Ikutan Give Away berhadiah koin dari Goodnovel, yuks! Syarat dan ketentuan bisa DM Emak di IG : olivia_yoyet. Ditunggu, ya ^^
72Semua orang yang hadir di taman hotel, mengamati pasangan Papa dan anak yang sedang berjalan pelan dari gerbang berhiaskan bunga putih. Earlene memegangi lengan kiri Graham sambil berusaha mengatur langkahnya agar tetap anggun. Chyou memejamkan mata sembari menunduk. Dia telah berjanji pada Earlene, akan melihat perempuan tersebut setelah tiba di hadapannya.Jianzhen yang menjadi pendamping pengantin laki-laki, menepuk lengan sang koko sembari menjelaskan jika Earlene telah tiba. Chyou membuka mata sambil berbalik. Dia terkesima menyaksikan penampilan kekasihnya yang sangat berbeda dari biasanya. Chyou cepat-cepat merunduk sedikit, sebelum menegakkan badan untuk menyalami Graham. Mereka berbincang sesaat, kemudian Chyou mengulurkan tangan kanan untuk mengambil alih Earlene dari papanya Pengantin perempuan maju tiga langkah dan berdiri sejajar dengan Chyou. Keduanya saling berhadapan, lalu mereka sama-sama mengulaskan senyuman. Acara pemberkatan berlangsung cukup lama. Teruta
73Ratusan orang berkumpul di sekitar taman hotel, tempat diadakannya resepsi bagian kedua. Berbeda dengan acara tadi sore, malam itu semua orang mengenakan pakaian serba merah dengan beragam model. Chyou menggunakan setelan tuksedo merah yang dipadukan kemeja putih. Sementara Earlene mengenakan gaun pengantin merah campur emas yang berkilauan tertimpa cahaya lampu sorot. Pasangan pengantin duduk berdampingan di panggung kecil yang dihiasi bunga-bunga merah, putih dan emas. Keduanya terlihat bahagia dan sangat menawan. Bunyi musik khas Tionghoa bergema dan perhatian semua orang tertuju ke MC, yang tengah mengumumkan jika acara pertunjukan akan segera dimulai. Belasan orang berseragam serba putih muncul dari gerbang utama. Mereka berlari sekian meter, lalu bersalto miring hingga tiba di tempat khusus. Para pengawal muda PBK mempertunjukkan kebolehan bela diri sesuai spesialisasi masing-masing. Kemudian mereka mengatur barisan, lalu menunggu yang lainnya muncul dari belakang dinding
74Seusai bersantap pagi itu, Chyou izin keluar dari kamar untuk menemui Alvaro dan tim PBK. Earlene yang masih kelelahan, memlih untuk kembali melanjutkan tidurnya. Chyou mendatangi Alvaro yang telah menunggu di restoran hotel. Mereka berbincang sesaat, kemudian berdiri dan jalan menuju pantai dengan diikuti keempat Power Rangers, alias orang-orang andalan komisaris PBK. Keenam pria berbeda tampilan menyusuri bibir pantai sambil berbincang mengenai telepon dari Grandel tempo hari. Chyou meminta pendapat rekan-rekannya tentang hal itu, karena dia yakin dengan solusi yang mereka berikan. "Apa dia menyebutkan, kapan akan menemui Koko?" tanya Alvaro. "Belum. Dia masih menunggu jawabanku," terang Chyou. "Menurutku, diterima saja tawarannya. Tapi, Koko juga harus melibatkan Paman Graham dan Paman Seth. Agar mereka tidak salah duga." "Ehm, kata Tuan Graham, Grandel juga menghubunginya, beberapa hari sebelum berangkat ke sini." "Grandel juga mengajukan hal yang sama?" "Ya. Dia juga me
75"Jangan takut, Earlene. Ini biasanya terjadi karena dinding rahim tengah membesar," jelas Xia He sambil mengusap lengan sang menantu yang masih terisak-isak. "Untuk beberapa hari ke depan, kamu istirahat dulu. Bed rest lebih baik," sambungnya. "Ehm, Bi, berapa lama akan keluar darahnya?" tanya Chyou yang duduk di sebelah kiri istrinya. "Biasanya maksimal tiga hari. Kalau masih keluar juga, harus rawat inap di rumah sakit," terang Xia He. "Aku tidak mau dirawat," rengek Earlene. "Kalau begitu, kamu harus menuruti permintaan Bibi. Istirahat," sahut Xia He. "Ya, Bi," balas Earlene. "Obat dan vitamin harus tetap dikonsumsi." "Hu um." "Kalau besok keluar lagi, kita langsung ke dokter spesialis kandungan di sini. Xander sedang mencari informasi dari teman-temannya." Earlene mengangguk paham. Dia menyandarkan kepala ke bahu Chyou yang spontan memeluknya dari samping. Earlene memejamkan mata sambil menenangkan diri. Xia He menyelesaikan penjelasan dan meminta Chyou menemani Earl
76Setelah merengek berkepanjangan, akhirnya Earlene diizinkan Xia He untuk menonton pertandingan voli di pantai. Namun, dia tidak boleh banyak bergerak ataupun berteriak, dan Earlene terpaksa menyanggupinya. Kedua pengawal keluarga Cheung tiba di depan bungalo sambil membawa kursi roda milik Edward Zheung yang dipinjamkan buat Earlene. Perempuan berkaus kuning lengan panjang duduk di kursi yang segera didorong hingga tiba di tepi pantai. Chyou segera mendatangi istrinya dan menggendong Earlene untuk dipindahkan ke kursi yang lebih dekat dengan lapangan. Xia He, Diana dan Gretta turut duduk di kursi lainnya yang telah disusun para pengawal muda. Fadhil, Daluh dan Yarif berjaga di belakang kursi sang nona yang terlihat antusias menyaksikan perlombaan antara regu Adhitama melawan tim Rebecca. Chyou memegangi tangan kanan istrinya agar Earlene tidak melompat dan berteriak heboh menyaksikan pertandingan yang makin seru. Chyou bahkan menekan paha Earlene yang tanpa sadar hendak bangkit
77Earlene memegangi tangan Chyou sambil mendengarkan penjelasan dokter spesialis kandungan yang mereka datangi, di rumah sakit terdekat dengan hotel. Meskipun flek yang muncul pagi tadi hanya sedikit, Earlene benar-benar khawatir akan terjadi sesuatu dengan janinnya. Akan tetapi, hasil pemeriksaan menunjukkan hal yang bagus. Sesuai penuturan Xia He, hal itu sudah lumrah terjadi pada rentang usia kehamilan tersebut. Puluhan menit terlewati, keduanya telah jalan menyusuri lorong rumah sakit sambil bergandengan tangan. Tim Anjani mengawal mereka sampai ke ruang tunggu dokter tadi. Sementara Miguel dan Steve menunggu di tempat parkir. Kelompok pimpinan Fadhil memasuki mobil MPV putih yang disewa selama beberapa hari ke depan. Sebab kondisi Earlene yang masih harus istirahat, Chyou menunda kepergiannya ke Indonesia dan akan tinggal hingga minggu depan. "Sudah tenang?" tanya Chyou sambil memandangi istrinya yang berada di tengah-tengah antara dirinya dan Anjani. "Ya," sahut Earlene.
