75"Jangan takut, Earlene. Ini biasanya terjadi karena dinding rahim tengah membesar," jelas Xia He sambil mengusap lengan sang menantu yang masih terisak-isak. "Untuk beberapa hari ke depan, kamu istirahat dulu. Bed rest lebih baik," sambungnya. "Ehm, Bi, berapa lama akan keluar darahnya?" tanya Chyou yang duduk di sebelah kiri istrinya. "Biasanya maksimal tiga hari. Kalau masih keluar juga, harus rawat inap di rumah sakit," terang Xia He. "Aku tidak mau dirawat," rengek Earlene. "Kalau begitu, kamu harus menuruti permintaan Bibi. Istirahat," sahut Xia He. "Ya, Bi," balas Earlene. "Obat dan vitamin harus tetap dikonsumsi." "Hu um." "Kalau besok keluar lagi, kita langsung ke dokter spesialis kandungan di sini. Xander sedang mencari informasi dari teman-temannya." Earlene mengangguk paham. Dia menyandarkan kepala ke bahu Chyou yang spontan memeluknya dari samping. Earlene memejamkan mata sambil menenangkan diri. Xia He menyelesaikan penjelasan dan meminta Chyou menemani Earl
76Setelah merengek berkepanjangan, akhirnya Earlene diizinkan Xia He untuk menonton pertandingan voli di pantai. Namun, dia tidak boleh banyak bergerak ataupun berteriak, dan Earlene terpaksa menyanggupinya. Kedua pengawal keluarga Cheung tiba di depan bungalo sambil membawa kursi roda milik Edward Zheung yang dipinjamkan buat Earlene. Perempuan berkaus kuning lengan panjang duduk di kursi yang segera didorong hingga tiba di tepi pantai. Chyou segera mendatangi istrinya dan menggendong Earlene untuk dipindahkan ke kursi yang lebih dekat dengan lapangan. Xia He, Diana dan Gretta turut duduk di kursi lainnya yang telah disusun para pengawal muda. Fadhil, Daluh dan Yarif berjaga di belakang kursi sang nona yang terlihat antusias menyaksikan perlombaan antara regu Adhitama melawan tim Rebecca. Chyou memegangi tangan kanan istrinya agar Earlene tidak melompat dan berteriak heboh menyaksikan pertandingan yang makin seru. Chyou bahkan menekan paha Earlene yang tanpa sadar hendak bangkit
77Earlene memegangi tangan Chyou sambil mendengarkan penjelasan dokter spesialis kandungan yang mereka datangi, di rumah sakit terdekat dengan hotel. Meskipun flek yang muncul pagi tadi hanya sedikit, Earlene benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu dengan janinnya. Akan tetapi, hasil pemeriksaan menunjukkan hal yang bagus. Sesuai penuturan Xia He, hal itu sudah lumrah terjadi pada rentang usia kehamilan tersebut. Puluhan menit terlewati, keduanya telah jalan menyusuri lorong rumah sakit sambil bergandengan tangan. Tim Anjani mengawal mereka sampai ke ruang tunggu dokter tadi. Sementara Miguel dan Steve menunggu di tempat parkir. Kelompok pimpinan Fadhil memasuki mobil MPV putih yang disewa selama beberapa hari ke depan. Sebab kondisi Earlene yang masih harus istirahat, Chyou menunda kepergiannya ke Indonesia dan akan tinggal hingga minggu depan. "Sudah tenang?" tanya Chyou sambil memandangi istrinya yang berada di tengah-tengah antara dirinya dan Anjani. "Ya," sahut Earlene.
