"Atas nama Brilliant Maydefa?" ucap seorang wanita memakai setelan blazer dan rok mini selutut.
"Iya, itu saya," sahut Brilliant seraya langsung bangkit dari tempat duduk."Silahkan, anda boleh langsung masuk ke ruangan Pak Davian. Mari, saya antar!" ujar sekretaris Cindy, nama yang tertera di name tagnya.Brilliant pun mengangguk, dan langsung berjalan mengikuti langkah sekretaris Cindy dari belakang.Setelah melewati lorong yang cukup panjang, tibalah mereka di depan sebuah ruangan tanpa nama namun terlihat sangat mewah. Ya, Briliant hari ini akan melakukan konsultasi pertamanya bersama dosen pembimbing skripsinya, Davian Maghada. Dosen baru yang belum pernah ia temui selama berkuliah di Universitas Bandung Utama. Ada rasa deg-degan di hati Brilliant. Karena sebelumnya, ia sudah mendapatkan kabar bahwa dosen pembimbingnya ini sangatlah tidak ramah kepada mahasiswanya, dan itu membuat Brilliant gugup."Silakan masuk! Pak Davian sudah menunggu di dalam," ujar sekretaris Cindy.Brilliant pun mengangguk, dengan pelan-pelan ia pun mulai membuka pintu."Se--la--mat pagi, pak Davian," sapa Brilliant seraya langsung masuk ke ruangan itu.Namun Brilliant tak melihat sosok siapapun di dalam ruang itu, bahkan kursinya pun kosong."Apa kamu sudah lupa cara bertamu di rumah orang Brilliant Maydeva?"Terdengar suara bass menggelegar mengejutkan Briliant dari arah kanannya.Brilliant pun spontan langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Dilihatnya sosok laki-laki dengan tubuh yang tinggi, kekar, dengan sorotan mata yang tajam membuat Brilliant tak berani menatapnya lama-lama. Dialah Davian Maghada, dosen pembimbing yang terkenal killer dan perfeksionis."Ma--af, pak. Saya tidak bermaksud tidak sopan, saya sudah mengucapkan kata permisi tadi sebelum masuk," jelas Brilliant."Lantas, apakah sepantasnya seorang mahasiswi tingkat akhir. Sudah bertahun-tahun mengenyam pendidikan di kampus elit ini, tidak tahu adab untuk mengetuk pintu dulu sebelum masuk?" Ungkap Davian membuat Briliant bergidik.Briliant pun menunduk. Rasanya ia ingin sekali menangis saat itu."Ma–af, pak. Saya salah, saya tidak akan mengulanginya lagi, " ujar Brilliant.Davian pun berjalan mendekati tempat duduk kebesarannya tepat didepan Brilliant."Kali ini saya maafkan kamu, tapi kalau lain kali saya lihat kamu seperti ini lagi. Jangan harap kamu bisa menyelesaikan tugasmu dengan baik!" ancam Davian.Brilliant pun tertegun, mendengar ancaman dari dosen pembimbingnya."Ba–baik pak, " sahut Brilliant."Silahkan, kamu boleh duduk. Dan berikan proposal yang ingin kamu ajukan! " perintah Davian.Brilliant pun dengan hati-hati pun meraih kursi yang disediakan di depannya itu.Dengan langkah yang sedikit ragu, ia pelan-pelan menariknya."Apa kamu tidak ingin duduk? Mau berdiri saja??? " tegur Davian lagi-lagi membuat Brilliant bergidik."Ma–mau, kok pak. Ini saya duduk, " sahut Briliant dengan sigap langsung menduduki kursi itu."Kenapa harus aku sih yang dapet dosen begini, apes banget aku, " gumam Briliant dalam hati.Brilliant masih saja menunduk, tanpa berani melihat wajah Davian."Dari penampilanmu, kamu cukup menarik. Cukup cantik, dan pasti dari kalangan atas terlihat dari pakaian-pakaian brand yang kamu pakai. Tapi kenapa kamu tidak percaya diri untuk menatap saya?? " tegur Davian lagi."Duh, salah lagi aku. Aku harus gimana sih sebenarnya? " batin Brilliant."Enggak, pak. Bukan begitu, iya-iya pak ini saya lihat bapak, " sahut Brilliant seraya memberanikan diri menatap wajah Davian.Kini Briliant dan Davian hanya berjarak setengah meter. Brilliant