Penerbangan dari paris menuju rusia membutuhkan waktu sekitar 12 jam perjalanan, jika tidak transit, jadi melewati jalur itu mungkun akan lebih lama lagi nantinya.
Julian dan Leira memilih penerbangan di siang hari, jadi mereka akan tiba pada malam hari waktu rusia karena kedua negara itu melintasi zona waktu yang berbeda hampir 5 jam kurang lebih seperti itu.Biasanya perjalanan jauh umumnya setiap orang akan memanfaatkannya dengan beristirahat, dan meluangkan waktunya untuk menyibukkan diri dengan buku atau sebuah laporan pekerjaan, dua belas jam cukup menguras separuh hari, akan bosan jika hanya di habiskan untuk membaca buku dan juga terlalu berlebihan juga jika di gunakan untuk tidur.Seperti yang Leira lakukan dengan Julian untuk mengusir kebosanan mereka, keduanya memutuskan untuk memainkan sebuah permainan dari ponselnya masing-masing, keduanya tidak bisa tidur karena memang hari masih siang, jarang sekali digunakan untuk tidur siang. Apalagi akan sulit untuk keduanya jika akan tiba malam hari, karena bisa membuat keduanya tidak tidur sepanjang malam.Hingga akhirnya pesawat mendarat di bandara Internasional Rusia.Sebelum meninggalkan kursi, Leira menyempatkan dirinya untuk meregangkan otot-otot di tubuhnya, lalu mengambil buku yang sempat dirinya baca, mengikuti Julian uang sudah ada di depannya."Apakah itu masih sering keluar mimisan anda, Tuan?" Tanya salah satu pramugari yang mengajak Julian untuk berbicaraJulian hanya menggelengkan kepalanya, mimisan itu sudah berhenti saat pesawat landas tadi, dan dirinya juga tidak merasakan apapun, hanya tadi sempat tertidur tanpa Julian sadari."Baiklah, terima kasih karena telah memilih penerbangan kami, semoga hari Tuan dan Nyonya menyenangkan,"Julian hanya memberikan anggukan dan senyuman, kembali melangkah setelah membuat beberapa orang berhenti karena obrolan singkatnya, pria itu langsung menuju tempat pengambilan barang, dia melupakan Leira yang kebingungan mencari dirinya.Leira keluar dan mencari suaminya sampai berjinjit di tengah keramaian bandara, lalu dia mendekati seseorang yang menurutnya adalah Julian."Kenapa kamu meninggalkan aku, Julian?" Tanya Leira dengan nafas yang tidak beraturan, tapi saat bertatapan dengan seseorang itu Leira langsung menundukan kepalanya dan meminta maaf padanya."Maaf, maafkan saya, saya pikir anda adalah suami saya,"Leira kembali melangkah, kenapa tiba-tiba bandara begitu ramai? Dan akhirnya sebuah tangan menyeretnya, membuat Leira sedikit terkejut tapi itu berhasil membuat dirinya menghela nafas senang."Kamu ini! Jangan menyusahkan aku! Bandara sedang ramai, bagaimana jika nanti kamu hilang dan kita berpisah?" Tanya Julian, dirinya sampai kebingungan mencari keberadaan istrinya, dia bahkan sampai menyeret dua koper saat mencari Leira."Aku yang seharusnya mengatakan itu! Aku selalu berjalan dibelakangmu tapi kenapa tiba-tiba kamu menghilang begitu saja?"Leira juga ikut mengajukan pertanyaan, dirinya tidak mau disalahkan begitu saja karena memang ini perbuatan Julian yang meninggalkan diri begitu saja.Julian menghela nafas, aneh sekali. Emosinya tiba-tiba meluap begitu saja hanya karena masalah sepele, dia menarik tangan Leira untuk segera menuju taksi yang sudah dirinya pesankan, Julian juha sudah meletakan koper mereka di dalam taksi.Leira hanya bisa pasrah