81Tepat pukul 10 WIB, acara rapat koordinasi semua unit kerja dimulai di ruang pertemuan di lantai tiga kantor PBK. Wirya yang memimpin rapat, membuka acara dengan pembacaan doa. Kemudian sang direktur utama menyapa satu per satu perwakilan unit dari seluruh Indonesia, serta luar negeri.Selain Chyou, Loko juga hadir dalam rapat itu sebagai perwakilan dari unit Thailand. Begitu pula dengan Mardi yang mewakili area Eropa, serta Said yang menjadi pemimpin area Australia dan New Zealand. Seusai menyapa, Wirya meminta Dimas, ajudannya, untuk menyalakan proyektor yang diarahkan ke dinding bercat biru tua. Sementara Zulfi dan Lazuardi menyiapkan detail laporan keuangan PBK sepanjang enam bulan terakhir di laptop sang direktur keuangan. Wirya berpindah ke sudut kanan dinding di mana proyektor mulai bekerja memampangkan data semua unit kerja. Dengan lugas, pria berkemeja biru tua menerangkan kemajuan berbagai unit, terutama area Eropa. "Mardi, nanti tagih bonus ke Zulfi," seloroh Wirya,
82Malam itu, kediaman Sultan Pramudya di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan, terlihat ramai. Tenda yang menutupi halaman depan seolah-olah tidak bisa menampung semua orang yang hadir. Hingga banyak dari para pengawal yang menggelar karpet di garasi yang sengaja dikosongkan, untuk menjadi tempat meja prasmanan buat laki-laki.Para tamu pria, baik yang muda maupun tua, berkumpul di ruang tamu hingga ruang tengah. Sedangkan semua perempuan menempati area khusus di halaman belakang, yang juga ditutupi tenda putih. Earlene sangat menikmati acara tersebut. Makanan yang lezat dan orang-orang yang ramah, menjadikan Nona muda Yang merasa betah. Dia tidak sungkan untuk berbincang dengan belasan pengawal perempuan senior, yang merupakan teman seangkatan Alvaro dan Yanuar. Earlene mendengarkan penuturan Dita dan teman-temannya yang menggunakan bahasa Inggris campur Indonesia. Bila merasa bingung, Earlene akan bertanya pada Anjani, Mayuree dan Malanaya yang menjelaskannya dengan gamblang. Perem
83"Sepertinya, orang-orang Indonesia banyak yang baik dan ramah," tutur Earlene sambil memegangi lengan kiri Chyou yang sedang mengusap-usap rambutnya dengan tangan kanan. "Ya, dari pertama kali aku datang ke sini, teman-teman memang tidak berubah. Siapa pun tamunya akan disambut hangat. Bahkan, ke pihak lawan, mereka tidak menunjukkan permusuhan, kecuali jika ditantang," sahut pria berkaus putih. "Aku benar-benar menyukai keluarga Pramudya. Pantas saja para pegawainya setia dan kompak. Ternyata keluarga bos memang royal serta sangat perhatian." "Aku pernah mendiskusikan hal itu dengan Dante. Dia bilang, keluarga Pramudya bisa sesukses sekarang karena banyak orang yang mendoakan mereka. Semua pegawai Pramudya Grup merasakan kebaikan dari Pak Sultan dan Bu Winarti." "Ya, aku suka dengan pasangan itu. Saat kami mengobrol tadi, aku bisa merasakan jika mereka orang baik. Nyaman berada di dekat mereka." "Dan sikap berbagi rezeki juga dilanjutkan oleh anak-anak, menantu dan para penga
84Satu per satu anggota PG memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan semua anggota PC. Saat tiba gilirannya, Chyou berdiri dan membungkuk sedikit, lalu menegakkan badannya. Pria bermata sipit memperkenalkan dirinya dengan lugas menggunakan bahasa Indonesia yang lancar. Hadirin bertepuk tangan menyambut pidato Chyou yang kembali merunduk, sebelum duduk di tempat semula. Sekian menit terlewati, semua orang telah memperkenalkan diri. Chyou meneruskan kertas dari Carver dan Kinsey ke Zafran. Kedua ipar Chyou hendak mendaftar menjadi anggota PC. "Nanti, setelah rapat, kalian jangan langsung keluar. Aku akan membicarakan ini dengan Pak Tio," tukas Zafran yang dibalas anggukan Chyou. "Baik," sahut putra sulung Rembrand Cheung. "Sebetulnya Mas Tio sudah tahu tentang ini. Beliau tengah mencari mentornya," lontarnya. Zafran manggut-manggut. Dia mengecek buku catatannya, lali bertutur, "Mungkin kedua ipar Koko bisa ditangani tim tiga, empat dan lima. Bang Theo, Mas Anto, Adelard, Myron dan P
