Tiga hari yang lalu.
Shanghai 2050
Suasana kota Shanghai tampak ramai seperti biasanya, kendaraan berlalu-lalang menandakan tingginya aktivitas di kota itu. Selain kendaraan bermotor, sepeda listrik dan mobil listrik memadati lalu lintas kota.
Wu Mei Xiang berjalan dengan cepat membawa koper kecil berwarna silver. Dia mengenakan kemeja putih dan jas putih bersih---kebanggaannya sebagai seorang ilmuwan, dan celana hitam. Kacamatanya menempel di kedua tulang hidungnya yang mancung.
Sekilas, dia akan terlihat bagai seorang nona muda yang akan melakukan bisnis. Namun, jika dilihat lebih jelas lagi, dari penampilannya dia lebih mirip dosen atau peneliti.
"Selamat siang, Profesor Wu," sapa beberapa orang yang sudah menunggunya di ruangan serba putih itu. Ruangan rapat yang megah, penuh dengan furnitur mahal dan berkelas.
Itu adalah laboratorium termahal dan terbesar di dunia tahun 2050. Siapa saja ak
Halo, terima kasih sudah membaca dan support buku ini, jaga kesehatan semua!
Wu Mei Xiang dan Qin Ming masih sibuk dengan cerita mereka. Tanpa awas pada dua orang lainnya di sana.Yu Chen sendiri sedang ke kamar mandi. Karena Wu Mei Xiang sedang tidak awas, maka dua orang yang sudah merencanakan kejahatan melanjutkan rencana mereka.Awalnya hanya ada Pei Rong, tak disangka Shen Jia juga sudah merencanakan hal yang sama. Memang orang jahat akan saling mendekat---seperti air bersatu dengan air dan minyak dengan minyak."Hati-hati," bisik Shen Jia pelan. Mereka berdua memang sangat cocok menjadi teman melakukan kejahatan."Kau setuju?" tanya Pei Rong senang. Dia mendekati kakak tirinya dan mencium pipinya karena sangat senang. Selama ini mereka berdua bersaing ketat, tetapi ada kalanya juga harus bekerja sama dan menumpas semua siapa saja yang menghalangi jalan mulus keduanya menjadi penguasa.Salah satu isi kontrak percintaan mereka adalah tidak saling membunuh. Segala hal bisa dilakukan, tetapi tidak dengan membunuh. Mereka
Wu Mei Xiang merasa bosan menunggu Wen Liwei kembali dengan segala makanan pedas pesanannya. Dia berharap lelaki itu bisa memuaskan keinginannya. Entah makanan apa yang akan ditawarkan, selama itu pedas maka akan bisa diterima. Kalau tidak pedas, maka akan menjadi masalah baru bagi sang jenderal yang kini merangkap sebagai pelayan pribadi dan babu sang ratu yang aneh. Dia baru saja menjadi ratu dan sudah memiliki permintaan yang aneh. Sejak kapan ada iblis meminta makanan yang pedas? Tentu saja wajar jika dia belum bisa melupakan kehidupan manusianya. Bosan menunggu Jenderal Wen, Wu Mei Xiang berjalan-jalan di istana bagian dalam. Dia memeriksa dan memperhatikan setiap sudut bangunan, taman dan juga dekorasi yang indah. Sejujurnya, Wu Mei Xiang mengakui bahwa tempat ini terlalu indah untuk menjadi alam iblis. “Ternyata iblis juga memiliki nilai estetika,” gumam Wu Mei Xiang pelan sambil berjalan-jalan di taman. Dia sengaja mengitari tama
Masih sibuk memikirkan harus diberi makanan apa tuannya, Wen Liweimondar-mandir di depan kolam teratai yang sengaja dibangun menjelang kedatangan Wu Mei Xiangke sana."Mengapa aku tidak menanyakan apa makanan kesukaan Tuan, aku sangat bodoh," ujar Wen Liweipelan.Kalau ada yang melihat Jenderal Hantu seperti itu pasti akan tertawa atau terkejut tidak percaya.Dia adalah jenderal yang terkenal dengan kemampuannya berperang dan sekarang, semenjak dinobatkan sebagai pelindung ratu, harga diri Wen Liwei berubah.Yah, walaupun tidak ada yang akan berani menghinanya karena tidak tahu apa yang terjadi. Namun, andaikan saat ini seseorang melihatnya pasti tidak akan sungkan menertawakan jenderal hantu itu."Apa yang kau lakukan di sini? Di mana Wu Mei Xiang?" tanya Cheng Litiba-tiba membuat Wen Liweiterkejut sampai tubuhnya hampir terpisah-pisah sangking kagetnya.Cheng Limenyadari kegugupan Wen Liwei, tetapi dia jug