ketika Julian menyeretnya seperti anak kecil, aneh. Tiba-tiba sikap Julian berubah seperti awal mereka bertemu, membuat Leira merasakan feeling buruk tentang hal yang terjadi di bandara, Leira takut j8ka kecelakaan hari itu mulai menunjukan efeknya.Julian membukakan pintu untuk Leira, membiarkan masuk lebih dahulu, lalu Julian menyusul masuk ke dalam."Maaf, sebenarnya tadi aku lupa jika ada dirimu, tidak biasanya aku tiba-tiba menjadi pelupa seperti ini," Ucap Julian, dirinya sadar jika tadi memang melupakan Leira, dan baru ingat ketika melihat koper miliknya.Leira menghela nafas, ketakutan itu semakin membuat Leira berpikir ada sesuatu yang terjadi pada Julian, haruskah Leira bertanya tentang kecelakaan itu secara detail pada Julian?"Haruskah kita ke rumah sakit sekarang? Atau menghubungi dokter Jean?" Tanya Leira, dia terus mengamati Juliannyang sikapnya terus berubah-ubah."Leira, aku baik-baik saja,""Tapi, Julian—""Kamu tidak perlu khawatir, jika memang aku sakit, aku pasti akan mengatakannya padamu, dan pergi ke rumah sakit sendiri," Ucapnya, Julian menggenggam tangan Leira dengan erat, agar sang istri berhenti khawatir padanya, ini hanya karena Julian stress memikirkan rencana yang akan dirinya lakukan untuk mempertahankan hubungan mereka.Leira hanya tersenyum, dia berusaha menunjukan jika dirinya percaya, tapi perasaan buruk apa yang terus menyapa dirinya?Apakah akan terjadi sesuatu? Leira berharap semua akan baik-baik saja.__________Hingga akhirnya, keduanya kembali ke Vila milik mereka.Leira melangkah masuk ke dalam dahulu untuk membuka pintu, lalu menyeret koper miliknya, menyalakan seluruh lampu di ruang utama, lalu setelah itu melepaskan sepatunya, Leira kembali mendekati Julian dan membantunya membawa kopernya ke dalam.Julian menyandarkan tubuhnya di sofa sambil melepaskan jas miliknya, hari ini tubuhnya terasa sangat lelah, dia bahkan tidak bisa menyembunyikan kesalahannya, dan sudah dua kali rasanya sakit itu datang lagi, akhir-akhir ini malah jadi sering terjadi.Mungkin yang dikatakan Leira ada benarnya juga, dirinya memang harus segera ke rumah sakit, ini bukan hal yang bisa dirinya abaikan begitu saja.Leira sedang sibuk untuk mencari sesuatu di dalam lemari kulkas, karena di dalam pesawat dirinya tidak bisa menikmati makanan yang diberikan, jadi sekarang perutnya sudah menjerit minta diisi segera, Tapi Leira lupa jika mereka pergi honeymoon dan lupa membeli persediaan makanan di villa.Tidak mungkin jika meminta Julian memasak sekarang, pria itu terlihat begitu lelah hari ini, Leira mengeluarkan ponsel untuk memesan makanan saja.Dia mengambil dua botol air, lalu berjalan mendekati Julian yang ada di ruang tengah."Aku sudah memesankan makan malam kita, jadi kamu pergilah mandi dan masalah koper biar aku yang menyelesaikannya," Ucap Leira, dis meletakan satu botol untuk Julian dan satu lagi untuk dirinya minum.Julian hanya menganggukan kepalanya ke arah Leira, dia semakin tidak mengerti tubuhnya yang tidak bisa digerakkan, tatapannya juga begitu kabuh, dia merasa apa yang dirinya melihat seakan ingin berputar, dan ketika Julian mencoba bangun.Tubuhnya langsung jatuh ke lantai, dan sakit kepala yang dirinya rasakan semakin tidak bisa ditahan."Julian! Tidak!" Leira berlari mendekati Julian, memangku tubuh pria itu di pahanya, Leira berusaha untuk menyadarkan Julian, dengan menepuk-nepuk pipinya."Katakan sesuatu! Apa yang terjadi pada dirimu!""Julian bangunlah! Kamu ini kenapa!?"Leira mulai panik, dirinya harus segera meminta pertolongan pada siapapun, dan saat itu dering bel mengalihkan perhatiannya, Leira meletakan tubuh Julian di lantai dan berlari menuju pintu."Sean? Bisakah kamu menghubungi Dokter Jake? Atau membawa kakekmu ke rumah sakit?" Tanya Leira, saat membuka pintu dan melihat siapa yang datang ke vila, tanpa berpikir panjang dirinya langsung menyuruh pria itu bergegas melakukan sesuatu."Kakak Julian, bangunlah,"Sean berusaha mencoba membangunkan sang kakak, sedangkan Leira dengan tubuh gemetarnya membaca menghubungi rumah sakit terdekat.Julian yang tidak memberikan respon apapun langsung menggendong tubuh sang kakak, segera membawa keluar dari sana, untuk saja dirinya datang tepat waktu dan kebetulan dokter Jake ada di luar.Leira dengan keadaan yang kacau langsung menutup pintu villa dan ikut menyusul Sean uang sudah membawa Julian ke dalam mobil.Dia tahu jika perasaan buruk ini tidak pernah salah, sama seperti saat ini, Leira pergi dan hal ini terjadi lagi, apakah Tuhan mencoba menegur dirinya?Menentang sebuah perjanjian adalah hal yang salah.Leira duduk bersama Sean di depan ruang dimana Julian ada di dalam igd, semenjak kembali Leira sudah tahu ada sesuatu tidak di benar pada Julian, rasa bersalah menyelimuti hati Leira, seharusnya dia tidak membiarkan Julian dan mengikuti ucapannya, seharusnya Julian mengikuti ucapannya, seharusnya saat pramugari itu menawarkan pemeriksaan untuk Julian, dirinya tidak diam saja di sana.Leira mengusap wajah dengan frustasi, perasaan buruk semakin membuat tidak berpikir jernih, dirinya tidak bisa memikirkan resiko apa yang akan di ambilnya jika hal yang telah terjadi membuat Julian mendapatkan kesulitan, berharap semua akan baik-baik saja.Saat keheningan menghampiri keduannya, ada seseorang yang berlarian ke arah mereka dengan jas putihnya bersama seorang gadis yang mengikutinya dari belakang, itu dokter Jake dan Asyla.Bagaimana bisa keduanya secara kebetulan berada di rumah sakit ini? Bukankah tadi Dokter Jake bersama mereka saat Julian tadi.Asyla
Liera keluar sețelah rasanya sudah cukup banyak hal yang dirinya sampaikan pada Julian, walau ada beberapa kalimat yang seharusnya pria itu jawab, tapi sungguh Liera tidak akan pernah sanggup mendengar jawabannya, gadis tu menutup pințu ruangan rawat julian.Di depan ruangan itu sudah ada Asyla dan Sean saja, kebețulan Jake sedang membeli sesuatu diluar, karena seharusnya mereka semua makan malam tapi di situasi seperti ini siapa yang ingin makan, jadi Jake berpikir untuk membeli makanan ringan dan beberapa minuman untuk mereka.Liera berusaha untuk tersenyum, seperti yang Sean katakan jika Julian hanya punya dirinya sebagai satu kekuatan untuknya, Liera berjalan mendekat dan ikut duduk di sana."Kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dari raut wajah Liera terlihat jika gadis itu mencoba untuk menutupi hal yang dirinya pikirkan, pasti saat berat menjadi Liera, dia baru saja menikmati indahnya honeymoon dan saat kembali malah situasi seperti ini.Jika