78Keempat pria yang mengenakan kaus beragam warna, keluar dari lift dan jalan menuju meja resepsionis. Mereka mengambil banyak tas belanja dari beberapa kurir, kemudian mereka bergegas kembali ke elevator. Petugas lobi mengawasi orang-orang yang baru tiba kemarin sore. Sesuai pesan dari Carver, semua penjaga keamanan harus mewaspadai sekelompok orang yang tengah menumpang di unit apartemen milik Graham.Para lelaki tiba di unit luas tiga kamar. Mereka meletakkan tas belanja ke meja, lalu mengeluarkan beraneka makanan yang telah dipesan, dan membagikannya pada semua anggota kelompok tersebut. Grandel menerima bagiannya dan langsung menyantap makanan itu tanpa bersuara sedikit pun. Sementara Maggie terlihat melamun dan hanya mengaduk-aduk nasi tanpa mengonsumsinya. Simon dan yang lainnya duduk bersila di karpet. Mereka menikmati hidangan sambil berbincang santai. Dering ponselnya menyebabkan Simon berhenti mengunyah. Dia mengambil ponsel dari lantai, kemudian segera mengangkat panggi
79Kinsey mengulum senyuman seusai membaca pesan dari petugas lobi gedung mansionnya, jika kelompok Grandel telah pergi belasan menit silam. Pria berkulit putih mematikan ponselnya, kemudian memberikan benda itu pada Brandon yang berada di sebelah kanannya. Kinsey mengalihkan pandangan ke luar kaca pesawat. Dia mengamati perairan luas di bawah sana, pertanda bila sebentar lagi pesawat akan mendarat. Putra bungsu Dixon menuruti saran Graham untuk ikut ke Indonesia. Kinsey memang membutuhkan liburan untuk menenangkan hati dan otaknya, yang belakangan kian menegang akibat kekisruhan dalam keluarga Zhang. Selain berlibur, Kinsey juga tertarik untuk berkunjung ke perusahaan Pramudya, Baltissen dan lain-lain. Dia tengah meninjau proyek kerjasama yang digagas Chyou, Dante dan Alvaro serta Marley, Adik Mayuree. Kinsey sudah memutuskan untuk melepaskan diri dari perusahaan keluarga Zhang, dan membuat perusahaan pribadi. Dia sudah mendiskusikan hal itu pada Graham dan Seth serta Robert. Ket
124Jalinan waktu terus bergulir. Hari berganti menjadi minggu, hingga bulan terlewati dengan kecepatan maksimal. Situasi di Hong Kong, Shanghai, Guangzhou dan beberapa kota lainnya telah kembali kondusif. Tidak ada lagi perkelahian antara kelompok mafia yang tergabung dalam koalisi. Di Kota Taipei, kondisinya telah jauh lebih aman dan nyaman. Hingga warganya bisa beraktivitas dengan tenang dan santai. Tanpa perlu khawatir akan adanya perkelahian kelompok mafia lokal. Kehidupan rumah tangga Chyou dan Earlene pun kian harmonis. Mereka benar-benar menikmati kebersamaan dan nyaris tidak terpisahkan. Meskipun Chyou beberapa kali harus berangkat ke luar kota ataupun luar negeri, Earlene tetap merasa diperhatikan sekaligus dicintai. Walaupun terpisah jarak.Bila tengah berada di Kota Taipei, setiap pagi Chyou akan menemani istrinya jalan kaki mengelilingi kompleks. Pria bermata sipit kian takjub dengan kepopuleran Earlene yang selalu disapa para tetangga. Baik yang muda maupun tua, akan m
123Hari berganti hari. Waktu yang diberikan pada kelompok Mùyáng Fheng pun usai. Chyou meminta Flint untuk menghubungi Tengfei, karena hanya dia yang bisa diajak bicara dengan tenang. Tengfei mengajak bertemu nanti malam di tempat yang telah ditentukan. Namun, Flint mengubah lokasinya, karena khawatir ada jebakan menanti di tempat yang diketahuinya sebagai restoran milik kerabat Mùyáng Fheng. Tengfei menyanggupi dan berjanji untuk datang tepat waktu. Setelah menutup sambungan telepon, pria berpipi tirus memandangi kakaknya yang sedang berbincang dengan sang bos. Mùyáng Fheng telah menyetujui ketiga syarat yang diajukan pihak Aiguo. Namun, Zimo masih bersikeras untuk tidak melakukan syarat pertama. Tengfei berdebat dalam hati. Dia bimbang, antara mendukung Zimo, atau memaksa pria tersebut menyerahkan diri. Tengfei berpindah ke dekat jendela. Dia mengetikkan pesan dan mengirimkannya pada Flint. Tidak berselang lama anak tertua Fang Xie membalas pesan dengan mengirimkan nomor tele
