80Earlene memperhatikan Khadeeza, istri Finley, yang sedang mengolah makanan khas Indonesia yang akan menjadi menu sarapan mereka pagi itu. Sekali-sekali Earlene bertanya yang dijawab perempuan berjilbab abu-abu dengan bahasa Mandarin yang cukup fasih. Gretta dan Diana turut berbincang dengan Bunda Harry serta Kyle. Mereka takjub dengan gerakan tangkas dan luwes Khadeeza dalam menyajikan lauk pelengkap nasi uduk. Padahal menunya banyak. Kyle dan Ineke yang turut membantu Khadeeza serta kedua asisten di dapur, bergegas memindahkan wadah makanan berisi aneka lauk pauk ke meja makan. Sementara Harry menyiapkan minuman dengan dibantu tim Loko. Koh Li Bun, Daisy dan Edward muncul bersama Frederick serta keluarganya. Disusul keluarga Frans dan keluarga Cindy, beserta para pengawal klan Adhitama yang dipimpin Jauhari. "Sayang, hari ini kita mau ke mana?" tanya Yuze sambil memegangi lengan kiri ketua pengawal Adhitama. "Aku harus kerja, Babe. Nanti saja kita jalan-jalannya," seloroh Ja
81Tepat pukul 10 WIB, acara rapat koordinasi semua unit kerja dimulai di ruang pertemuan di lantai tiga kantor PBK. Wirya yang memimpin rapat, membuka acara dengan pembacaan doa. Kemudian sang direktur utama menyapa satu per satu perwakilan unit dari seluruh Indonesia, serta luar negeri.Selain Chyou, Loko juga hadir dalam rapat itu sebagai perwakilan dari unit Thailand. Begitu pula dengan Mardi yang mewakili area Eropa, serta Said yang menjadi pemimpin area Australia dan New Zealand. Seusai menyapa, Wirya meminta Dimas, ajudannya, untuk menyalakan proyektor yang diarahkan ke dinding bercat biru tua. Sementara Zulfi dan Lazuardi menyiapkan detail laporan keuangan PBK sepanjang enam bulan terakhir di laptop sang direktur keuangan. Wirya berpindah ke sudut kanan dinding di mana proyektor mulai bekerja memampangkan data semua unit kerja. Dengan lugas, pria berkemeja biru tua menerangkan kemajuan berbagai unit, terutama area Eropa. "Mardi, nanti tagih bonus ke Zulfi," seloroh Wirya,
82Malam itu, kediaman Sultan Pramudya di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan, terlihat ramai. Tenda yang menutupi halaman depan seolah-olah tidak bisa menampung semua orang yang hadir. Hingga banyak dari para pengawal yang menggelar karpet di garasi yang sengaja dikosongkan, untuk menjadi tempat meja prasmanan buat laki-laki.Para tamu pria, baik yang muda maupun tua, berkumpul di ruang tamu hingga ruang tengah. Sedangkan semua perempuan menempati area khusus di halaman belakang, yang juga ditutupi tenda putih. Earlene sangat menikmati acara tersebut. Makanan yang lezat dan orang-orang yang ramah, menjadikan Nona muda Yang merasa betah. Dia tidak sungkan untuk berbincang dengan belasan pengawal perempuan senior, yang merupakan teman seangkatan Alvaro dan Yanuar. Earlene mendengarkan penuturan Dita dan teman-temannya yang menggunakan bahasa Inggris campur Indonesia. Bila merasa bingung, Earlene akan bertanya pada Anjani, Mayuree dan Malanaya yang menjelaskannya dengan gamblang. Perem
83"Sepertinya, orang-orang Indonesia banyak yang baik dan ramah," tutur Earlene sambil memegangi lengan kiri Chyou yang sedang mengusap-usap rambutnya dengan tangan kanan. "Ya, dari pertama kali aku datang ke sini, teman-teman memang tidak berubah. Siapa pun tamunya akan disambut hangat. Bahkan, ke pihak lawan, mereka tidak menunjukkan permusuhan, kecuali jika ditantang," sahut pria berkaus putih. "Aku benar-benar menyukai keluarga Pramudya. Pantas saja para pegawainya setia dan kompak. Ternyata keluarga bos memang royal serta sangat perhatian." "Aku pernah mendiskusikan hal itu dengan Dante. Dia bilang, keluarga Pramudya bisa sesukses sekarang karena banyak orang yang mendoakan mereka. Semua pegawai Pramudya Grup merasakan kebaikan dari Pak Sultan dan Bu Winarti." "Ya, aku suka dengan pasangan itu. Saat kami mengobrol tadi, aku bisa merasakan jika mereka orang baik. Nyaman berada di dekat mereka." "Dan sikap berbagi rezeki juga dilanjutkan oleh anak-anak, menantu dan para penga