Setelah berbicara beberapa saat, Cheng Li memutuskan untuk membawa istrinya ke kota manusia. Dunia dari mana istrinya berasal sebelum mati dan menjadi iblis.Awalnya, Wu Mei Xiang ingin menolaknya karena malas berurusan dengan manusia. Namun, ketika membayangkan makanan enak dan juga balas dendam mungkin bisa dilakukan saat ini, Wu Mei Xiang bersemangat.Dia sudah menjadi iblis, lalu apa lagi yang bisa ditakuti?“Baiklah, aku akan menanyakan dia, apakah dia memang berniat membunuh aku atau tidak sengaja,” pikir Wu Mei Xiang.Menjadi iblis tidak serta merta membuat dia kehilangan akalnya dan menjadi brutal. Wu Mei Xiang bukanlah iblis tanpa perasaan. Bisa dikatakan manusia bisa menjadi lebih iblis dibandingkan iblis itu sendiri. Anda pasti tahu dan sering melihat manusia jenis ini, yang lebih kejam dan mengerikan dibandingkan iblis sungguhan.“Kau yakin? Maksudku, kau sudah siap?” tanya Cheng Li.Seharusnya dia tidak m
Ucapan Cheng Liitu membuat Wu Mei Xiang terbahak-bahak sampai perutnya sakit dan rasanya laparnya melayang begitu saja digantikan dengan humor yang serendah itu.Dia tidak menyangka kalau suaminya yang kejam dan seram itu bisa menjadi sangat lucu dan bahkan membuat Wu Mei Xiang sulit berhenti tertawa.Melihat Wu Mei Xiang senang, Cheng Li hanya bisa pasrah walau dirinya dihina, dia akan menganggap itu bagaikan pujian. Anggap pria ini bodoh, tetapi dia memang bodoh karena cinta."Apa kau bodoh? Ini makanan cepat saji, tentu saja semuanya sudah matang dan tinggal makan," kata Wu Mei Xiang masih belum bisa menahan dirinya untuk tidak mencerca raja iblis itu.Cheng Limelepaskan tangannya perlahan dan dia memegangi dagunya dengan canggung.Dia pura-pura batuk beberapa kali, menatap ke kiri dan ke kanan dan memastikan tidak ada yang melihatnya. Dia akan menjadi sangat malu kalau ada yang menontonnya."Setidaknya aku perhatian terhadap kese
Wu Mei Xiangmembuka matanya perlahan dan dia terkejut mereka sudah tiba di kantornya, lebih tepatnya di ruangan kerjanya.Wu Mei Xiang masih terkejut karena dia belum terbiasa menggunakan kekuatan yang besar sebagai iblis baru. Yang lebih mengejutkan lagi, dia melihat Shen Jia, Shen Yandan Pei Rong berdiri di hadapannya. Tunggu! Ini miring dan dia tidak berdiri. Maksudnya, dia menatap orang-orang dengan posisi yang agak miring. "Kau sudah bangun," ucap Cheng Lidengan nada lembut.Dia bahkan terlihat bagaikana malaikat saat ini, bukan iblis. Wajahnya yang tampan, tatapan lembut dan suara merdu bagaikan nyanyian malaikat membuat orang akan salah paham. Bagi beberapa orang Cheng Li adalah raja iblis yang kejam, tetapi bagi Wu Mei Xiang, dia tidak kejam sama sekali. Bahkan, sangat jauh dari kata kejam. Terlepas dari makhluk apa pun, memang semua memiliki pengecualian pada seseorang yang dia sayangi. Tak terkeculi Cheng Li p
