69Earlene mendekap Anjani yang hendak pulang bersama tim Indonesia. Meskipun mereka akan berjumpa kembali beberapa minggu lagi, tetap saja Earlene sedih melepas ajudannya pergi. Setelahnya, Earlene menyalami ketiga ajudan laki-laki yang juga hendak pulang. Sebab tim Loko dan Rebecca masih bertahan di Taipei, regu Ani diizinkan libur dan akan kembali bekerja saat resepsi di Thailand. Anjani, Fadhil, Daluh dan Yarif menyalami semua anggota keluarga Cheung dan Zheung dengan takzim. Mereka bergantian berpelukan dengan tim Loko yang sudah bersama-sama membantu melindungi kedua klan tersebut, sejak awal perseteruan dengan keluarga Xie. Alvaro, Wirya dan kelompok Hendri juga turut bersalaman pada semua orang. Kemudian mereka memasuki beberapa mobil yang akan mengantarkan hingga bandara. Lionel ikut dalam rombongan Indonesia. Sementara Clement bergabung dengan tim Xander yang akan pulang ke Thailand. Daisy dan Edward serta yang lainnya, memandangi mobil-mobil bergerak menjauhi pekaranga
70Gretta, Xia He, Priscilla dan beberapa perempuan lainnya, kompak berseru ketika Earlene keluar dari ruang rias butik milik Ivonne. Earlene menyunggingkan senyuman sambil jalan pelan menyambangi kerabatnya. Dia sangat senang ketika menyaksikan pantulan diri di cermin besar, yang menampilkan seorang pengantin nan menawan.Gaun broken white berpotongan A-line terlihat sangat pas di tubuh Earlene. Perutnya yang masih rata membuat sang calon pengantin lega, karena tidak perlu repot mengubah desain gaun tersebut. Riasan dari make up artist menjadikan tampilan wajah Earlene kian ayu. Kulit putihnya nyaris tidak berbeda dengan warna gaun. Meskipun terlihat sederhana, tetapi baju pengantin itu sangat elegan dan berharga mahal. Pendar biru kristal swarovski terbias sempurna. Bahan halus dan jahitan tangan yang rapi, menjadikan gaun itu sangat indah. Earlene berulang kali mengusap bagian dada sambil memuji keelokan hasil karya Ivonne. "Ini sangat luar biasa, dan kamu begitu cantik," puji
71Dua unit bus berukuran besar keluar dari pekarangan kediaman Daisy Cheung. Para sopir kendaraan roda empat milik hotel keluarga, mengikuti arahan To Mu yang menjadi pemimpin rombongan. Suasana Kota Taipei yang masih lengang di siang hari, menjadikan perjalanan bisa ditempuh dalam waktu singkat. Kedua bus tiba di bandara dan segera menempati area khusus tamu penting. Para ajudan turun terlebih dahulu dari kedua bus. Beberapa pengawal membantu petugas bandara yang mengeluarkan barang bawaan dari bus dan dipindahkan ke banyak troli. Sedangkan pengawal lain, membentuk lapisan pengamanan, kemudian keluarga kedua klan dipersilakan turun. Sekian menit terlewati, rombongan berbaju putih telah jalan menuju area dalam, khusus penumpang pesawat carteran. Mereka ditemani petugas bandara yang bergerak cepat untuk mengarahkan orang-orang penting. Daisy Cheung dan Edward Zheung sangat terkenal di kota itu. Begitu pula dengan anak-anak mereka. Sebagai keturunan keluarga kaya, mereka selalu menj
72Semua orang yang hadir di taman hotel, mengamati pasangan Papa dan anak yang sedang berjalan pelan dari gerbang berhiaskan bunga putih. Earlene memegangi lengan kiri Graham sambil berusaha mengatur langkahnya agar tetap anggun. Chyou memejamkan mata sembari menunduk. Dia telah berjanji pada Earlene, akan melihat perempuan tersebut setelah tiba di hadapannya.Jianzhen yang menjadi pendamping pengantin laki-laki, menepuk lengan sang koko sembari menjelaskan jika Earlene telah tiba. Chyou membuka mata sambil berbalik. Dia terkesima menyaksikan penampilan kekasihnya yang sangat berbeda dari biasanya. Chyou cepat-cepat merunduk sedikit, sebelum menegakkan badan untuk menyalami Graham. Mereka berbincang sesaat, kemudian Chyou mengulurkan tangan kanan untuk mengambil alih Earlene dari papanya Pengantin perempuan maju tiga langkah dan berdiri sejajar dengan Chyou. Keduanya saling berhadapan, lalu mereka sama-sama mengulaskan senyuman. Acara pemberkatan berlangsung cukup lama. Teruta