Liera keluar sețelah rasanya sudah cukup banyak hal yang dirinya sampaikan pada Julian, walau ada beberapa kalimat yang seharusnya pria itu jawab, tapi sungguh Liera tidak akan pernah sanggup mendengar jawabannya, gadis tu menutup pințu ruangan rawat julian.Di depan ruangan itu sudah ada Asyla dan Sean saja, kebețulan Jake sedang membeli sesuatu diluar, karena seharusnya mereka semua makan malam tapi di situasi seperti ini siapa yang ingin makan, jadi Jake berpikir untuk membeli makanan ringan dan beberapa minuman untuk mereka.Liera berusaha untuk tersenyum, seperti yang Sean katakan jika Julian hanya punya dirinya sebagai satu kekuatan untuknya, Liera berjalan mendekat dan ikut duduk di sana."Kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dari raut wajah Liera terlihat jika gadis itu mencoba untuk menutupi hal yang dirinya pikirkan, pasti saat berat menjadi Liera, dia baru saja menikmati indahnya honeymoon dan saat kembali malah situasi seperti ini.Jika
Tiga hari kemudian.Dokter sudah mengatakan hal terjadi pada Julian itu 50 banding 50, antara berhasil atau tidak itu semua usaha lagi bagaimana julian ingin ingatannya kembali dan bantuan orang terdekat, semua orang yang terus memperhatikan perkembangan Julian hingga tiga hari ini masih belum bisa melakukan apapun, Julian tidak mau berinteraksi dengan Liera lebih dari 15 menit.Dan gadis itu, kesehatannya semakin tidak stabil, terkadang Liera bisa begitu lemah dan sembuh, kondisi semakin membuat lbu dan kakaknya tidak bisa diam, mereka sampai ikut terlibat sekarang, keduanya selalu berada di sisi Liera.Dan tidak sungkan untuk mengajukan sebuah permintaan pada keluarga Julian, untuk berhenti membuat Liera menemui Julian terus, karena sungguh ini menyiksa Liera dan kesehatannya, dia terlalu memikirkan hingga kondisi seperti itu.Lagipula kenapa juga harus Liera?Pagi-pagi sekali Tuan Grew mendatangi ruang rawat Julian, pria itu jauh lebih
Siang hari Liera meninggalkan rumah sakit setelah melakukan pemeriksaan tubuhnya, karena tetap memaksa ingin pulang padahal dokter sudah mengatakan butuh satu hari untuknya istirahat lagi, tapi Liera tetap ingin pulang dan mengatakan akan meminum obat yang dokter berikan dengan baik.Gadis itu meninggalkan rumah sakit setelah jam makan siang berakhir dan di waktu seluruh pasien untuk istirahat, tentu saja karena hanya di waktu itu sang kakak baru bisa menjemput mereka.Selama perjalanan pulang Liera tidak pernah membuka suara untuk mengatakan apa yang telah terjadi hari ini, matanya sudah sangat lembab karena menangis tanpa henti dan baru tenang setelah sempat tertidur saat perjalanan kembali pulang, karena jarak dari rumah sakit ke rumah soang ibu cukup lama dan menghabiskan satu jam perjalanan.Liera langsung masuk ke dalam kamarnya setelah sang ibu membuka pintu, hari ini perasaan saat sangat kacau dan rasa ingin berbagi saat pahit untuk diucapkan
Sean memasuki ruangan Julian, maksudnya pria itu baru sempat kembali setelah ada hal yang mendesak di kantor yang benar-benar tidak bisa di tangani oleh asistennya, banyak hal yang harus dirinya kerjakan sambil menjaga sang kakak, saat masuk ke dalam Sean cukup terkejut hanya ada sang kakak di dalam ruangan.Kemana perginya Leira? Bukankah kakak iparnya itu selalu menjaga kakak Julian saat dirinya pergi? Atau dirinya sedang keluar? Sean kembali melangkah setelah menutup pintu, dia membawa buah-buahan yang sudah bisa langsung dimakan karena sebelumnya sudah di potong oleh pelayan di rumah sakit, dia juga membawa makanan lainnya untuk sang kakak dan juga Leira, karenq makanan rumah sakit memang sangat tidak enak."Kakak Julian," Sapa Sean, meletakan batang yang dirinya bawa di dalam laci milik sang kakak, membawa jas yang dirinya kenakan, dan duduk di kursi kosong dekat sang kakak."Kenapa baru datang? Aku sendirian sejak pagi!" Ucap Julian, dia ha