"Bagaimana bisa dia hidup kembali? Apakah dia manusia atau hantu. Mengapa dia malah terlihat baik-baik saja. Bukankah dia sudah mati?" kata Wu Mei Xiangsejenak. Dia berjalan ke depan Shen Jia dan hanya menyisakan beberapa sentimeter saja. Tepat di hadapannya dia berbicara lagi, "Kau pasti memikirkan itu, kan?" Wu Mei Xiangmaju lagi dan mendekati mereka satu per satu. "Nona Wu, Anda pasti salah paham. Kami sangat kehilangan," ujar Shen Yandengan polos. Pria ini mengatakan hal yang sebenarnya. Dia juga senang ketika melihat Wu Mei Xiang bisa kembali, walau dia juga merasa heran dengan semua itu. Dia belum tahu apa-apa soal Shen Jiadan Pei Rong yang membuat Wu Mei Xiangmati.Ada banyak pertanyaan di kepala pria tua itu. Pertama dia memikirkan apakah anaknya sudah melakukan kejahatan dan selama ini dia hanya memalsukan kematian Wu Mei Xiang. Atau, Wu Mei Xiang ini bukan wanita yang sama dengan yang dulu? Semua pertanyaan
Cairan itu semestinya berhasil untuk membunuhnya, tetapi lihatlah apa yang terjadi, Wu Mei Xiangsama sekali tidak terluka, sementara Shen Jiayang terkena sedikit percikannya merasakan sakit yang teramat.Dia meraung dan menangis.“Ba-bagaimana bisa?” Pei Rong hanya bisa mengucapkan dua kalimat itu. Dia sungguh ketakutan saat ini.“Kau! Kau membunuh aku!” teriak Shen Jia pada Pei Rong yang baru saja mencoba menyelamatkan diri mereka berdua. Perempuan itu terlalu bodoh untuk melakukannya.Perlahan-lahan tubuhShen Jia berasap danhancur dan itu sangat menyakitkan.Shen Jiaberteriak-teriak minta dibunuh saja sedangkan Pei Rong sudah ketakutan seperti orang gila.Wu Mei Xiang menatap Cheng Li karena dia merasa ada yang tidak beres dengan kejadian barusan. Seharusnya Pei Rong tidak mungkin salah atau meleset. Dia melemparkan benda itu pada Wu Mei Xiang dan kenapa malah Shen Jia yang terkena?
Tahun berganti, musim bergulir dan segalanya berubah. Cheng Li dan Wu Mei Xiang sudah hidup bahagia bersama keluarga dan anak-anaknya. Dua mahkluk kesepian, antara mortal dan immortal, kini menjadi satu---bersama selamanya. Cheng Li tidak pernah meragukan keputusannya. Tidak merasa sia-sia menjaga dan melindungi Wu Mei Xiang sejak masa kecilnya. Wu Mei Xiang juga sama, dia tidak pernah menyesal mati dan menjadi iblis. Dia malah berpikir bahwa menjadi iblis yang bermoral lebih baik dibandingkan manusia dengan segala akal bulus dan kelicikannya. Iblis dan manusia bisa dikatakan sama-sama memiliki nafsu, perbedaan yang utamanya, iblis mengakui bahwa dia benar-benar iblis dan hanya melakukan pekerjaan iblis. Sedangkan manusia, bisa menjadi iblis, bahkan lebih iblis dibandingkan iblis itu sendiri. Tindakannya tidak bisa ditebak karena isi hati lebih dalam dibandingkan lautan. Meski begitu, bukan berarti Anda disarankan menjadi iblis. Jadi apa pun, jadilah yang terbaik, setidaknya tidak
Cheng Li berserta ketiga anaknya berjalan menuju ruangan terlarang. Anak-anak disuruh menunggu di depan pintu masuk ruangan serba merah itu. Dari kejauhan sudah tercium aroma tidak menyenangkan dalam artian aura tuan iblis yang sedang marah atau sedih.Wu Mei Xiang tahu bahwa Cheng Li pasti akan datang merayunya. Itu sudah pasti, raja iblis itu akan sangat mudah mengiyakan perkataan anaknya, apalagi jika yang memintanya adalah Hua Ying, putrinya tersayang."Sayang," sapa Cheng Li dengan suara lembut.Dia berjalan mendekati lelaki tampan yang duduk membelakangi dirinya."Sayang," panggil Cheng Li lagi ketika dia sudah mendekat.Tak ada jawaban dari Wu Mei Xiang, bahkan dia tidak bergerak sama sekali. Pria itu diam bagai patung.Pada panggilan yang ketiga, Cheng Li mulai curiga dengan Wu Mei Xiang. Apakah dia sakit atau itu bukan dirinya? Namun, hal yang kedua pasti mustahil karena ruangan itu tersegel dan hanya mereka berdua bisa memasukinya.Cheng Li mendekat dan memeluk Wu Mei Xiang
Tak terasa waktu berjalan begitu saja. Wu Mei Xiang tidak pernah menyangka bahwa menjadi orang tua dari anak-anak iblis bisa menyenangkan, lebih indah dibandingkan hidup sebagai manusia. Dunia yang penuh dengan kemunafikan lebih tidak menyenangkan dibandingkan alam iblis sendiri.Mereka adalah iblis dan mengaku sebagai iblis dan itu lebih baik dibandingkan manusia jahat yang pura-pura menjadi malaikat padahal lebih iblis daripada iblis itu sendiri.Lupakanlah masa lalu itu dan mari berfokus mengurus anak dan bapaknya. Dua bapak seksi yang berotot dan memiliki dada bidang. Dua laki-laki yang berhasil membangun keluarga.Setelah kelahiran tiga anaknya sekaligus, kondisi Cheng Li dan Wu Mei Xiang tidak pernah sama lagi. Mereka sangat ramai saat ini. Maksudnya, sangat rusuh.Seperti yang terjadi sore ini."Hua Ling!" teriak Wu Mei Xiang meneriakkan salah satu nama anaknya."Ya? Papa, aku di sini," balas seorang anak yang duduk di sebelahnya."Bukan kau! Maksudku dia!"Wu Mei Xiang menatap
Sesampainya di rumah khusus Wu Mei Xiang dan Cheng Li, dia meletakkan tubuh lelaki itu itu atas kasur yang sudah bersih dan rapi sepertinya biasanya. Sangat jarang mereka berada di tempat itu. Untung saja dalam kondisi seperti ini, Cheng Li selalu siap siaga melakukan yang terbaik."Sakit sekali, kurasa mereka akan merobek perutku dan memaksa keluar," teriak Wu Mei Xiang dengan suara parau.Dia merasakan dirinya seperti tercabik-cabik dari dalam sana."Bersabarlah," ucap Cheng Li mencium tangannya dan menyalurkan energi kepada lelaki itu."Aku seperti akan mati."Tangis Wu Mei Xiang pecah. Baru pertama kali dalam hidupnya dia merasakan sesakit ini. Bahkan, ketika dirinya akan mati pun, dia tidak merasakan sakit sama sekali karena itu adalah kematian super cepat tanpa rasa sakit."Tidak, jangan katakan itu," ucap Cheng Li dengan nada memohon.Dia terus memberikan kekuatan semampu dirinya sambil menanti datangnya para tabib yang akan membantu persalinan darurat itu."Sialan, mengapa mer
Beberapa bulan kemudian, Wu Mei Xiang merasa perutnya seolah bisa pecah atau meledak karena sudah membesar sangat sempurna, melebihi dari yang pernah dia bayangkan."Mengapa bisa sebesar ini? Anak-anak apa di dalam sana!"Wu Mei Xiang memukul perutnya pelan sambil menatap wajahnya dan penampakan barunya di sebuah cermin besar yang seolah mengejeknya karena menampilkan wajah jeleknya. Itu, sih menurut dia. Kalau Cheng Li akan selalu menganggap Wu Mei Xiang sangat menarik, seksi dan sangat menggemaskan."Berhentilah melakukan itu, kau bisa menyakiti dirimu dan anak-anak," ucap Cheng Li memeluk pinggang Wu Mei Xiang dari belakang. Pinggang yang dulunya ramping kini sudah hampir tidak berbentuk."Kau enak saja bicara. Coba kalau kau yang hamil dan berbentuk seperti gentong. Apa kau masih bisa mengatakan hal-hal seperti itu? Apa kau akan menghibur dirimu, huh?"Wu Mei Xiang mendengus kasar mendengar pujian tidak berguna dari mulut suaminya itu."Aku mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana ka
Selepas dari medan perang dan membuat beberapa kekacauan, Wu Mei Xiang kembali merasa bosan dengan hidupnya yang begitu-begitu saja. Anggap saja kalau dia memang sedang manja dan mencoba hal-hal lainnya.Dia dulunya seorang pekerja keras dan sekarang harus hidup dengan segala kemewahan dan segalanya tersedia."Aku benar-benar bosan, apakah memang tidak ada pekerjaan di sini?" tanya Wu Mei Xiang pada Wen Liwei."Pe-pekerjaan?"Wen Liwei gugup menjawab tuannya. Bagaimana bisa seorang raja atau pasangan raja disuruh bekerja?"Apa kau tidak tahu? Pekerjaan semacam hal yang menyenangkan."Wu Mei Xiang kesal dan hendak berlarian entah ke mana. Akan tetapi, perutnya yang membuncit membuatnya susah bergerak dengan bebas. Dia mulai bosan dan ingin segera melahirkan, barangkali anak-anak itu akan membuat hidupnya lebih berwarna nantinya."Ada apa, Sayang?"Cheng Li datang ke ruangan pasangannya selepas mengadakan pertemuan antara penguasa kota hantu dari beberapa sudut neraka."Tidak ada. Aku h
Bosan bermain dengan para iblis dan hantu, Wu Mei Xiang mulai merasa mengantuk. Dia sudah tidak tertarik dengan penampakan medan peperangan yang begitu-begitu saja."Sayang?"Cheng Li memeriksa kondisi Wu Mei Xiang yang sudah mengantuk dan hampir tertidur."Kalian uruslah segalanya, aku akan membawanya," perintah Cheng Li kepada Wen Liwei dan Jiang Qiao."Siap, Tuan," jawab keduanya dengan sopan.Mereka sudah mengerti apa yang harus dilakukan dengan ucapan sependek itu.Berbeda dengan kedua Jenderal yang sibuk itu, Qirong malah pusing memikirkan mengapa Cheng Li bisa sangat berubah. Dia dan kawanannya sesama hantu hijau sangat heran melihat raja iblis yang sangat manis dan lembut, terutama ketika mereka memperhatikan cara Cheng Li menggendong tubuh Wu Mei Xiang yang terlelap karena lelah."Menurutmu, mengapa dia bisa mengantuk? Dia, kan, iblis!"Ucapan Qirong terdengar iri atau cemburu."Lebih baik kau bersyukur karena tidak perlu lagi disuruh menari," kata Jiang Wanyin dengan suara d
Karena permintaan Wu Mei Xiang yang aneh itu, Cheng Li ikut menjadi aneh. Maksudnya, dia dengan pasrah dan tabah mengikuti kehendak pasangannya itu. Memang benar, pasanganmu ada gambaran dirimu, karena lama-lama kebobrokannya akan menular bagai wabah yang teramat sulit untuk dihentikan."What the hell?" teriak Jiang Qiao dengan ekspresi wajah terperangah melihat Cheng Li datang."Ya ini memang nerakalah!" dengus Qirong.Baru selesai bicara, Qirong ikut melongo melihat Cheng Li, raja mereka memasuki medan perang dengan langkah tegap dan gagah, bagai pahlawan. Dia benar-benar seperti dewa atau iblis paling keren. Anggap saja begitu.Lelaki itu tidak datang sendirian ke pertempuran kali ini, melainkan membawa istrinya. Yap! Betul, dia akan marah jika disebut istri, ya sudah pasangannya! Yang parahnya lagi, mereka bergandengan tangan.Hal itu sudah pasti membuat para iblis gagal fokus dan seketika waktu seolah terhenti dan semua fokus menatap pasangan aneh itu."Aku tidak salah lihat, kan
Wu Mei Xiang merebahkan tubuhnya dan dengan malas melepaskan sepatunya. "Setidaknya lepaskanlah ini," ucap Cheng Li melepaskan sepatu warna hitam itu. "Kau tahu aku malas. Lagipula itu akan menguras energi, kau tahu tabib tadi bilang apa," ucap Wu Mei Xiang dengan malas dan merasa bodo amat. Dia menutup matanya dan terus menerus memikirkan mengapa ada bagi di dalam perutnya padahal dia tidak memiliki rahim. "Cheng Li, katakan padaku mengapa bayi ini bisa berada di dalam sana. Mengapa mereka tidak memilih perutmu saja? Kau lebih kuat," kata Wu Mei Xiang tanpa membuka matanya. Cheng Li duduk di sebelahnya setelah melepaskan sepatu Wu Mei Xiang. "Karena kau ibu mereka," balasnya singkat. "Apaan ibu, aku ini ingin menjadi ayah saja, sayangnya memang aku perempuan," keluhnya. Wu Mei Xiang kesal dan sampai duduk karena emosi. "Setiap yang mengandung dan melahirkan akan menjadi ibu terlepas dari jenis kelamin mereka." Cheng Li masih mencoba tenang dengan segala kerusuhan Wu Mei Xian