78Keempat pria yang mengenakan kaus beragam warna, keluar dari lift dan jalan menuju meja resepsionis. Mereka mengambil banyak tas belanja dari beberapa kurir, kemudian mereka bergegas kembali ke elevator. Petugas lobi mengawasi orang-orang yang baru tiba kemarin sore. Sesuai pesan dari Carver, semua penjaga keamanan harus mewaspadai sekelompok orang yang tengah menumpang di unit apartemen milik Graham.Para lelaki tiba di unit luas tiga kamar. Mereka meletakkan tas belanja ke meja, lalu mengeluarkan beraneka makanan yang telah dipesan, dan membagikannya pada semua anggota kelompok tersebut. Grandel menerima bagiannya dan langsung menyantap makanan itu tanpa bersuara sedikit pun. Sementara Maggie terlihat melamun dan hanya mengaduk-aduk nasi tanpa mengonsumsinya. Simon dan yang lainnya duduk bersila di karpet. Mereka menikmati hidangan sambil berbincang santai. Dering ponselnya menyebabkan Simon berhenti mengunyah. Dia mengambil ponsel dari lantai, kemudian segera mengangkat panggi
79Kinsey mengulum senyuman seusai membaca pesan dari petugas lobi gedung mansionnya, jika kelompok Grandel telah pergi belasan menit silam. Pria berkulit putih mematikan ponselnya, kemudian memberikan benda itu pada Brandon yang berada di sebelah kanannya. Kinsey mengalihkan pandangan ke luar kaca pesawat. Dia mengamati perairan luas di bawah sana, pertanda bila sebentar lagi pesawat akan mendarat. Putra bungsu Dixon menuruti saran Graham untuk ikut ke Indonesia. Kinsey memang membutuhkan liburan untuk menenangkan hati dan otaknya, yang belakangan kian menegang akibat kekisruhan dalam keluarga Zhang. Selain berlibur, Kinsey juga tertarik untuk berkunjung ke perusahaan Pramudya, Baltissen dan lain-lain. Dia tengah meninjau proyek kerjasama yang digagas Chyou, Dante dan Alvaro serta Marley, Adik Mayuree. Kinsey sudah memutuskan untuk melepaskan diri dari perusahaan keluarga Zhang, dan membuat perusahaan pribadi. Dia sudah mendiskusikan hal itu pada Graham dan Seth serta Robert. Ket
80Earlene memperhatikan Khadeeza, istri Finley, yang sedang mengolah makanan khas Indonesia yang akan menjadi menu sarapan mereka pagi itu. Sekali-sekali Earlene bertanya yang dijawab perempuan berjilbab abu-abu dengan bahasa Mandarin yang cukup fasih. Gretta dan Diana turut berbincang dengan Bunda Harry serta Kyle. Mereka takjub dengan gerakan tangkas dan luwes Khadeeza dalam menyajikan lauk pelengkap nasi uduk. Padahal menunya banyak. Kyle dan Ineke yang turut membantu Khadeeza serta kedua asisten di dapur, bergegas memindahkan wadah makanan berisi aneka lauk pauk ke meja makan. Sementara Harry menyiapkan minuman dengan dibantu tim Loko. Koh Li Bun, Daisy dan Edward muncul bersama Frederick serta keluarganya. Disusul keluarga Frans dan keluarga Cindy, beserta para pengawal klan Adhitama yang dipimpin Jauhari. "Sayang, hari ini kita mau ke mana?" tanya Yuze sambil memegangi lengan kiri ketua pengawal Adhitama. "Aku harus kerja, Babe. Nanti saja kita jalan-jalannya," seloroh Ja
81Tepat pukul 10 WIB, acara rapat koordinasi semua unit kerja dimulai di ruang pertemuan di lantai tiga kantor PBK. Wirya yang memimpin rapat, membuka acara dengan pembacaan doa. Kemudian sang direktur utama menyapa satu per satu perwakilan unit dari seluruh Indonesia, serta luar negeri.Selain Chyou, Loko juga hadir dalam rapat itu sebagai perwakilan dari unit Thailand. Begitu pula dengan Mardi yang mewakili area Eropa, serta Said yang menjadi pemimpin area Australia dan New Zealand. Seusai menyapa, Wirya meminta Dimas, ajudannya, untuk menyalakan proyektor yang diarahkan ke dinding bercat biru tua. Sementara Zulfi dan Lazuardi menyiapkan detail laporan keuangan PBK sepanjang enam bulan terakhir di laptop sang direktur keuangan. Wirya berpindah ke sudut kanan dinding di mana proyektor mulai bekerja memampangkan data semua unit kerja. Dengan lugas, pria berkemeja biru tua menerangkan kemajuan berbagai unit, terutama area Eropa. "Mardi, nanti tagih bonus ke Zulfi," seloroh Wirya,
82Malam itu, kediaman Sultan Pramudya di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan, terlihat ramai. Tenda yang menutupi halaman depan seolah-olah tidak bisa menampung semua orang yang hadir. Hingga banyak dari para pengawal yang menggelar karpet di garasi yang sengaja dikosongkan, untuk menjadi tempat meja prasmanan buat laki-laki.Para tamu pria, baik yang muda maupun tua, berkumpul di ruang tamu hingga ruang tengah. Sedangkan semua perempuan menempati area khusus di halaman belakang, yang juga ditutupi tenda putih. Earlene sangat menikmati acara tersebut. Makanan yang lezat dan orang-orang yang ramah, menjadikan Nona muda Yang merasa betah. Dia tidak sungkan untuk berbincang dengan belasan pengawal perempuan senior, yang merupakan teman seangkatan Alvaro dan Yanuar. Earlene mendengarkan penuturan Dita dan teman-temannya yang menggunakan bahasa Inggris campur Indonesia. Bila merasa bingung, Earlene akan bertanya pada Anjani, Mayuree dan Malanaya yang menjelaskannya dengan gamblang. Perem