Setelah melakukan banyak sekali pertimbanhan antara terapi ingatan atau sebuah pemulihan secara bertahap.Dengan segala hal pilihan dan berbagai resiko, Julian pada akhirnya tetap memilih untuk terapi ingatan, dia tahu resiko jika akan ada pelumpuhan ingatan jika dipaksakan secara tiba-tiba untuk mengembalikan ingatannya, terapi ini juga seperti kembali ke alam bawah sadar dan keberhasilan hanya dirinya yang bisa mendapatkan itu.Dokter Jake dan Sean, mereka hanya bisa mencoba untuk mendukung keputusan Julian, walau sebenarnya ini bukan pilihan baik."Kau yakin Julian?" Tanya Jake, tidak tahu sudah berapa kali pertanyaan itu dirinya katakan sejak tadi, Julian tahu temannya itu sangat peduli walau ucapannya cukup ketus dsn terdengar kasar."Kau paham bagaimana diriku bukan? Jadi percuma juga oamu terus bertanya, jawabanku hanya tetap sama, aku ingin melakukannya dqn aku akan menerima resikonya," Ucap Julian dia hanya tinggal menunggu dokter me
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel
Satu tahun kemudian.Suatu pagi di rumah sederhana yang menjadi sebuah pertemuan dan menjadi akhir kebahagian.suara tangisan seorang bayi mewakili indahnya pagi hari, dengan iringan kicauan burung, cahaya matahari juga tidak ingin kalah untuk menyambut mereka, menjadi sebuah awalan di pagi hari dengan kisah baru untuk kisah selanjutnya.keluarga kecil yang kini menjadi suatu kebahagiaan tidak ternilai, itulah kisah ini.dari perjanjian menjadi sebuah ikatan benang antara Julian dan Liera yang membawa mereka pada indahnya falling love, padahal awal hanya sebuah persetujuan paksaan tapi kini berubah menjadi ketulusan untuk rela bersama.Liera membuka matanya setelah rasanya tangisan bayinya semakin menggema di dalam ruangan, dan hal yang dirinya lihat adalah pemandangan dimana Julian tertidur di sofa sambil memeluk putra mereka yang menangis, dia tersenyum. biasanya Julian membangunkan dirinya saat tengah malam putranya menangis,
"Benarkah? Kamu janji?" Tanya Liera dengan wajah penuh harapan menatap Julian yang ada di sampingnya, berharap jika pria itu akan segera mengangguk ucapannya.Walau kehadiran seseorang yang ada di dalam perutnya sungguh memberikan rasa bahagia luar biasa, Liera juga ingin dimanjakan oleh Julian, setidaknya kini dirinya sudah hamil, tidak perlu ada kebohongan lagi untuk membuat Ayah Julian menekan dirinya lagi.Setidaknya untuk saat ini itulah kebahagian yang harus segera diberikan pada yang lain.Liera tidak bisa membayangkan bagaimana nanti dirinya saat mulai membesar perutnya, ketika dirinya akan lebih sering menghabiskan waktu untuk menceritakan banyak hal pada anaknya, Liera sempat membaca ibu hamil akan sering meminta sesuatu yang aneh, dia ingin membayangkan bagaimana sulitnya Julian untuk mencari hal yang sangat dirinya inginkan.Dengan diam-diam Liera mengelus perutnya yang masih rata, dari dalam hatinya dia menyampaikan sebuah pesan