84Satu per satu anggota PG memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan semua anggota PC. Saat tiba gilirannya, Chyou berdiri dan membungkuk sedikit, lalu menegakkan badannya. Pria bermata sipit memperkenalkan dirinya dengan lugas menggunakan bahasa Indonesia yang lancar. Hadirin bertepuk tangan menyambut pidato Chyou yang kembali merunduk, sebelum duduk di tempat semula. Sekian menit terlewati, semua orang telah memperkenalkan diri. Chyou meneruskan kertas dari Carver dan Kinsey ke Zafran. Kedua ipar Chyou hendak mendaftar menjadi anggota PC. "Nanti, setelah rapat, kalian jangan langsung keluar. Aku akan membicarakan ini dengan Pak Tio," tukas Zafran yang dibalas anggukan Chyou. "Baik," sahut putra sulung Rembrand Cheung. "Sebetulnya Mas Tio sudah tahu tentang ini. Beliau tengah mencari mentornya," lontarnya. Zafran manggut-manggut. Dia mengecek buku catatannya, lali bertutur, "Mungkin kedua ipar Koko bisa ditangani tim tiga, empat dan lima. Bang Theo, Mas Anto, Adelard, Myron dan P
85Earlene terkekeh mendengar penuturan Chyou tentang suasana rapat di kantor PG tadi pagi hingga siang hari. Tawanya mengencang kala Chyou menjelaskan tingkah Adelard, Myron dan Panglima yang berjoget, karena senang mendapatkan PC baru. Earlene membayangkan ekspresi Carver dan Kinsey. Dia yakin bila kedua saudaranya akan senang mendapatkan teman-teman baru dan mentor yang mumpuni. Setelah tawanya menghilang, Earlene meminta Chyou untuk menunjukkan foto Theo dan Anto yang akan menjadi mentor kedua adiknya. "Theo bisa bahasa Tiociu?" tanya Earlene untuk memastikan pendengaran. "Ya, tadi dia ngobrol dengan Dante pakai bahasa itu," jawab Chyou. "Sayangnya aku tidak bisa Tiociu." "Aku juga hanya tahu sedikit." "Koko Dante bisa bicara Tiociu, dari mana?" "Ibunya, orang keturunan pesisir. Mereka menggunakan bahasa Tiociu dan Khek." "Oh, begitu." "Sebentar, tadi kamu manggil Dante dengan Koko?" "Ya, dia lebih tua dariku." "Kenapa ke aku tidak pakai Koko juga? Aku seusia Dante, ha
86Bunyi genderang memancing pandangan penonton ke pintu masuk ruang pertemuan. Sunardi, Gumelar, Harun dan Nanang maju berderet sambil memukul drum dengan seirama. Seruan seseorang dari belakang ketiganya mengiringi kehadiran Hisyam, Aditya, Yusuf, Jeffrey, Chairil, Jauhari, Beni, Robi, Syuja, Ibrahim, Fawwaz dan Qadry, yang berlari kencang, lalu melompati para senior yang telah merunduk dan berbaris rapi di kedua sisi jalan.Hamid dan rekan-rekannya dari pengawal lapis satu, membiarkan punggung mereka menjadi tumpuan para junior yang sedang melakukan parkour. Tim selanjutnya menyusul sambil melaksanakan wushu menggunaakan tongkat dengan kerincing di ujungnya. Miguel, Steve, Michael, Cedric, Gibson, Frank, Daluh, Yarif, Fadhil dan tentu saja Loko, berkung-fu dengan apik sembari sekali-sekali berseru. Irfan, Nurhan, Lazuardi, Dimas, Mukti, Wahyudi, Valdi, Uday, Uwais, Ukky, Sony dan Novan, menyusul sambil memamerkan pertunjukan tongkat khas pengamanan yang dilempar silang pada se
87Kelompok Chyou tiba di kediaman Koh Li Bun menjelang tengah malam. Kinsey turun lebih dulu dari kursi depan untuk membukakan pintu tengah. Chyou keluar, lalu mengangkat dan menggendong Earlene yang sudah terlelap sejak tadi. Carver yang juga telah turun, bergegas ke pintu depan rumah sambil meraih kunci cadangan dari saku celananya. Pria berparas manis membuka pintu lebar-lebar agar Chyou leluasa memasuki ruangan. Darren mengejar Kakak iparnya untuk membukakan pintu kamar di belakang. Dia ikut masuk untuk menyalakan lampu dan mesin penyejuk udara, kemudian Darren keluar sambil menutup pintu. Sekian menit berlalu, Chyou keluar dari kamar mandi. Dia berganti pakaian dengan setelan kaus kesukaan. Chyou melenggang ke dekat pintu untuk menekan sakelar lampu utama. Seketika ruangan berubah remang-remang karena ada sinar lampu dinding. Chyou merebahkan badan di sisi kiri kasur. Dia tidak membangunkan Earlene dan membiarkan istrinya tidur tanpa berganti pakaian. Chyou tahu jika Earlene
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua