21Earlene mengunci mulutnya rapat-rapat sepanjang acara santap malam bersama keluarga Liao. Perempuan bergaun sage juga mengabaikan tatapan menyelidik pria di kursi seberang yang sejak tadi mengamatinya. Matthew Zi Rui Liao memahami keengganan Earlene untuk bertunangan dengannya. Namun, pria bermata sipit telanjur tertarik untuk mengenal Earlene lebih dalam, hingga dia memaksa pertunangan mereka dipercepat. Matthew penasaran dengan sosok kekasih Earlene, karena dia belum pernah mendengar kabar lelaki yang selama beberapa waktu mengisi hari-hari perempuan berambut panjang. Matthew sudah mencari tahu tentang Earlene dan dia tidak menemukan bukti-bukti adanya pria lain di sekitar calon tunangannya, karena hanya ada beberapa pengawal yang mengikuti Earlene ke mana pun. Perbincangan para orang tua dilanjutkan sesaat setelah acara bersantap usai. Earlene hanya menunduk sambil memilin jemari. Dia tidak mau memprotes, karena itu akan menimbulkan kemarahan Graham. "Earlene, bisa ikut den
22Flint menendangi meja dan kursi di salah satu ruangan di kediamannya di Macau. Pria berwajah bengis sangat marah karena Chyou telah berani menantangnya. Sebelumnya, Flint dan kedua adiknya, serta para sepupu, hendak berkumpul beberapa hari ke depan untuk membicarakan Chyou dan semua saudaranya. Namun, mereka ternyata kalah cepat bergerak. Kendatipun tahu jika Chyou hanya menggertak, tetap saja penyerangan itu merugikan kelabnya. Selain banyak tamu yang kabur, banyaknya bekas tembakan di dinding menjadikan Wayne harus menutup kelab, untuk memperbaiki kondisi tempat itu hingga bisa dioperasikan kembali. "Tuan muda, saya baru mendapat kabar. Jika Chyou dan ketiga orang lainnya telah berhenti bekerja sebagai pengawal keluarga Yang," terang Jacob yang baru memasuki ruang pribadi bosnya. "Sejak kapan?" tanya Flint. "Sekitar seminggu lebih." Flint mengerutkan dahi. "Kenapa begitu tiba-tiba?" "Saya belum tahu tentang itu. Tapi, menurut gosip yang beredar di Yang Grup, Chyou diduga m
23Earlene memandangi layar ponsel Jessica, di mana ada video Chyou yang sedang berada di dalam pesawat, sambil mengucapkan kata-kata perpisahan.Earlene merasa sedih harus kembali berjauhan. Padahal mereka baru dua kali berjumpa kembali setelah Chyou pergi dari rumah orang tuanya. Sedapat mungkin Earlene menahan tangisan yang nyaris keluar. Dia tidak mau matanya bengkak, karena itu akan menimbulkan kecurigaan kedua pengawalnya. Puluhan menit terlewati, Earlene keluar dari ruang kantor pribadi sambil menjinjing tas kerja di tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya memegangi baguette bag hitam. Kedua pengawal berdiri dan mengekori langkah sang nona menuju lift. Kala benda besi terbuka, Earlene terkejut melihat pria berkemeja biru tua yang balas menatapnya lekat-lekat dari dalam elevator."Mau apa kamu ke sini?" tanya Earlene tanpa berbasa-basi terlebih dahulu."Aku sengaja menjemputmu, karena akan mengajakmu jalan-jalan," jawab Matthew, sembari menahan tombol agar pintu tetap terbuka.
