Mereka sekarang berada di Singapore untuk menemani Via yang akan melahirkan, kelahiran kembar memang dinantikan oleh mereka berdua. Wijaya lebih cemas dibandingkan Bima, berjalan mondar-mandir dihadapan Tania dan membuatnya harus menatap kesal.
“Bisa duduk tenang, nggak?” Tania memegang tangan Wijaya dan memberikan tatapan tajam.“Aku hanya takut.” Wijaya menggenggam tangan Tania untuk menguatkan diri.“Via akan baik-baik saja, kamu kaya nggak pernah lihat wanita melahirkan saja.” Tania menatap kesal pada Wijaya.Wijaya duduk tenang disamping Tania, menggenggam tangannya erat membuat Tania harus menahan dirinya karena genggaman tangan Wijaya sangat erat. Beberapa kali dirinya berdoa agar Via baik-baik saja didalam sana, beberapa kursi ada Tari dengan Tian yang saling menggenggam tangan tidak berbeda jauh dengan Tania.“Kamu akan menjadi nenek setelah ini.” Wijaya membuka suaranya.“Aku sudah punya cucu kalau kamu lupaSuasana didalam kamar hotel sangat panas, Tania dan Wijaya bergerak untuk mendapatkan kenikmatan mereka masing-masing, bergerak tidak menentu dengan berbagai macam gaya mereka berdua lakukan dan tidak tahu berapa banyak Tania mengeluarkan cairannya.“Ahhh...aku lelah.” Tania jatuh diatas tubuh Wijaya.Mereka sudah melakukannya hampir lima jam, tubuh Tania benar-benar sudah lelah dan seakan lepas, menyandarkan tubuhnya pada dada bidang Wijaya dengan memejamkan matanya, menetralkan nafasnya yang mungkin telah habis.“Lihat kembar jadi pengen punya anak lagi.” Tania menatap tidak percaya dan memukul lengan Wijaya pelan sambil melepaskan penyatuan mereka.“Nggak usah lihat mereka kamu memang pengen punya anak lagi.”Wijaya tertawa mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Tania, menariknya kedalam pelukan membuat tubuh mereka merapat satu sama lain, membelai wajah Tania dengan tangannya yang bebas membuat Tania memeluknya erat.
Ciuman mereka semakin dalam, tangan Galih mulai bergerak membuka kemeja Tania dan saat sudah terbuka memasukkannya kedalam. Ciuman mereka terlepas dan beralih pada leher Tania, menghisap pelan membuat Tania mengadahkan kepalanya yang semakin membuat Galih bebas melakukannya. Erangan keluar dari bibir Tania saat Galih menjilati lehernya, kemeja Tania dilepasnya perlahan menyisakan bra berwarna hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya. Galih mengerang tertahan saat merasakan kulit Tania, mengangkat tubuh Tania dan memindahkannya ke sofa.Menatap tubuh Tania yang masih menggunakan bra dan pakaian bawahnya, wajah Tania memerah melihat apa yang telah dilakukannya. Tania tahu jika dirinya tidak bisa menghindar lagi dari apa yang akan terjadi nanti, Galih menundukkan wajahnya menurunkan bra milik Tania memperlihatkan payudara dan putingnya yang berwarna pink kecoklatan, pemandangan ini membuat Galih menelan saliva kasar. Menundukkan kepalanya dengan langsung melahap putin
Mengikuti apa yang Galih inginkan, saat tangan Galih menarik Tania menghadapnya, membuka pakaian yang Tania gunakan. Tania baru menyadari saat ini Galih hanya menggunakan handuk untuk menutupi bagian bawahnya, menarik dagu Tania dengan melumat bibirnya lembut, terkejut dengan apa yang Galih lakukan membuat Tania hanya bisa diam dan tidak membalasnya. Gerakan bibir Galih membuat Tania melakukan hal yang sama, membalas ciuman dan lumatan yang Galih lakukan, saat ini mereka memainkan lidahnya dalam mulut masing-masing.Tangan Tania melingkar di leher Galih membuat ciuman mereka semakin dalam, melepaskan ciuman membuat mereka saling menatap satu sama lain. Galih mengangkat tubuh Tania agar berdiri, membuka pakaiannya pelan sampai akhirnya hanya menggunakan pakaian dalam. Galih mengajak Tania ke ranjang, membaringkannya di ranjang dengan pelan dan kembali melumat bibirnya dengan kasar.Tangan Galih tidak tinggal diam memberikan gerakan lembut pada payudara Tania, me
Pernyataan atau pengakuan Wijaya membuat Tania diam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Selama ini dirinya menganggap Wijaya adalah pria tanpa cela, tidak mungkin mengkhianati istrinya meskipun tanpa cinta, hubungan harmonis yang terlihat tidak selamanya tampak baik-baik saja. Dalam benak Tania para pria semua saja, tidak jauh berbeda dengan pria pada umumnya.Lama mereka terdiam, Wijaya menanti reaksi Tania yang hanya diam dan tidak tahu apa didalam isi kepalanya saat ini. Tangan Wijaya saling bertautan satu sama lain, takut dengan reaksi Tania padahal selama ini dirinya menyembunyikan ini semua dengan sangat rapi dan tidak peduli jika nantinya Vita tahu, tapi Tania benar-benar berbeda dimana rasa takut kehilangan benar-benar besar.“Lalu kenapa kamu nggak pernah cerita sama almarhumah? Apa kamu menyembunyikan ini dihadapan almarhumah? Wanita yang merawat Via dengan baik, lalu kenapa sekarang terbuka sama aku? Aku bukan orang penting di masa lalumu, sehar
Mempunyai satu rahasia yang lain, rahasia yang tidak diketahui banyak orang terutama Tania. Dahulu, Bobby tahu tentang apa yang terjadi pada dirinya dengan Helen. Saat ini tidak ada satupun yang tahu tentang ini, hubungan gilanya dengan mahasiswi yang menggunakan pakaian tertutup. Sebelum dengan mahasiswi yang bernama Aisah, Wijaya berkenalan dengan sahabatnya Anisa. Mereka berdua jelas berbeda, Anisa lebih agresif dibandingkan Aisah, tapi ternyata salah Wijaya mendapatkan kepuasan dari Aisah.Wijaya bukan tidak puas dengan Tania, sangat puas karena Tania bisa mengimbanginya dalam hubungan intim, tapi godaan yang Aisah lakukan tidak bisa dirinya hindari sama sekali. Wanita muda ini lebih berani dibandingkan kedua putrinya, Aisah benar-benar bisa mengimbangi dirinya yang tua ini. Hubungan mereka terjalin sebelum Wijaya bertemu dengan Tania, wanita yang sudah benar-benar mengubah hidupnya menjadi lebih hidup dengan anak-anak yang lucu.Kejadian itu benar-benar ti
“Sayang, mau sampai kapan marahnya?” Tania mendekati Wijaya yang duduk disalah satu kursi menghadap pemandangan kota.Mereka berdua memutuskan ke apartement tempat mereka berdua melakukan hal gila, Lucas dititipkan pada Via yang ingin belajar merawat anak kecil. Kandungan Tania sendiri sudah berjalan mendekati lima bulan, mereka memutuskan bulan madu kecil-kecilan di apartement ini.“Kamu nggak lihat aku lagi apa?” Tania berdiri dihadapan Wijaya dengan tubuh telanjangnya.“Shit! Kamu selalu membuatku tidak pernah bisa marah.” Wijaya menarik Tania duduk di pangkuannya dan langsung menarik payudaranya untuk dihisap dan dijilat, jemari Wijaya berada di belahan vagina Tania dengan bergerak didalamnya. Tangan Tania meremas rambut Wijaya atas apa yang dilakukannya, mendorong kepala Wijaya membuat hisapan pada payudaranya terlepas. Memilih berdiri dan membuka pintu balkon membuat udara luar langsung masuk kedalam, berjalan sambil menggoyangkan b
“Kenapa di dorong?” Wijaya menatap bingung kearah Tania.“Kamu nggak ingat Lucas bilang apa tadi?” Wijaya terdiam dan menggelengkan kepalanya “Jangan disini kalau mau begituan.”“Terus dimana? Kita melarikan diri lagi ke apartemen?” pukulan ringan Tania berikan pada Wijaya di lengannya dan hampir saja teriak jika Tania tidak memberikan tatapan tajam. “Pertanyaanku benar, memang mau dimana?”“Jangan disini, kamu juga harus jaga tu burung biar bisa tahan diri.” Tania menatap tajam pada penis Wijaya yang langsung di tutupi dengan tangan.Menggelengkan kepalanya, reaksi Wijaya memang sangat drama. Langkah Tania membuat Wijaya langsung beranjak dari ranjang, mengikuti dalam diam dan tidak lupa menutup pintu kamar mereka. Wijaya hanya diam mengikuti kemana langkah Tania, hampir saja teriak saat Tania membuka pintu kamar tamu, dalam bayangannya adalah mereka akan memasuki ruang kerja dan ternyata salah dimana pilihannya adalah kamar tamu.
Wijaya menatap Tania berkedip beberapa kali, tatapan yang membuat Tania semakin bingung dibuatnya. Dirinya tersadar jika tadi membayangkan Aisah, wanita muda yang sekarang sudah bahagia dengan cintanya atau mantan kakak iparnya. “Kita pulang?” tanya Wijaya mengalihkan perhatian Tania.“Maunya, tapi Via kasihan belum bisa apa-apa.” Tania menggelengkan kepalanya lemah.“Anak-anak pasti paham.” Wijaya menenangkan Tania.“Kamu pasti sudah bilang aneh-aneh? Abang tu terutama yang sering kamu racuni.” Tania menatap malas pada Wijaya, pria ini selalu suka berbicara hal aneh dengan anak-anak.“Kok racuni? Salah aku bicara sama anak-anak?”Tania memutar bola matanya melihat drama yang akan Wijaya lakukan, menggelengkan kepala meninggalkan Wijaya seorang diri. Langkahnya menuju ke kamar kembar, kata-katanya memang benar dimana kembar dan Via belum bisa dilepas. Pekerjaan Wijaya bisa melakukannya disini, bersama dengan Bima dan