pada Adiknya dan memutuskan untuk pulang. Tapi, dilihat dari sikap Devan yang begitu overprotective pada Adriana, sudah di pastikan Devan akan segera pulang. Apa lagi sekarang Adriana sedang mencoba menghubungi Kakaknya. Dan Ghina harus menyelesaikan urusanya dengan pria itu secepat mungkin sebelum Devan datang.“Iya, lo. Orang gila yang

    Last Updated : 2021-07-13
  • My Luna   Chapter 10

    Ghina tersentak, dia masih kaget dengan pertanyaan itu. Ghina sama sekali tidak mengingat apapun selain perkataan orang itu mengenai nama dan tanda.“Gue gak inget, Kak. Yang terakhir gue inget itu mata dia berubah jadi warna hijau terus pas gue sadar, Raya udah nangis di belakang gue. Gue juga kaget waktu Raya bilang kalau cowok itu cium gue, tapi gak mungkin Raya bohong sampe nangis kejer begitu,” jelas Ghina.Devan mengangguk paham, dia juga satu suara tentang Adriana yang tidak akan berbohong apa lagi sampai menangis. Tapi, yang Devan kurang percayai adalah warna mata yang Ghina sebutkan tadi. di Dark Wood, tidak ada orang yang memiliki warna mata selain abu, coklat, dan hitam. Walau itu adalah campuran dari tiga warna itu, tidak mungkin ada pria yang memiliki warna mata seperti yang Ghina jelaskan.“Kamu serius lihat matanya berubah, Ghina?” tanya Devan memastikan.Ghina mengangguk, “Iya, Kak. Awalnya g

    Last Updated : 2021-07-13
  • My Luna   Chapter 11

    Helaan napas Ghina mengganggu Gamma, pria yang terus menunjukkan senyum manisnya pada Ghina akhirnya membuka mulut setelah terdiam di situasi canggung yang cukup lama. “Ada apa, Ghina? Ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?” tanya Gamma, hati-hati. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Ghina, tapi Ghina langsung menepis tangan Gamma dan menarik tangannya. “Gak usah pegang-pegang gue!” teriak Ghina tidak nyaman. Kulit lengannya tiba-tiba tersengat listrik ketika Gamma menyentuhnya. Tidak terlalu sakit namun cukup membuat Ghina terkejut. Sama halnya seperti Gamma yang merasakan sedikit sengatan di lengannya. “Pertanyaanku belum kamu jawab,” ucap Gamma perlahan. Ghina menautkan jari-jarinya di bawah meja. Dia memang terlihat tidak takut sama sekali dengan Gamma. Tapi, tetap saja pertanyaan yang akan dia tanyakan itu tidak berani Ghina ajukan apalagi dia

    Last Updated : 2021-07-29

Latest chapter

  • My Luna   Chapter 16

    “Aku tidak butuh hiburan, Sep! Keluar dari kamarku!” teriak Adriana, kesal.Adriana terganggu sekali dengan ucapan Septian yang mengatakan bahwa Ghina pasti baik-baik saja. Dan dia tahu betul di mana Ghina berada sekarang.Sudah hari kelima Ghina hilang. Orangtuanya mengarahkan polisi untuk mencari Ghina dan mereka masih belum menemukannya. Bagaimana mungkin perkataan Septian yang begitu omong kosongnya bisa Adriana terima.“Aku gak pernah bohong sama kamu, Ya. Kamu sendiri tahu kan kalau aku gak bisa sembunyikan apapun padamu. Kamu masih belum percaya aku?” Septian mempoutkan bibirnya, berharap Adriana akan tersenyum dan kembali seperti semula. Namun, kehilangan Ghina membuat Adriana berubah begitu drastis. Ghina adalah jantung bagi Adriana. Jika Ghina terluka, maka Adriana akan sama sakitnya. Dan ini yang selalu Devan khawatirkan, karena Adriana tidak pernah bisa dekat dengan siapapun selain Ghina dan Septian.