Beberapa hari kemudian.Akhir pekan, Sebenarnya Julian dan Liera ingin menghabiskan liburan mereka di pantai, tapi kemarin keduanya mendapatkan undangan dari ayah Julian untuk menghadiri acara yang pria itu buat.Julian awalnya ingin menikah karena pasti acara itu untuk pertemuan para partner kerja ayahnya, tapi Liera mengatakan jika dirinya ingin datang dan mengharapkan Julian untuk menceritakan apa sebelumnya merekadiskusikan, jadi tidak alasan untuknya nolak.Julian membuka matanya, dia masuk setelah Liera tidak ada di sampingnya, ini aneh kenapa dia bangun lebih siang dan kenapa Liera juga tidak membangunkan dirinya?Fokus Julian teralihkan saat mendengar suara yang aneh dari berasal dari bathroom, suara seseorang yang sedang mengeluarkan isi perutnya, Julian langsung mengibaskan selimut di tubuhnya, berjalan mendekat dan tangan terulur membuka pintu.Dan benar, Julian langsung diberikan pandangan dimana Liera yang sedang berhada
Sesampainya di Vila mereka.Ketika Liera menginjakkan kakinya setelah sekian lama tidak kembali ada rasa senang yang tidak bisa di jelaskan, apalagi ketika Julian membuka pintu dan mengajaknya masuk ke dalam bersama.Lampu menyala dan seluruh ruangan terlihat jelas, Liera tersenyum tidak ada yang berubah dan semua masih sama, hanya saja dibuat lebih rapi dari sebelumnya, mungkin Julian menatanya saat Liera berkata ingin kembali.Julian melepaskan yang dirinya kenakan, melangkah untuk menuju dapur, dirinya akan langsung membuat makan malam karena di perjalanan Julian sempat mendengar suara perutnya yang minta di isi, pria itu membuka lemari kulkas dan melihat apa yang akan dirinya buatkan, tapi sebelum memulai masuk.Pria itu mengambik nasi instan dan meletakan ke dalam oven, jika memasak nasi waktunya tidak akan cukup, jadi dia mengunakan nasi instan, karena itulah kebiasaan saat Liera tidak ada di rumah sakit.Liera berijalan mendekat se
Liera dan Kiera berjalan bersama menuju parkiran mobil, setelah berpamitan dengan Asyla dan Jake, keduanya memutuskan untuk pulang.Liera menatap layar ponselnya, ada satu pesan masuk dari Julian.Jika sudah sampai rumah, bisakah aku menghubungimu?>Liera tidak langsung menjawab pesan itu, rasanya sudah cukup bukan seharian bertemu dengannya, Liera hanya sedang mematangkan pikirannya, apakah keputusannya sudah benar atau belum, dan entah kenapa juga kepalanya sedikit pusing, dia juga ingin memakan sesuatu."Jadi kakak menyusul karena takut aku tidak memiliki teman?" Tanya Liera, setelah dirinya memasak sabuk pengaman dan setelah mobil sang kakak sudah meninggalkan area itu."lbu juga menyuruhku, jadi setelah pertemuan itu selesai aku memutuskan untuk kesini, tidak disangka akan ada Julian disana, kau bahkan biasa saja." Ucap Kiera, dia tidak kesal seharusnya Liera memberitahunya, tapi jika tidak kesana mungkin juga K