122Dante, Jianzhen, To Mu dan Yuze memasuki ruangan besar di lantai tiga sambil merunduk untuk menghindari peluru yang ditembakkan beberapa orang lainnya. Zulfi, Yanuar dan Yoga menyusul. Bila kedua rekannya balas menembaki pihak lawan dengan pistol masing-masing, Yanuar melepaskan banyak anak panah yang berhasil melumpuhkan para penjaga. Wirya masih baku hantam dengan Jingguo. Sementara Chyou bertarung melawan Quan. Sedangkan Alvaro berhadapan dengan Kang. Dante dan yang lainnya memilih lawan masing-masing, kemudian berkelahi dengan mengeluarkan tenaga penuh. Seunit mobil MPV hitam berhenti di dekat belasan motor di halaman depan. Salman turun sambil membawa kamera beresolusi tinggi miliknya. Yanzou dan Rangga mendampingi Salman yang hendak memanjati dinding, menggunakan tali yang diulurkan Gwenyth dan Dionna dari balkon lantai dua. Rangga memanah siapa pun yang hendak mendekat. Benton yang menjadi sopir mobil tadi, bergegas turun sembari menembakkan pistolnya ke pihak lawan. C
121Sekelompok orang memasuki pekarangan sebuah vihara. Mereka bergegas menghampiri kelima anggota keluarga Bao yang sedang duduk di kursi-kursi, di tengah-tengah halaman depan. Zimo Kuang berhenti 10 meter dari para kerabatnya, tepat di garis pembatas yang telah dibuat tim PBK muda. Asisten kepercayaan Mùyáng Fheng memperhatikan sekeliling sambil menghitung jumlah orang yang menjaga tawanan. "Kupikir Chyou yang akan datang langsung. Tahunya dia hanya mengirim ajudan," ledek Zimo Kuang sambil memandangi Alvaro dan rekan-rekannya yang berada di belakang para tawanan. "Menghadapi babi sepertimu, cukup hanya kami," balas Yusuf yang berdiri di sebelah kanan Alvaro."Bahasamu kasar, Anak muda!" desis Zimo Kuang. "Tidak perlu berlaku sopan santun pada kalian. Karena bagi kami, kalian cuma sekumpulan babi bau dan jorok." "Jaga bicaramu!" Yusuf mengacungkan jari tengah kanan tangannya. "Aku tidak takut padamu." Zimo Kuang hendak maju, tetapi tangannya ditarik sang adik. Tengfei mengge
120Malam harinya, tiga unit mobil MPV hitam berhenti di depan rumah milik Paman Rebecca. Beberapa penjaga segera mendatangi mobil untuk membantu menurunkan barang-barang yang dibawa kelompok terakhir, yang akan bergabung dengan pasukan besar. Boris Dǒng keluar dari mobil pertama bersama Fernando. Keenam ajudan sang mantan mafia bergegas keluar sambil membawa beberapa koper berukuran sedang. Simon, Albern dan Noel turun dari mobil kedua bersama Haryono, Rangga dan kedua pengawal muda. Para penumpang mobil ketiga keluar dengan santai. Mereka melenggang memasuki ruang tamu dengan diikuti kedua kelompok lainnya. Dante menggertakkan gigi saat melihat kelima adiknya tiba di ruangan tersebut. Dia mengumpat pelan, sebelum memelototi pria tertinggi di keluarga Adhitama, yang telah tiba di hadapannya. "Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Dante sambil menatap sepupunya dengan tajam."Koko beraksi sendirian, aku kesal!" geram Samudra. "Betul, harusnya kita juga ikut kemarin dulu," timpal Har