  • My Luna   Chapter 15

    “Gak ada,” ujar Devan.Septian dan Adriana melirik sekitar, banyak pondok kayu yang dibangun di dalam hutan ini. Beberapa tungku masak masih utuh, walau umurnya mungkin sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Devan memasuki pondok tersebut satu persatu bersama dengan Septian. Adriana melangkah maju, menuju bagian hutan yang terlihat sedikit luas.Firasatnya mengatakan kalau dia bisa menemukan Ghina di tempat ini. Namun, dia menginjak sesuatu. Sobekan kain yang bertebaran di sekelilingnya. Dia terus maju, mengikuti jalan setapak tersebut. Dan tak disangka dia menemukan hal yang membuatnya terduduk tanpa kata.“Raya! Kamu di mana?!” teriak Septian penuh tanya.Adriana masih terduduk di tanah, air matanya perlahan tumpah. Tak bisa berkata-kata lagi. Kondisi di hadapannya ini membuatnya bungkam.“Ya! Kenapa kamu duduk di sana? Ada yang sakit?” tanya Devan yang berhasil me

  • My Luna   Chapter 14

    “Sebenarnya ada sesuatu yang Ghina ceritain ke Raya.”Seketika Devan menghentikan langkahnya, berbalik dan menatap Adriana penasaran. Septian ikut menatapinya juga yang sibuk sekali memandang tanah.“Bisa cerita ke Kakak apa yang Ghina bilang itu?” tanya Devan hati-hati.Ia takut membuat Adriana mengurungkan niatnya untuk berbicara mengenai suatu hal yang mungkin saja jadi petunjuk besar bagi mereka.Perlahan Adriana mengangguk, dia menatap Devan dengan sedikit keraguan. Pria itu langsung saja tersenyum, agar Adriana tidak lagi ragu.“Kakak tahu perihal tanda?”Devan dan Septian sedikit kebingungan dengan pertanyaan ambigu yang dilontarkan Adriana.“Hm... tanda kepemilikan kaum manusia serigala,” lanjut Adriana.Devan mengerutkan keningnya, masih tidak menger

  • My Luna   Chapter 13

    Suara desahan dari keduanya berpadu satu dengan alam. Kicauan burung yang bernada seakan menjadi musik romansa yang membuat suasana semakin gerah. Namun, satu hal yang merusak semua perpaduan indah yang tak pernah didengar orang.Tangisan Ghina dan permohonan disela-sela desahannya begitu menyayat hati siapapun yang mendengarnya. Rasa yang begitu amat menyesal, terdesak dan pasrah tak henti-hentinya keluar dari mulut Ghina. Dia ingin segera terbangun dalam mimpi buruknya.“Gamma ... gue mohon, ah! Sshhh, ber—mhh ... berhenti. Gu-gue, Ah! Sakit Gamma! Sakit ... tolong hiks ... berhenti.”Seakan terbutakan dengan hasratnya sendiri, Gamma yang tak pernah ingin menyakiti seujung jaripun pada Ghina, kini tak bisa mendengar teriakan minta tolong atau bahkan jeritan kesakitan yang Ghina teriakkan.“Mhh ... sebentar lagi, Sweetheart. Tahan sebentar lagi,” ucap Gamma, dengan suara seraknya.

  • My Luna   Chapter 12

    “Hari ini rapat selesai sampai di sini, kita lanjutkan besok,” ucap Reymon menyudahi rapat. Aldrean sama sekali tidak berniat pergi dari ruangan dan semua orang kebingungan ketika Aldrean memukul meja dengan keras. “Selesai? Apanya yang selesai, Ayah? Bagian selatan kita dihuni oleh para Rogue, Ayah akan berdiam diri seperti ini dan bertindak ketika mereka mulai mendatangkan masalah? Basmi mereka sekarang juga, Ayah! Saya siap untuk menghancurkan mereka semua.” Para Gamma, Delta serta Ceta kembali duduk di kursinya masing-masing. Mendengar opini dari Aldrean membuat mereka mau tidak mau mendengarkan apa yang mengusik perhatian calon Alphanya ini. Sedangkan Reymon memijat keningnya perlahan, dia tidak ada niatan untuk membasmi keroco-keroco macam itu. “Tidak perlu, Anakku. Hal seperti itu bahkan bisa dibasmi oleh satu kelompok Ceta, tidak perlu khawatir seperti itu.” Aldrean menatap tajam Reymon s