85Earlene terkekeh mendengar penuturan Chyou tentang suasana rapat di kantor PG tadi pagi hingga siang hari. Tawanya mengencang kala Chyou menjelaskan tingkah Adelard, Myron dan Panglima yang berjoget, karena senang mendapatkan PC baru. Earlene membayangkan ekspresi Carver dan Kinsey. Dia yakin bila kedua saudaranya akan senang mendapatkan teman-teman baru dan mentor yang mumpuni. Setelah tawanya menghilang, Earlene meminta Chyou untuk menunjukkan foto Theo dan Anto yang akan menjadi mentor kedua adiknya. "Theo bisa bahasa Tiociu?" tanya Earlene untuk memastikan pendengaran. "Ya, tadi dia ngobrol dengan Dante pakai bahasa itu," jawab Chyou. "Sayangnya aku tidak bisa Tiociu." "Aku juga hanya tahu sedikit." "Koko Dante bisa bicara Tiociu, dari mana?" "Ibunya, orang keturunan pesisir. Mereka menggunakan bahasa Tiociu dan Khek." "Oh, begitu." "Sebentar, tadi kamu manggil Dante dengan Koko?" "Ya, dia lebih tua dariku." "Kenapa ke aku tidak pakai Koko juga? Aku seusia Dante, ha
86Bunyi genderang memancing pandangan penonton ke pintu masuk ruang pertemuan. Sunardi, Gumelar, Harun dan Nanang maju berderet sambil memukul drum dengan seirama. Seruan seseorang dari belakang ketiganya mengiringi kehadiran Hisyam, Aditya, Yusuf, Jeffrey, Chairil, Jauhari, Beni, Robi, Syuja, Ibrahim, Fawwaz dan Qadry, yang berlari kencang, lalu melompati para senior yang telah merunduk dan berbaris rapi di kedua sisi jalan.Hamid dan rekan-rekannya dari pengawal lapis satu, membiarkan punggung mereka menjadi tumpuan para junior yang sedang melakukan parkour. Tim selanjutnya menyusul sambil melaksanakan wushu menggunaakan tongkat dengan kerincing di ujungnya. Miguel, Steve, Michael, Cedric, Gibson, Frank, Daluh, Yarif, Fadhil dan tentu saja Loko, berkung-fu dengan apik sembari sekali-sekali berseru. Irfan, Nurhan, Lazuardi, Dimas, Mukti, Wahyudi, Valdi, Uday, Uwais, Ukky, Sony dan Novan, menyusul sambil memamerkan pertunjukan tongkat khas pengamanan yang dilempar silang pada se
87Kelompok Chyou tiba di kediaman Koh Li Bun menjelang tengah malam. Kinsey turun lebih dulu dari kursi depan untuk membukakan pintu tengah. Chyou keluar, lalu mengangkat dan menggendong Earlene yang sudah terlelap sejak tadi. Carver yang juga telah turun, bergegas ke pintu depan rumah sambil meraih kunci cadangan dari saku celananya. Pria berparas manis membuka pintu lebar-lebar agar Chyou leluasa memasuki ruangan. Darren mengejar Kakak iparnya untuk membukakan pintu kamar di belakang. Dia ikut masuk untuk menyalakan lampu dan mesin penyejuk udara, kemudian Darren keluar sambil menutup pintu. Sekian menit berlalu, Chyou keluar dari kamar mandi. Dia berganti pakaian dengan setelan kaus kesukaan. Chyou melenggang ke dekat pintu untuk menekan sakelar lampu utama. Seketika ruangan berubah remang-remang karena ada sinar lampu dinding. Chyou merebahkan badan di sisi kiri kasur. Dia tidak membangunkan Earlene dan membiarkan istrinya tidur tanpa berganti pakaian. Chyou tahu jika Earlene
88Suasana ruang tamu kediaman Yanuar sore itu terlihat ramai orang. Mereka memerhatikan pria berparas separuh luar negeri yang sedang menjelasksn detail proyek terbaru, yakni proyek gabungan banyak bos PG dan PC. Chyou sekali-sekali akan menunduk untuk membaca detail proyek di kertas yang telah dibagikan Wirya sebelum acara dimulai. Chyou berdecak dalam hati menyaksikan jumlah dana yang dibutuhkan untuk penyelesaian proyek tersebut. Carver, Darren dan Kinsey berulang kali menanyakan hal yang kurang dimengerti. Wirya dan Zulfi menjelaskan dengan bahasa Mandarin agar ketiganya lebih paham. "Oke, sekarang kita tentukan wakil dari semua pemegang saham proyeknya," tutur Alvaro. "Zulfi, Wirya, Yoga, Andri dan Haryono hanya ikut mengontrol, nggak bisa stand by sebulan di sana, karena kesibukan mereka yang luar biasa," lanjutnya. "Ini kesempatan bagus untuk membuktikan eksistensi di dunia bisnis luar negeri. Karena proyek ini dikerjakan di tiga negara sekaligus. Yakni, Cina, Thailand, d