dapat melihat dengan jelas bagaimana raut wajah Davian dari dekat. Alis yang tebal, mata berwarna biru, wajah yang tegas dan dengan lesung pipi di bagian kiri.Membuat Brilliant sedikit terpana hingga ia lupa, sejak dari tadi Davian memandanginya dengan tatapan tajam."Sudah, sudah selesai kamu mandangin saya? Saya minta kamu melihat wajah orang yang berbicara dengan kamu, bukan berarti kamu melihatnya terus-terusan tanpa berkedip seperti itu, " kata Davian."Iya pak, maaf. Saya tidak sengaja, " ungkap Brilliant."Sudah 3 tiga kali kamu bilang maaf kepada saya, padahal kita belum ada 30 menit bertemu, " imbuh Davian."Iya, pak, gak minta maaf lagi, " ucap Brilliant lesu."Yasudah, mana proposal kamu? Saya mau lihat, " perintah Davian.Brilliant pun langsung mencari proposal yang ia taruh di dalam tas. Kemudian ia menyerahkannya kepada Davian."Ini pak, proposal saya," ujar Brilliant.Davian pun menerima proposal itu dan langsung membacanya.Baru lembar pertama yang ia baca, tiba-tiba proposal itu dilemparkan ke meja depan Brilliant."Revisi proposal ini! Kalau yang mendasari kamu mengerjakan penelitian ini salah, sudah pasti kebelakangnya salah. Saya tidak ingin mahasiswi yang saya bimbing asal-asalan merancang penelitian! " tegas Davian.Briliant yang melihat kejadian itu pun terkejut."Ta–tapi, pak??""Cepat, revisi. Dan kembali kesini besok. Saya mau proposal penelitian ini beres. Saya tunggu besok pukul 09.00 WIB disini. Terlambat, kamu bakal tau konsekuensinya!" tegas Davian lagi.Brilliant tak bisa berkata apapun mendengar gelegar suara Davian. Walaupun ia menolak, itu akan membuat Brilliant semakin sulit ke depannya.Brilliant pun mengambil proposal itu."Ba-baik, pak. Kalau begitu saya pamit dulu. Terimakasih banyak," ucap Brilliant seraya menunduk.Davian pun mengizinkan Brilliant keluar hanya dengan isyarat tangannya.Briliant yang mengerti hal itu, ia pun langsung keluar.Sampai ia sudah keluar, dan berdiri didepan pintu.Mata yang sedari tadi menahan hujan, akhirnya jatuh juga.Brilliant menangis."Hiks, hiks, baru kali ini aku dibegitukan sama orang. Papa saja gak pernah bentak dan tegur aku. Dari awal sampai akhir aku dimarahin terus. Hiks,hiks…., " rengek Brilliant seraya mengucek-ngucek matanya seperti anak kecil.Sambil terus menangis, Brilliant pun mengambil ponsel yang ia selipkan di saku celananya.Sambil sesegukan, ia pun mencoba menelpon Pak Jono, supir pribadinya"Hallo, pak tolong jemput saya di gedung Atmajaya. Secepatnya ya pak, saya tunggu di lobby, " ucap Briliant di telpon."Oh, iya non. Iya, non, " jawab Pak Jono.Brilliant pun langsung menutup telepon itu. Dan melanjutkan aktivitasnya menangis."Hiks, hiks, hiks. Apa minta ganti dosen aja ya. Aku gak mau kalau dimarahin terus. Aku coba bilang papa deh, siapa tau papa bisa bantu aku ganti dosen, " ungkap Brilliant bermonolog sendiri."Ya, aku bakal bilang papa. Papa pasti mau bantuin aku, " imbuhnya lagi.****Wajah yang sebelumnya sendu karena menangis, kini berubah menjadi cerah dan bersinar setelah menemukan solusinya, yaitu memanfaatkan kekuasaan papanya.Brilliant pun langsung menghapus sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya itu.Ia pun dengan percaya diri lagi melangkahkan kakinya menuju lobby untuk menunggu jemputan.Tak ada lagi kesedihan dan ketakutan di dalam hatinya, karena ia percaya papanya yang seorang pemilik perusahaan terbesar kedua se-Asia, yaitu Danuarta Cooperation pasti dengan mudah membantunya untuk memilih dosen lain, selain Davian Maghada.Brilliant pun turun menuju lobby yang terletak di lantai