14Rapat siang itu berlangsung sangat lama bagi Earlene. Perempuan berbaju krem berulang kali mengecek arlojinya, sebelum kembali memandang ke depan dan berusaha memfokuskan pikiran, setelah sebelumnya sempat berkelana.Carver yang turut dalam pertemuan tersebut, bertanya-tanya dalam hati tentang penyebab kakaknya terlihat gelisah. Pria bersetelan jas abu-abu menunggu hingga rapat usai, kemudian dia merangkul pundak Earlene yang sedang merapikan rambut dengan jemari. "Ci, nanti malam, ikut aku," tutur Carver. "Tidak bisa," tolak Earlene sembari menoleh ke kiri. "Kenapa?" "Aku sudah punya rencana sendiri." "Kencan?" Earlene menaikkan alis. "Aku tidak punya pacar." "Lalu, Cici mau ke mana?" "Berlatih bela diri." Carver mengamati perempuan yang balas menatapnya saksama. "Kenapa Cici tiba-tiba ingin berkung-fu?" "Tidak ada salahnya, kan? Jika aku bisa bela diri, para pengawal kita bisa istirahat bergantian. Tidak seperti sekarang. Mereka tegang hampir setiap saat." "Itu karena
15"Kenapa kalian hanya berdua di sini?" tanya Bobby Xian, ketua pengawal keluarga Yang. "Yuze tadi ada keperluan. Dia tengah menyusul ke sini," terang Chyou setelah bisa menguasai diri. Bobby menyipitkan mata. Dia mencurigai jika Chyou tengah merahasiakan sesuatu. "Segera ajak Nona pulang. Ini sudah malam." "Ya." Chyou mengamati rekan-rekannya. "Kalian ke sini, mau apa?" tanyanya. Bobby menunjuk ke dua lelaki muda yang sedang berbincang dengan Earlene. "Tuan muda Carver menemani temannya jalan-jalan. Pria itu baru kembali ke sini, dari Amerika." Chyou mengangguk paham. "Aku akan mengajak Nona pulang." "Berhati-hatilah." Chyou kembali mengangguk,kemudian dia menyambangi ketiga orang yang sedang memesan kudapan di salah satu stand pedagang. "Nona, kita harus segera pergi," ajak Chyou. "Kamu pulang duluan. Aku ikut dengan Carver," balas Earlene tanpa menoleh. Chyou terdiam. Dia tahu jika Earlene masih marah dan terang-terangan mengabaikannya. "Baik. Saya permisi." Chyou member
16Seorang pria berkumis tipis mengamati foto-foto yang diterimanya dari sang asisten. Sudut bibirnya melengkungkan senyuman, karena berhasil menemukan orang-orang yang sempat hilang dari Taiwan. Flint Xie, anak tertua mendiang Fang Xie, pimpinan mafia di Taiwan, melirik asistennya yang tengah duduk di kursi seberang. Dia meletakkan beberapa lembaran foto yang menampilkan sosok kedua cucu Daisy Cheung. "Sejak kapan mereka menjadi pengawal keluarga Yang?" tanya Flint. "Chyou, sekitar empat bulan. Kalau Yuze, baru dua bulan. Sebelumnya, Jianzhen yang berada di posisi Yuze," terang Jacob. "Kenapa dengan Jianzhen?" "Dia terluka karena dikeroyok orang-orangnya Danny Wei." "Kapan dan di mana?" "Shanghai. Sekitar dua bulan lalu." Flint mengerutkan keningnya. "Berarti, data-data di rumah Danny itu betul bukti transaksinya dengan keluarga Zhang?" "Ya, Tuan muda." Flint tersenyum miring. "Pantas saja ada orang suruhan Grandel yang memaksa masuk ke rumah Danny." "Namanya, Albern. Dia
17Carver mengangkat kedua alis ketika Earlene menjelaskan rencana liburannya esok hari. Pria berusia dua puluh enam tahun kian terkejut saat Earlene menerangkan jika Chyou yang akan menemaninya. "Hanya berdua?" tanya Carver. "Tentu saja tidak. Ketiga pengawal lain akan ikut," sanggah Earlene. "Ci, aku benar-benar penasaran. Apa Cici dan Chyou punya hubungan kasih?" "Kenapa kamu berpikir begitu?" "Tatapan mata dan gesture tubuh kalian, sangat berbeda dengan bos dan pengawal biasa." Earlene mengulaskan senyuman. "Daya khayalmu tinggi." "Aku banyak mendengar gosip tentang kalian." "Jika kamu percaya pada gosip, berarti kamu tidak mengenalku dengan baik." "Aku tidak bilang percaya, Ci. Hanya mendengar." "Tapi tujuanmu ke sana." Carver menggeleng. "Cici salah paham." Earlene mengangkat bahu, kemudian dia berdiri. "Aku mau istirahat lebih awal. Besok pagi-pagi kami berangkat." Carver tidak menyahut. Dia mengamati sang kakak yang sedang jalan menjauh, sebelum Earlene menaiki ta
18Grup 3 Klan Samudra Adhitama : Akhirnya Flint muncul juga. Xander Vong : Kita harus berhati-hati. Ketiga anak Fang Xie, licik. Myron Vong : Terutama Flint. Harry Adhitama : Apalagi mentornya Beatrix. Klop. Fritz Hayaka : Kuduga mereka tengah berusaha mengajukan banding buat Gui Xie. Jianzhen : Ya. Pengacara mereka tengah menyusun strategi baru. Kemungkinan klan kedua akan ada yang ditumbalkan. Dante Adhitama : Biarkan mereka saling menghabisi. Yang penting, jangan coba-coba mengganggu keluarga kita lagi. Chyou : Mereka tidak akan berani langsung menyerang. Yuze : Ya, pasti mereka akan mencari yang paling lemah di antara kita. Kyle Adhitama : Jangan-jangan aku lagi yang jadi target kedua setelah Koko @Dante.Priscilla Cheung : Atau aku. Myron : Keluarga Vong selalu jadi sasaran awal.Delany Vong : Karena kita dianggap pengkhianat klan kedua, @Myron. Xander : Cici @Lien, bisa nggak, sih, kita buang total bagian darah klan kedua? Delany : Mana bisa begitu, @Xander. Calvi
19"Apa maksudmu menyadap ponselku?" tanya Earlene sambil memelototi adiknya. "Aku tidak melakukan itu," sanggah Carver. "Jangan berkilah! Aku sudah tahu semuanya!" Carver terdiam sejenak, kemudian dia berkata, "Papa yang memerintahkan begitu." "Putuskan penyadapan!" "Tidak bisa, Ci. Itu salah satu cara melindungi Cici." "Tapi itu mengusik privasiku!" "Kami terpaksa melakukannya. Karena gosip tentang Cici dan Chyou kian menyebar." "Sudah kubilang, biarkan aku menjalani kehidupan sendiri. Kalian tidak boleh ikut campur!" "Kakek sudah memilihkan calon buat Cici. Tidak ada pria lain yang boleh menjalin hubungan dengan Cici." "Kalau begitu, jangan salahkan jika aku melawan!" "Lebih baik Cici menurut saja. Ini demi martabat keluarga. Sampai kapan pun kita tidak bisa memiliki pasangan yang beda kasta." Earlene berdecih. "Halton dulunya pegawai kantor. Pamela juga bekerja sebagai sekretaris Vinson. Mereka bisa menikah dengan orang beda strata. Kenapa aku tidak?" "Karena Cici ada
20Chyou menjelaskan detail rencananya pada Alvaro melalui sambungan video jarak jauh. Walaupun internet kurang bagus, keduanya tetap berbincang dengan serius. "Yang bisa segera merapat ke Guangzhou, hanya tim dari Thailand, Ko," ujar Alvaro, setelah Chyou menyelesaikan penuturannya. "Ada berapa orang?" tanya Chyou. "Sekitar enam sampai sepuluh." "Enam sudah cukup. Aku hanya mau menggertak." "Kalau begitu, segera kuhubungi Loko dan teman-temannya." "Usahakan Xander tidak tahu, Var." "Mana bisa begitu? Dia bos di Thailand. Loko dan tim harus izin padanya." "Dia pasti memaksa untuk ikut." Alvaro menyunggingkan senyuman. "Koko sangat hafal karakternya." "Hmm, ya." "Menurutku, biarkan saja dia berangkat. Xander sudah cukup paham ilmu pengamanan, karena dia selalu ikut diklat khusus bos PG." "Kalau hanya dia yang pergi, tidak masalah. Aku khawatir Myron dan yang lainnya juga menyusul." "Yups. Terutama Koko Dante, Bang Sam, W dan Z." "Dua sahabatmu, kirim saja ke London atau A
21Earlene mengunci mulutnya rapat-rapat sepanjang acara santap malam bersama keluarga Liao. Perempuan bergaun sage juga mengabaikan tatapan menyelidik pria di kursi seberang yang sejak tadi mengamatinya. Matthew Zi Rui Liao memahami keengganan Earlene untuk bertunangan dengannya. Namun, pria bermata sipit telanjur tertarik untuk mengenal Earlene lebih dalam, hingga dia memaksa pertunangan mereka dipercepat. Matthew penasaran dengan sosok kekasih Earlene, karena dia belum pernah mendengar kabar lelaki yang selama beberapa waktu mengisi hari-hari perempuan berambut panjang. Matthew sudah mencari tahu tentang Earlene dan dia tidak menemukan bukti-bukti adanya pria lain di sekitar calon tunangannya, karena hanya ada beberapa pengawal yang mengikuti Earlene ke mana pun. Perbincangan para orang tua dilanjutkan sesaat setelah acara bersantap usai. Earlene hanya menunduk sambil memilin jemari. Dia tidak mau memprotes, karena itu akan menimbulkan kemarahan Graham. "Earlene, bisa ikut den