  • My Luna   Chapter 11

    Helaan napas Ghina mengganggu Gamma, pria yang terus menunjukkan senyum manisnya pada Ghina akhirnya membuka mulut setelah terdiam di situasi canggung yang cukup lama. “Ada apa, Ghina? Ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?” tanya Gamma, hati-hati. Pria itu mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Ghina, tapi Ghina langsung menepis tangan Gamma dan menarik tangannya. “Gak usah pegang-pegang gue!” teriak Ghina tidak nyaman. Kulit lengannya tiba-tiba tersengat listrik ketika Gamma menyentuhnya. Tidak terlalu sakit namun cukup membuat Ghina terkejut. Sama halnya seperti Gamma yang merasakan sedikit sengatan di lengannya. “Pertanyaanku belum kamu jawab,” ucap Gamma perlahan. Ghina menautkan jari-jarinya di bawah meja. Dia memang terlihat tidak takut sama sekali dengan Gamma. Tapi, tetap saja pertanyaan yang akan dia tanyakan itu tidak berani Ghina ajukan apalagi dia

  • My Luna   Chapter 10

    Ghina tersentak, dia masih kaget dengan pertanyaan itu. Ghina sama sekali tidak mengingat apapun selain perkataan orang itu mengenai nama dan tanda.“Gue gak inget, Kak. Yang terakhir gue inget itu mata dia berubah jadi warna hijau terus pas gue sadar, Raya udah nangis di belakang gue. Gue juga kaget waktu Raya bilang kalau cowok itu cium gue, tapi gak mungkin Raya bohong sampe nangis kejer begitu,” jelas Ghina.Devan mengangguk paham, dia juga satu suara tentang Adriana yang tidak akan berbohong apa lagi sampai menangis. Tapi, yang Devan kurang percayai adalah warna mata yang Ghina sebutkan tadi. di Dark Wood, tidak ada orang yang memiliki warna mata selain abu, coklat, dan hitam. Walau itu adalah campuran dari tiga warna itu, tidak mungkin ada pria yang memiliki warna mata seperti yang Ghina jelaskan.“Kamu serius lihat matanya berubah, Ghina?” tanya Devan memastikan.Ghina mengangguk, “Iya, Kak. Awalnya g

  • My Luna   Chapter 09

    “Orang gila?” tanya pria itu.Adriana memegang lengan pakaian Ghina, “Mana mungkin aku tinggalin kamu ke dalem rumah, Ghin.”Ghina melirik Adriana dan mendorong sahabatnya agar menjauh darinya. Adriana terhuyung, hampir saja terjatuh namun dia berpegangan pada pohon yang tertanam di depan rumah Adriana. Dia sedikit merasa sakit hati karena Ghina mendorongnya seperti itu. Tetapi, maksud dari Ghina adalah agar Adriana tidak terkena imbas dari pertengkaran mereka juga memastikan kalau Adriana aman.Devan tidak mungkin pulang secepat ini kecuali dia merasakan firasat aneh pada Adiknya dan memutuskan untuk pulang. Tapi, dilihat dari sikap Devan yang begitu overprotective pada Adriana, sudah di pastikan Devan akan segera pulang. Apa lagi sekarang Adriana sedang mencoba menghubungi Kakaknya. Dan Ghina harus menyelesaikan urusanya dengan pria itu secepat mungkin sebelum Devan datang.“Iya, lo. Orang gila yang

  • My Luna   Chapter 08

    Ghina menghela napasnya dalam, “Emangnya bisa ketemu sama dia lagi apa?”Adriana mengangguk beberapa kali, kemungkinan itu tidak mustahil, namun Adriana dan Ghina sudah beranggapan bahwa tidak akan bertemu lagi dengan pria aneh yang tiba-tiba datang lalu menghilang dengan tiba-tiba juga.“Tapi, sore-sore begini kayaknya enak deh kalau kita makan martabak, Ya. Laper juga gue,” ujar Ghina dengan kekehannya.“Kenapa tadi gak bilang Kak Devan titip martabak? Udah mau malem juga, Ghin.”“Lo sendiri yang bilang kalau mau tinggal beli sendiri. Yuk, ayo beli, Ya,” melas Ghina.Adriana menggelengkan kepalanya berkali-kali, “Enggak! Gak mau, Ghin. Jam segini banyak orang di jalan, nanti aja pulang Kak Devan, aku suruh dia beliin martabak pas pulang nanti. Lagian kamu tidur di sini kan, temenin aku?” ucap Adriana memastikan.Sempat terjadi pertengkaran kecil sebelum mereka membahas tentang pria asi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status