satu. Kini wajahnya sudah kembali segar, meski ada sedikit sembab yang menghiasi wajahnyaSeraya menunggu kedatangan pak Jono, Brilliant pun bermain game yang ada di ponselnya."Brilliant…???" panggil seorang perempuan.Brilliant pun langsung menoleh ke arah sumber suara itu"Haiii…Becca. how are you??" sahut Brilliant senang.Perempuan itu langsung melambaikan tangan, dan berlari ke arah Briliant yang tengah duduk di sofa.Mereka pun langsung berpelukan tanpa melihat keadaan sekelilingnya."I am fine, and you??" tanya Becca yang masih erat memeluk Brilliant."I am fine. Aku senang bertemu denganmu! " ungkap Brilliant."Iya, me too. Ya, ampun udah lama banget kita gak ketemu. Akhirnya kita bertemu disini, " ucap Becca."Iya, iya. Kita sudah lama gak ketemu, sudah hampir 5 tahunan ya semenjak kamu pindah sekolah ke Jepang, " ucap Brilliant"Hihi, iya. Semenjak itu kita sudah tidak pernah berkomunikasi lagi, omong-omong kamu ngapain disini? " tanya Becca.Brilliant mendengus dan menarik nafas panjang."Ini loh, aku lagi ngerjain tugas akhir. Disini aku janjian sama dosen pembimbing aku, " jawab Briliant dengan wajah kembali kurang bersemangat."Terus kenapa wajahmu seperti tidak senang begitu? " tanya Becca heran."Dosen pembimbingku galak, suka marah-marah. Baru pertama kali aja, aku udah dimarahin berkali-kali, apalagi ini masalah proposal, " ucap Brilliant seraya menunjukkan proposalnya."Salah dikit doang ditolak langsung, revisi langsung. Hiks.. Hiks… , " imbuh Brilliant menangis lagi."Duh, duh, udah jangan menangis. Kamu ini, masih saja sama seperti dulu. Terlalu mudah menangis, tenang saja semua pasti akan baik-baik saja. Aku yakin kamu bisa, " ucap Becca mencoba menenangkan Brilliant.Brilliant pun menyeka air matanya, pipi kecilnya yang chubby itu memerah mendengar ucapan semangat dari Becca."Makasih, Becca. Kamu juga masih sama, selalu kasih positive vibes ke aku, " kata Brilliant meringis."Iya, dong. Udah, ah jangan menangis. Nanti gak jadi cantik, " imbuh Becca.Brilliant pun tersenyum."Oh, ya kamu ngapain kesini, Becca?? " tanya Brilliant."Oh, aku kesini buat bertemu Om Ku. Mau nganter pesenan mama dan papa, " ucap Brilliant."Oh, om kamu disini?" tanya Brilliant."Iya, baru saja sih belum ada 2 bulanan. Awalnya dia di Sydney, terus pindah ke sini," jelas Becca."Oo, gitu… , " sahut Brilliant.Saat Becca dan Briliant asyik mengobrol, selang beberapa lama Pak Jono, supir pribadi Brilliant tiba."Siang, Non, mobilnya sudah siap " sapa Pak Jono."Oh, iya pak sebentar ya pak. Tunggu, " ucap Brilliant.Pak Jono pun mengangguk."Becc, aku pamit pulang duluan ya. Mau ketemu sama papa soalnya, ada kepentingan, " ucap Brilliant"Yaudah, gak apa-apa. Aku juga harus segera bertemu Om Ku. Untuk lebih lanjut, bagaimana kalau kita tukeran nomor w******p saja? " tawar Becca."Wah, iya. Kita belum saling save nomor masing-masing, yaudah mana nomor ponsel kamu, " tanya Brilliant.Brilliant dan Becca pun saling bertukar nomor ponsel."Nanti, aku hubungi kamu ya. See you next time, babe, " Ucap Becca seraya memeluk Briliant dan melayangkan ciuman di pipi kanan kirinya."Okay, see you next time, " balas Brilliant.Brilliant pun bergegas meninggalkan Becca, ia berjalan seraya melambaikan tanganya, dan dibalas oleh Becca.Setelah itu, Brilliant bersama dengan Pak Jono langsung menaiki mobil yang sudah terparkir di depan pintu keluar.Pak Jono pun membukakan pintunya untuk Briliant. "Terimakasih, banyak, Pak, " ucap Briliant dengan tersenyum.Pak Jono hanya membalas ucapannya dengan membungkuk dan tersenyum."Pak, antar saya ke kantor papa, Danuarta Corporation, " pinta Brilliant."Baik, Non. Kita akan segera kesana, "sahut Pak Jono yang kemudian melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi."Sekretaris Cindy, apakah om Davian ada di ruangannya?? " tanya Becca kepada sekretaris Cindy."Pak Davian ada, Nona Becca. Beliau sedang memeriksa beberapa berkas tugas akhir para mahasiswa, " jawab Sekretaris Cindy."Sekretaris Cindy, berhenti panggil aku, Nona. Panggil saja Becca. Usia kita tidak terpaut jauh, jadi panggil Becca saja, " ucap Becca."Tapi, Nona. Itu sangat lancang bagi saya untuk memanggil Nona dengan nama saja, " Jelas Sekretaris Cindy."No, that's my request. So, kamu tidak usah sungkan. Aku akan panggil kamu Cindy, dan kamu panggil aku Becca. Deal? " ucap Becca."Baa-ik, Be–ca, " sahut Sekretaris Cindy gugup."Okay, aku masuk dulu ya, Cindy, " pamit Becca.Sekretaris Cindy pun hanya bisa menganggukan kepalanya.Becca pun berjalan melenggang menuju ke ruangan Davian.Tanpa mengetuk pintu, Becca langsung masuk.Davian yang menyadari kehadiran ponakannya itu, langsung menghembuskan nafas panjang."Bisakah kau ketuk pintu itu dulu sebelum masuk? Apa ini pelajaran yan
Davian sudah siap dengan setelan jas bernuansa abu-abu, lengkap dengan pasangan sekretarisnya yang tampak cantik nan seksi. Sebagai sekretaris, Cindy dituntut untuk profesional dalam bertugas termasuk dalam menjadi pasangan dadakan Davian jika dibutuhkan. "Apa ada hal yang harus saya lakukan disana Tuan?""Tidak perlu, cukup temani saya kemanapun saya pergi. Selebihnya biar saya yang atur," jawab Davian. "Baiklah Tuan Dave!"Mereka berdua pun turun dari mobil. Sejak keluar, semua sorot kamera tertuju kepada Davian dan Cindy. Para wartawan dan tamu undangan yang sudah hadir pun tampak kagum melihatnya. Cindy yang sudah biasa bergaya pun berusaha mengimbangi sikap Davian. Melihat Davian datang, para pengusaha yang lainnya pun langsung mendekat untuk sekedar menyapanya. "Wah, selamat datang Tuan Davian. Saya kira Anda tidak datang malam ini karena terlalu sibuk."Davian pun tersenyum. "Mana mungkin saya mengabaikan acara sebesar ini, Tuan Brata. Itu sama saja mengabaikan tambang p
Brilliant tampak gelisah menunggu kedatangan Danuarta. Pasalnya, setelah mereka datang, Danuarta langsung berpamitan pergi dan menyuruh Brilliant untuk menunggu. "Papa kemana sih? kalau tau ditinggal begini, mending aku di rumah saja, " gerutu Brilliant. Melihat seorang gadis cantik sendirian, seorang tamu pun langsung mendatangi Brilliant "Selamat malam, Nona. Sepertinya ada yang sedang Anda tunggu?" "Iya, saya menunggu papa saya.""Oo, kalau boleh tahu, siapa nama papa Anda, Nona?""Papa saya Danuarta, pemilik Danuarta cooporation!" jawab Brilliant dengan bangganya. Lelaki muda itu pun langsung menyunggingkan senyumnya seraya menatap dalam Brilliant. Brilliant pun merasa risih akan hal itu. "Wah, jadi Anda putri dari Tuan Danuarta? Saya baru tau kalau Tuan Danuarta punya putri secantik dan seseksi ini!" kata lelaki itu seraya berusaha meraih pinggang kecil Brilliant. Plak... Tangan Brilliant pun langsung mendarat ke pipi lelaki kurang ajar itu. "Jangan kurang ajar ya sama s
Brilliant tampak gelisah menunggu kedatangan Danuarta. Pasalnya, setelah mereka datang, Danuarta langsung berpamitan pergi dan menyuruh Brilliant untuk menunggu. "Papa kemana sih? kalau tau ditinggal begini, mending aku di rumah saja, " gerutu Brilliant. Melihat seorang gadis cantik sendirian, seorang tamu pun langsung mendatangi Brilliant "Selamat malam, Nona. Sepertinya ada yang sedang Anda tunggu?" "Iya, saya menunggu papa saya.""Oo, kalau boleh tahu, siapa nama papa Anda, Nona?""Papa saya Danuarta, pemilik Danuarta cooporation!" jawab Brilliant dengan bangganya. Lelaki muda itu pun langsung menyunggingkan senyumnya seraya menatap dalam Brilliant. Brilliant pun merasa risih akan hal itu. "Wah, jadi Anda putri dari Tuan Danuarta? Saya baru tau kalau Tuan Danuarta punya putri secantik dan seseksi ini!" kata lelaki itu seraya berusaha meraih pinggang kecil Brilliant. Plak... Tangan Brilliant pun langsung mendarat ke pipi lelaki kurang ajar itu. "Jangan kurang ajar ya sama s
Davian sudah siap dengan setelan jas bernuansa abu-abu, lengkap dengan pasangan sekretarisnya yang tampak cantik nan seksi. Sebagai sekretaris, Cindy dituntut untuk profesional dalam bertugas termasuk dalam menjadi pasangan dadakan Davian jika dibutuhkan. "Apa ada hal yang harus saya lakukan disana Tuan?""Tidak perlu, cukup temani saya kemanapun saya pergi. Selebihnya biar saya yang atur," jawab Davian. "Baiklah Tuan Dave!"Mereka berdua pun turun dari mobil. Sejak keluar, semua sorot kamera tertuju kepada Davian dan Cindy. Para wartawan dan tamu undangan yang sudah hadir pun tampak kagum melihatnya. Cindy yang sudah biasa bergaya pun berusaha mengimbangi sikap Davian. Melihat Davian datang, para pengusaha yang lainnya pun langsung mendekat untuk sekedar menyapanya. "Wah, selamat datang Tuan Davian. Saya kira Anda tidak datang malam ini karena terlalu sibuk."Davian pun tersenyum. "Mana mungkin saya mengabaikan acara sebesar ini, Tuan Brata. Itu sama saja mengabaikan tambang p
"Sekretaris Cindy, apakah om Davian ada di ruangannya?? " tanya Becca kepada sekretaris Cindy."Pak Davian ada, Nona Becca. Beliau sedang memeriksa beberapa berkas tugas akhir para mahasiswa, " jawab Sekretaris Cindy."Sekretaris Cindy, berhenti panggil aku, Nona. Panggil saja Becca. Usia kita tidak terpaut jauh, jadi panggil Becca saja, " ucap Becca."Tapi, Nona. Itu sangat lancang bagi saya untuk memanggil Nona dengan nama saja, " Jelas Sekretaris Cindy."No, that's my request. So, kamu tidak usah sungkan. Aku akan panggil kamu Cindy, dan kamu panggil aku Becca. Deal? " ucap Becca."Baa-ik, Be–ca, " sahut Sekretaris Cindy gugup."Okay, aku masuk dulu ya, Cindy, " pamit Becca.Sekretaris Cindy pun hanya bisa menganggukan kepalanya.Becca pun berjalan melenggang menuju ke ruangan Davian.Tanpa mengetuk pintu, Becca langsung masuk.Davian yang menyadari kehadiran ponakannya itu, langsung menghembuskan nafas panjang."Bisakah kau ketuk pintu itu dulu sebelum masuk? Apa ini pelajaran yan
"Atas nama Brilliant Maydefa?" ucap seorang wanita memakai setelan blazer dan rok mini selutut."Iya, itu saya," sahut Brilliant seraya langsung bangkit dari tempat duduk."Silahkan, anda boleh langsung masuk ke ruangan Pak Davian. Mari, saya antar!" ujar sekretaris Cindy, nama yang tertera di name tagnya.Brilliant pun mengangguk, dan langsung berjalan mengikuti langkah sekretaris Cindy dari belakang.Setelah melewati lorong yang cukup panjang, tibalah mereka di depan sebuah ruangan tanpa nama namun terlihat sangat mewah. Ya, Briliant hari ini akan melakukan konsultasi pertamanya bersama dosen pembimbing skripsinya, Davian Maghada. Dosen baru yang belum pernah ia temui selama berkuliah di Universitas Bandung Utama. Ada rasa deg-degan di hati Brilliant. Karena sebelumnya, ia sudah mendapatkan kabar bahwa dosen pembimbingnya ini sangatlah tidak ramah kepada mahasiswanya, dan itu membuat Brilliant gugup."Silakan masuk! Pak Davian sudah menunggu di dalam," ujar sekretaris Cindy.Brillia