73Ratusan orang berkumpul di sekitar taman hotel, tempat diadakannya resepsi bagian kedua. Berbeda dengan acara tadi sore, malam itu semua orang mengenakan pakaian serba merah dengan beragam model. Chyou menggunakan setelan tuksedo merah yang dipadukan kemeja putih. Sementara Earlene mengenakan gaun pengantin merah campur emas yang berkilauan tertimpa cahaya lampu sorot. Pasangan pengantin duduk berdampingan di panggung kecil yang dihiasi bunga-bunga merah, putih dan emas. Keduanya terlihat bahagia dan sangat menawan. Bunyi musik khas Tionghoa bergema dan perhatian semua orang tertuju ke MC, yang tengah mengumumkan jika acara pertunjukan akan segera dimulai. Belasan orang berseragam serba putih muncul dari gerbang utama. Mereka berlari sekian meter, lalu bersalto miring hingga tiba di tempat khusus. Para pengawal muda PBK mempertunjukkan kebolehan bela diri sesuai spesialisasi masing-masing. Kemudian mereka mengatur barisan, lalu menunggu yang lainnya muncul dari belakang dinding
74Seusai bersantap pagi itu, Chyou izin keluar dari kamar untuk menemui Alvaro dan tim PBK. Earlene yang masih kelelahan, memlih untuk kembali melanjutkan tidurnya. Chyou mendatangi Alvaro yang telah menunggu di restoran hotel. Mereka berbincang sesaat, kemudian berdiri dan jalan menuju pantai dengan diikuti keempat Power Rangers, alias orang-orang andalan komisaris PBK. Keenam pria berbeda tampilan menyusuri bibir pantai sambil berbincang mengenai telepon dari Grandel tempo hari. Chyou meminta pendapat rekan-rekannya tentang hal itu, karena dia yakin dengan solusi yang mereka berikan. "Apa dia menyebutkan, kapan akan menemui Koko?" tanya Alvaro. "Belum. Dia masih menunggu jawabanku," terang Chyou. "Menurutku, diterima saja tawarannya. Tapi, Koko juga harus melibatkan Paman Graham dan Paman Seth. Agar mereka tidak salah duga." "Ehm, kata Tuan Graham, Grandel juga menghubunginya, beberapa hari sebelum berangkat ke sini." "Grandel juga mengajukan hal yang sama?" "Ya. Dia juga me
75"Jangan takut, Earlene. Ini biasanya terjadi karena dinding rahim tengah membesar," jelas Xia He sambil mengusap lengan sang menantu yang masih terisak-isak. "Untuk beberapa hari ke depan, kamu istirahat dulu. Bed rest lebih baik," sambungnya. "Ehm, Bi, berapa lama akan keluar darahnya?" tanya Chyou yang duduk di sebelah kiri istrinya. "Biasanya maksimal tiga hari. Kalau masih keluar juga, harus rawat inap di rumah sakit," terang Xia He. "Aku tidak mau dirawat," rengek Earlene. "Kalau begitu, kamu harus menuruti permintaan Bibi. Istirahat," sahut Xia He. "Ya, Bi," balas Earlene. "Obat dan vitamin harus tetap dikonsumsi." "Hu um." "Kalau besok keluar lagi, kita langsung ke dokter spesialis kandungan di sini. Xander sedang mencari informasi dari teman-temannya." Earlene mengangguk paham. Dia menyandarkan kepala ke bahu Chyou yang spontan memeluknya dari samping. Earlene memejamkan mata sambil menenangkan diri. Xia He menyelesaikan penjelasan dan meminta Chyou menemani Earl
76Setelah merengek berkepanjangan, akhirnya Earlene diizinkan Xia He untuk menonton pertandingan voli di pantai. Namun, dia tidak boleh banyak bergerak ataupun berteriak, dan Earlene terpaksa menyanggupinya. Kedua pengawal keluarga Cheung tiba di depan bungalo sambil membawa kursi roda milik Edward Zheung yang dipinjamkan buat Earlene. Perempuan berkaus kuning lengan panjang duduk di kursi yang segera didorong hingga tiba di tepi pantai. Chyou segera mendatangi istrinya dan menggendong Earlene untuk dipindahkan ke kursi yang lebih dekat dengan lapangan. Xia He, Diana dan Gretta turut duduk di kursi lainnya yang telah disusun para pengawal muda. Fadhil, Daluh dan Yarif berjaga di belakang kursi sang nona yang terlihat antusias menyaksikan perlombaan antara regu Adhitama melawan tim Rebecca. Chyou memegangi tangan kanan istrinya agar Earlene tidak melompat dan berteriak heboh menyaksikan pertandingan yang makin seru. Chyou bahkan menekan paha Earlene yang tanpa sadar hendak bangkit