"Liera, pulanglah, aku sungguh merasa kosong kau tidak ada di villa," ucap Julian, dia merapikan rambut Liera yang sempat berantakan, jika dilihat seperti ini Liera banyak berubah, raut wajahnya, terus bibir dan pipinya sedikit kurus, apakah banyak hal dirinya pikirkan?Tapi semua tertutup dengan kecantikan hari ini, gaun yang sedikit membuat Julian kesal karena hampir mengekspos seluruh punggung istrinya, siapa yang telah merekomendasikan pakaian ini padanya?Liera mengangkat kepalanya untuk menatap Julian, dia ingin sekali pulang tapi setelah apa yang terjadi banyak hal membuat Liera terus mempertimbangkan banyak hal, dia tidak terus dibutakan oleh kebersamaan, dia juga tidak bisa terus menipu dan pura-pura tidak tahu."Kamu tahu, aku datang kesini setelah membatalkan jadwal rapatku, karena aku tidak mau menerima surat cerai yang kau kirim, Liera kenapa kamu melakukan itu? Aku tidak akan melupakanmu." Ucap Julian, itu benar. Dia baru saja akan kemba
MISS U Hari itu, hari dimana Liera berdiri dengan buket bunga ditangannya, suasana sakral benar-benar terasa selama dirinya berdiri disamping Asyla.Ya, hari ini sudah tiba dimana akhirnya Liera harus membantu teman menentukan pilihan hidupnya, sebagai satu saksi dari sekian banyak para undangan yang datang, Liera melihat ke depan saat waktunya mempelai pengantin wanita berjalan menuju altar.Seluruh tubuh liera hanya bisa melihat ke bawah, apa yang diharapkan?Kenapa selalu berkaitan dengan Julian, kenapa rasanya sulit mengangkat kepala di situasi seperti itu? Dirinya merusak suasana pernikahan bukan?"Liera, kamu baik-baik saja?" Tanya Asyla, dia sampai harus mengambil langkah untuk berdiri di samping sahabatnya, karena sejak datang Liera tidak pernah menunjukan wajah bahagianya, padahal semua orang tersenyum lebar di ruangan ini."Asyla, maafkan aku. Seperti kamu sadar, aku tidak berbohong jika aku masih bingung saat ini, aku
By FoundBeberapa hari kemudian.Hari ini rencananya jika memang tidak ada halangan, Julian akan melakukan terapi untuk kedua kalinya, terlalu dekat dengan terapi pertama, hanya berjarak tiga hari, padahal terapi ini hanya dianjurkan selama dua minggu sekali, tapi sekali lagi siapa yang bisa menghentikan keras pria itu?Tidak ada yang bisa, jika Julian sudah memintanya maka hal itu harus terjadi, walau resiko bisa lebih buruk dari yang pertama.Hari tidak ada bisa memberikan semangat atau sekedar kata untuk membuat Julian berpikir dua kali, baik Sean dan jake keduanya memiliki kepentingan masing-masing. lagipula siapa yang tahan bersama dirinya lebih dari tiga jam hanya satu orang.Liera.Tapi gadis itu sekarang sudah menyerah dan sekarang sedang menunggu dirinya untuk siapa menerima surat cerai darinya.Menyedihkan bukan?Ketika seseorang sedang berjuang untuk sebuah keberhasilan yang rasanya mustahil
Julian sepertinya di buat kembali pada masa lalu, ingatannya membawa dirinya pada kejadian asing tapi semua terasa begitu familiar, dia melihat dirinya di dalam kemacetan di lalu lintas jalan, dirinya mencoba kembali melangkah untuk melihat dengan jelas.Tapi saat melangkah mendaki Julian melihat dirinya yang keluar dari mobil dengan perasaan kesalnya, mengejar seseorang yang juga keluar dari mobil, dalam sebuah keributan itu dan kekacauan keadaan.Membuat Julian tidak bisa melangkah mendekati, kakinya terpaku dan dirinya takut untuk melihat apa yang terjadi pada dirinya saat ini, dia benci melihat kecelakaan, karena kecelakaan Sean yang membuat Julian saat itu trauma dan bahkan sempat membuat Julian tidak bisa melihat jalanan kota dengan tenang, apalagi berada di padatnya kemacetan."Tidak!" Teriak Julian saat melihat dirinya berlari untuk mendekati pria yang dirinya kejar, Julian tidak bisa melihat wajah itu dengan jelas, hingga akhirnya Julian mel