119Matahari sudah menyorot ketika Chyou terbangun. Dia seketika mengaduh karena seluruh badannya sakit. Selama beberapa menit Chyou menggerak-gerakkan jemarinya sambil mengatur napas. Setelah rasa sakitnya mereda, pria berhidung mancung mengerjap-ngerjapkan mata, lalu memindai sekitar. Terlihat seorang lelaki yang tengah berbaring di sofa bed. Chyou hendak memanggil, tetapi suaranya tidak keluar. Pria berkaus putih berusaha menggerakkan bibirnya hingga berhasil berdeham. Shen spontan membuka mata, kemudian dia bangkit. Putra kedua Richard Cheung berdiri dan jalan menyambangi Kakak sepupunya yang berada di kasur besar. "Koko, mau minum?" tanya Shen yang dibalas Chyou dengan kedipan mata. Pria yang lebih muda mengambil botol minuman dari lantai..Dia membuka tutupnya, lalu mendekatkan botol agar Chyou bisa meminumnya. Sekian menit terlewati, suara Chyou telah berhasil dikeluarkan. Dia memegangi tangan Shen yang spontan memandanginya saksama. "Kita ada di mana?" tanya Chyou. "Ruma
118Loko yang masih berada di balkon, meminta Andri untuk merusak kunci pintu. Namun, usaha Andri gagal karena ada seseorang yang menembaki mereka dari jendela sisi kanan. Fajar balas menembaki orang yang tidak terlihat, sedangkan Loko dan Andri bekerjasama mendobrak pintu. Fabian mengangkat pot bunga di sudut kanan balkon, kemudian dia melemparkan benda itu sekuat tenaga hingga kaca pintu pecah. Loko melompat masuk tanpa memedulikan lengan dan kakinya tergores sisa kaca. Andri mundur sedikit, kemudian dia melompat dengan posisi tubuh miring agar tidak terkena pinggir kaca. Fabian dan ketujuh rekannya turut memasuki ruangan. Dia menerobos orang-orang di sekitar ruang tengah untuk mendatangi kamar ujung. Ketua regu pengawal Dante tersebut membuka pintu kamar sambil menunduk. Kemudian Fabian lari untuk menerjang sang penembak yang seketika gelagapan. Fabian menghentikan serangan kala menyadari bila lawannya adalah perempuan. Pria berambut cepak mundur dan hanya menangkis, saat perem
117Pesawat dari Hong Kong mendarat dengan mulus di bandara Taiwan awal malam itu. Lucas yang memimpin kelompok kecil, meminta anggotanya untuk menunggu hingga semua penumpang lainnya turun. Setelah orang terakhir keluar dari pesawat, Lucas mengajak kelompoknya jalan ke pintu. Pria bermata sipit memegangi lengan kanan Ying dan menuntun bibinya dengan hati-hati.Sekian menit terlewati, kelompok tersebut telah berada di tempat pengambilan bagasi. Lucas meminta kedua ajudannya untuk memindahkan semua barang ke troli. Sementara dia dan kedua pengawal lainnya menjaga ketiga perempuan dan dua bocah laki-laki. Putra tertua Gui Xie ikut membantu Lucas memindai sekitar. Dia menyipitkan mata saat melihat sekelompok laki-laki yang sejak tadi mengamati mereka dari dekat pintu menuju toilet. "Paman, coba perhatikan sekelompok orang di sana," tutur Honghui sembari mengarahkan dagunya ke kanan. Lucas tidak langsung menoleh, melainkan berpura-pura merapikan kancing kemeja sang keponakan yang bada
116Benton terkejut ketika sekelompok orang memasuki ruang perawatannya malam itu. Pria berkumis tipis hendak turun dari ranjang, tetapi dicegah Jacob yang langsung menyambangi dan memeluknya erat. Benton mengurai pelukan seraya tersenyum. Dia senang bisa bertemu kembali dengan tangan kanan Flint Xie, yang memang cukup dekat dengannya selama beberapa tahun terakhir. Anak ketiga Fang Xie menyalami Chyou yang datang bersama ketiga adiknya, dan beberapa orang yang dikenali Benton sebagai kerabat keluarga Cheung dan Zheung. Donnel dan Scott bergegas menyiapkan kursi-kursi agar semua tamu bisa duduk. Kemudian mereka keluar untuk bergabung dengan ketiga rekannya, dan tim Loko. Benton dan Jacob berbincang mengenai keadaan masing-masing. Jason turut menimpali dengan beberapa informasi yang tidak diketahui keduanya. "Aku tidak menduga, jika kedua asisten Mùyáng Fheng yang menjadi otak pelaku kericuhan di banyak tempat," tutur Benton. "Saya pikir, mereka memanfaatkan celah runtuhnya kekua