24Jalinan waktu terus bergulir. Hari pertunangan Earlene dengan Matthew kian dekat. Hal itu menyebabkan putri sulung Graham gelisah, sekaligus khawatir jika Chyou tidak memenuhi janji untuk menjemput Earlene. Perempuan berambut panjang juga deg-degan, karena Matthew kian gencar mendekatinya. Mendapati dukungan dari keluarga Yang menjadikan Matthew bisa sering mengunjungi Earlene. Baik di kantor ataupun di rumah. Awal malam itu, Earlene tengah menonton televisi, ketika Dixon, Halton dan Grandel muncul bersama istri masing-masing. Meskipun hubungan mereka tidak harmonis, tetapi Graham dan Diana tetap menyambut para tamu dengan baik. Perbincangan basa-basi menyebabkan Earlene muak. Namun, dia dan kedua adiknya serta para pengawal, tetap bertahan menemani Graham dan Diana. "Kami bersedia membantu untuk melancarkan acara tersebut, Ko," ungkap Dixon seraya tersenyum. "Terima kasih," jawab Graham. "Semuanya sudah ditangani tim khusus. Nantinya keluarga benar-benar hanya sebagai tamu,"
25Dua puluh dua orang turun dari bus kecil milik hotel yang merupakan kepunyaan Daisy Cheung . Mereka bergegas memasuki bangunan dan disambut Frank, Ghani, Elvan dan Dipta dengan penghormatan. Kemudian para lelaki berkemeja biru tua dengan logo PB di saku, bergantian saling berpelukan. Sekian menit berlalu, kelompok pimpinan Chairil telah berada di restoran hotel. Chyou dan yang lainnya menyalami serta mendekap tamu satu per satu. Tiba di depan Dante, Chyou dan sepupunya tersebut saling meninju untuk menyalurkan kerinduan ala mereka. "Kenapa kalian semuanya ikut?" tanya Chyou seusai bertanding pura-pura dengan pria berdagu lancip. "Aku sudah lama tidak bertempur. Ini kesempatan bagus buat melemaskan tangan dan kaki," jawab Dante. "Janji padaku, Dan. Kalian harus berada di belakang." "Aku tidak mau." "Menurutlah. Aku, kakakmu." "Usia kita sama, hanya beda bulan." "Aku yang lahir duluan." "Itu yang kubenci! Harusnya aku lebih dulu!" Keduanya terkekeh, kemudian mereka duduk be
26Ruang VIP sebuah restoran mewah di pusat Kota Guangzhou, suasananya hening. Meskipun ada beberapa orang di dalamnya yang memasang tampang seriusGrandel dan Halton membaca detail berkas-berkas yang diberikan Jacob. Mereka terkejut ketika mengetahui bahwa Chyou adalah cucu tertua Daisy Cheung, salah satu pengusaha senior ternama di Taiwan. Sekaligus pemimpin klan Cheung di Tiongkok.Selain Chyou, identitas asli Jianzhen dan Yuze juga turut dibongkar dalam berkas. Sedangkan Miguel dan Steve, dijelaskan sebagai teman-teman Chyou semenjak sekolah, dulu. Grandel mendengkus kuat. Akhirnya dia paham kenapa Chyou terlihat berbeda dari pengawal biasa. Walaupun tidak menyukai pria itu, Grandel mengakui bila kinerja Chyou sangat bagus. "Apa kami boleh menyimpan berkas ini? Perlu dipahami benar-benar," ungkap Halton yang telah selesai membacanya."Ya, silakan," jawab Jacob, asisten Flint Xie. Halton memberikan berkas itu pada Kinsey yang duduk di kursi samping kiri. Pria termuda di keluarg
27Puluhan orang keluar dari beberapa mobil SUV dan MPV beraneka warna. Mereka kompak mengenakan kemeja biru tua dengan logo C di ujung kerah, sebagai penanda agar tidak salah orang. Samudra, Harry dan To Mu jalan paling depan sambil berpura-pura berbincang. Mereka berhenti di depan pintu masuk kelab, lalu To Mu memberi kode yang dipahami penjaga yang merupakan Adik Rosanne. Pria bertubuh kekar memeriksa semua orang dalam kelompok To Mu. Adik Rosanne sengaja melewatkan bagian kaki, tempat di mana semua orang menyembunyikan pistol ataupun belati SOG Fixation Bowie, salah satu belati populer di dunia. Satu per satu anggota kelompok tersebut memasuki area dalam yang ramai orang. Mereka menyebar per tim berisi tiga orang ke titik-titik sesuai rencana. Sedangkan Chyou, Dante, Samudra dan Harry meneruskan langkah menuju bar. Calvin, Shen dan Fritz menyusul. Mereka duduk berdampingan di sudut kanan meja. Calvin menunggu kode dari To Mu, kemudian dia memulai percakapan dengan Dionna. Yuz
28Berita penyerangan ke kelab di Hong Kong milik keluarga Xie kemarin malam, menjadi trending topic di banyak stasiun televisi. Begitu pula dengan semua grup pesan dari kalangan mafia dan pelaku bisnis serupa.Flint mengumpat sambil memukuli samsak. Penyerangan terang-terangan yang dilakukan Chyou membuat wajahnya tercoreng. Para tetua keluarga dan beberapa mafia senior menghubunginya untuk menanyakan detail kejadian. Flint benar-benar marah pada Chyou dan yang lainnya. Dia tidak menduga jika musuhnya bergerak lebih cepat dan tidak terdeteksi. Strategi mereka sangat rapi hingga menyulitkan pihak Xie untuk menyeret mereka ke kantor polisi. Selain itu, Flint dan keluarganya juga harus berhati-hati agar tidak ada lagi penyerangan di kelab-kelab lain. Sebab, Flint akan dicecar para pemegang saham bisnis itu, yang pastinya akan menambah masalah. Belasan menit terlewati. Flint tengah duduk di bangku panjang ketika asistennya datang. Jacob menyampaikan pesan dari keluarga Zhang yang bers
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua