Beranda / Romansa / My Hottest Man / 2. Invitation

Share

2. Invitation

Penulis: Yuli F. Riyadi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-09 11:36:33

Dania berjalan cepat di koridor rumah orang tuanya yang mewah. Mengabaikan beberapa sapaan pegawai yang melintas. Dania tahu, pasti mama akan membahas tentang mangkirnya dia dari kencan kemarin malam. 

Mama dan papa ada di taman belakang saat Dania datang. Dia bergegas menuju ke sana. Arya Danureja, sang papa sedang menyesap kopinya, sementara Niken, sang mama, duduk bersilang kaki di sebelahnya. 

"Sore, Ma, Pa," sapa Dania. 

Keduanya menoleh melihat putri sulungnya datang. 

"Oh, kamu sudah datang, Dania. Duduk di situ," pinta Niken. Dania menurut dan duduk di kursi seberang mama. Dia tahu apa yang akan mamanya itu katakan. Sudah bisa ditebak. Dia pasti kena marah. 

"Alvin tanya kapan kamu punya waktu. Kemarin malam kencan kalian gagal gara-gara kamu lembur. Mama heran. Setiap kali ada janji kencan, ada saja alasan yang kamu buat," ujar Niken menatap lurus anak perempuannya itu. 

"Dania memang nggak bisa, mau gimana lagi?" jawab Dania cuek.

"Pastikan untuk pertemuan berikutnya nggak akan gagal, Dania. Papa malu kalau bertemu Alvin," ujar papa meletakkan cangkirnya. 

Dania mendengus. Itulah masalahnya. Arya banyak tidak enaknya pada Alvin dan keluarganya. Alvin itu investor penting di perusahaan Arya. Banyak suntikan dana yang Alvin keluarkan untuk perusahaan Arya. 

Alvin itu seorang pebisnis besar. Sektor bisnisnya banyak. Dan yang paling besar adalah pertambangan batu bara dan migas. Apa dia seorang sultan? Mungkin. Makanya Arya dan Niken bersikeras menjodohkannya. 

Arya mengenalkan Alvin pada Dania pada pesta perusahaan beberapa waktu lalu. Entah bagaimana ceritanya, Arya memiliki pikiran untuk menjodohkannya dengan Alvin. 

Dania tidak menyangkal kalau Alvin itu tampan dan pebisnis sukses. Tapi dia tidak suka sifat sombong dan dominan pria itu. Kata Arya, Alvin sudah jatuh cinta pada Dania sejak pertama kali berkenalan. Cinta pada pandangan pertama. Memangnya ada? 

"Pa, bisa nggak perjodohan ini dibatalkan? Dania nggak suka sama Alvin," ucap Dania berusaha agar papanya mengerti. 

"Kamu hanya belum kenal saja. Makanya bilang begitu. Satu kali bertemu saat kenalan mana cukup?" 

Justru itu, kesan pertama saja Dania sudah tidak suka, bagaimana berikutnya? Dania bukan orang yang suka menilai, tetapi dia bisa melihat dengan matanya bagaimana pria bernama Alvin itu berbicara dan bersikap.

Dania mengerutkan bibir. Dia selalu tidak bisa membantah titah papanya.

"Akhir pekan ini, kamu diundang ke acara Alvin di vilanya." Papa melempar sebuah undangan. 

Dania hanya melirik sekilas undangan itu. Apa lelaki itu mau sunatan pake acar mengundang dengan kartu seperti itu? 

"Alvin berulang tahun. Ada pesta kecil-kecilan di sana. Dan kamu, kali ini wajib datang. Papa nggak mau mendengar alasan lagi. Bila perlu, papa akan bicara sama atasan kamu untuk membebastugaskan kerjaan kamu di akhir pekan," terang Arya. Ah, papa selalu tak terbantahkan.

Mau tidak mau, Dania meraih undangan itu, dan membukanya. "Pa, ini acaranya menginap. Mana bisa aku ikut?"

"Kamu tidak perlu khawatir, di sana sudah tersedia kamar untuk tamu undangan." 

"Tapi, Pa. Aku nggak kenal siapa pun di sana," bantah Dania.

"Ada Alvin, calon suamimu. Kamu lupa?" 

Dania berdecak sebal. Arya selalu otoriter. Suka memaksakan kehendak. Tidak pernah memikirkan perasaannya. 

"Jangan berusaha mangkir lagi, karena papa akan tahu." 

Untuk kali ini sepertinya Dania menyerah. Tapi menginap di vila? Astaga, bahkan Dania tidak percaya dirinya akan baik-baik saja. Bagaimana bisa papanya malah menyuruhnya pergi? 

*** 

Dania mengempaskan diri di sofa ruang kerja Clara. Kepalanya berdenyut sejak Arya memintanya untuk hadir ke pesta ulang tahun Alvin. 

"Lo kenapa?" tanya Clara bangkit dari kursinya. Muka Dania tampak asam, itu artinya dia sedang bermasalah. "Jangan bilang soal perjodohan itu lagi?" 

"Apa lagi?" Dania mendesah, seraya memijat keningnya sendiri.

Clara memutari meja dan beranjak duduk di sisi sofa yang kosong. "Kencan lagi?" 

"Kali ini undangan ulang tahun di vila akhir pekan nanti. Menginap." 

"Sepertinya itu menarik." Clara malah tersenyum penuh arti. Dania bisa membaca apa yang ada di kepala Clara saat ini. 

"Kalau begitu kalian harus ikut," tembak Dania langsung. 

"Ikut ke mana? Seru nih kayaknya." 

Viona muncul dari balik pintu. "Gue tadi ke ruangan lo, malah lo udah ke sini duluan." Viona menjatuhkan bokongnya ke kursi putar di depan meja kerja Clara.

"Lo juga ikut. Gue nggak mau di sana jadi manusia bego yang nggak kenal siapa-siapa," kata Dania menunjuk Viona.

"Memang mau ke mana, sih?" tanya Viona lagi. 

"Cowok yang dijodohkan sama Dania ngadain pesta ultahnya di vila," jelas Clara membuka tas dan mengambil perlengkapan make up. 

"Wah, aku suka pesta. Tapi kan kita nggak diundang."

"Gue diundang, dan gue bebas bawa siapa pun." Dania mengedipkan matanya. Dia sengaja ingin membuat Alvin sebal karena membawa teman-temannya. 

"Apa enggak apa-apa kalau kita ikut?" tanya Clara memastikan.

"Itu urusan gue." Dania berdiri. "Udah, yuk kita makan siang. Perut gue udah lapar nih."

Clara bergegas menutup bedaknya dan memasukannya ke dalam tas kembali. "Sebentar, girls. Lipstik gue berantakan, nih."

"Sini, sini, gue benerin." Viona melambaikan tangan.

"Enggak, ntar malah tambah rusak." Sekali lagi Clara bercermin.

"Ya, Tuhan, Cla. Kita cuma mau ke kantin perusahaan. Lo ngapain, sih, dandan begitu?" tanyaku bosan. 

"Dandan itu bagi wanita single macam kita penting. Siapa tahu di kantin ada Arjuna mencari cinta. Jadi, kita harus tampil oke setiap saat."

Dania tertawa. "Di kantin itu kalau pun ada Arjuna, bukan mencari cinta. Tapi cari makan. Mereka lagi fokus mengisi perutnya yang lapar karena dihantam kerjaan terus. Boro-boro mencari cinta." Dia makin tergelak. 

"Diam lo, Dan. Lo sih enak hilal jodohnya udah ketahuan. Lah kita?" 

Viona mengangguk mendengar ucapan Clara. "Sambil nyelam minum air kan peribahasanya?"

"Sampai daratan, kembung!" timpal Dania tertawa lagi. Membuat kedua sahabatnya kesal.

Mereka bertiga lantas beriringan menuju lift. 

"By the way. Yang namanya Alvin itu seperti apa, sih? Ada contohnya nggak di kantor ini," tanya Clara menekan tombol pintu lift.

"Kalau di sini kayak siapa, ya?" Mata Dania mengedar. Namun, tidak menemukan padanan yang pas untuk dibandingkan. "Di sini nggak ada. Pokonya Alvin itu, tinggi dengan kulit yang agak kecoklatan, kalau pria kebanyakan matanya kayak elang, dia kayak busur panas. Menusuk dan terkesan suka menelanjangi lawan bicaranya. Sombong pokoknya."

Pintu lift terbuka, dan mereka masuk. "Umur berapa, Dan?" tanya Viona. Kali ini tangannya yang menekan tombol angka di pintu lift. 

"Mungkin sekitar tiga puluhan, entah." Dania mengedikkan bahu. Tidak terlalu peduli. 

"Keren juga, ya. Usia masih tiga puluhan tapi punya kerajaan bisnis. Lo bego kalau nggak terima dia, Dan. Sekarang yang terpenting kan harta dan tahta."

Dania memutar bola mata mendengar argumen Clara. Mungkin bagi sebagian orang benar. Tapi bagi Dania, harta dan tahta bukan di prioritas utama. Dia hanya ingin menikah dengan lelaki yang dia cintai dan mencintainya. Menyayanginya tanpa memandang dirinya siapa. 

"Kalau tampan dan tajir, gue juga mau. Paket lengkap kan?" Viona tertawa. 

Tampan itu relatif. Jika dibandingkan dengan pria yang Dania temui di apartemennya waktu itu, jelas Alvin tidak ada apa-apanya. Pria asing itu seperti jelmaan Dewa. Namun, lagi-lagi setiap manusia memiliki sisi negatif. Pria asing itu mungkin tampan, tipe Dania banget, tapi kalau hobinya mencumbu tak kenal tempat, jelas Dania tidak mau memiliki pasangan seperti itu.

Oh My God. Kenapa dia malah memikirkan pria tak dikenal itu? 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
SyaMeera Rizqi
Mulai penasaran jodoh mereka bertiga, apa jodoh mereka bertiga teman teman Alvin juga hehehe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • My Hottest Man   3. The Hottest Man (18+)

    WARNING 18+ BOCIL MINGGIR DULU HAHA.__________***__________"Happy Birthday!"Ramai. Para wanita dan pria berkumpul di satu table. Ada sebuah surprise party kecil-kecilan di kelab malam ibu kota yang lumayan terkenal. Lagu selamat ulang tahun diremix dengan musik DJ hot di atas stage. Semua orang menari dan berjingkrak.Salah satu wanita yang mendapat kejutan itu hanya bisa menahan haru tak percaya apa yang sudah teman-temannya lakukan."Happy Birthday, Honey!" teriak salah seorang sahabatnya seraya memeluk wanita tersebut. Disusul ucapan teman-temannya yang lain."Terima kasih, gue nggak nyangka kalau kalian akan melakukan ini," ujar wanita itu hampir menangis."Ah, Baby. Ini hal kecil, yang penting lo bahagia," ujar sahabat lainnya lagi."Sekali lagi terima kasih, kalian semua aku traktir minum sepuasnya!" Wanita yang sedang berulang tahun itu berteriak, dan disambut heboh oleh teman-tem

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • My Hottest Man   4. Alvin's Birthday

    Dania dan kedua sahabatnya meluncur ke vila Alvin. Sesuai dengan undangan itu. Mereka pergi menggunakan mobil milik Clara. Lebih praktis berangkat bersama dalam satu mobil.Clara mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Padahal jalanan lumayan ramai. Kebiasaan wanita itu memang sedikit anti mainstream. Viona sampai harus berpegang bangku depan kuat-kuat karena kelakuan Clara ini."Lo nggak bisa jalanin lebih pelan dikit, Cla?!" pekik Viona. "Gue belum kawin, tau!"Clara tertawa tanpa merasa bersalah. "Lo udah kawin, ya,Vi. Nikah yang belum.""Sialan! Gue beneran belum kawin.""Apa perlu gue ingetin Minggu lalu Lo bareng siapa?"Viona berdecak sebal. Dania sendiri hanya bisa memutar bola mata melihat kelakuan mereka."Kecuali Dania yang belum kawin, gue percaya. Dia mau menyerahkan keperawanannya sama suaminya." Lagi-lagi Clara tertawa.Dania mendelik. Ucapan Clara benar, tapi wani

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • My Hottest Man   5. Dinner

    Dania mengerjap. Sementara pria di dekatnya menyeringai. Jujur, Alvin tampan, tetapi menyeramkan. Pria itu tidak sedang berusaha membuat Dania jatuh hati, justru membuat wanita itu merasa takut, dan antipati."Menjauh, Alvin," desis Dania."Enggak. Aku suka dekat denganmu seperti ini." Dia mengeratkan pelukannya pada pinggang Dania.Kekuatan pria ini terlalu besar. Dania tidak sanggup memberontak. Dia harus menunggu kelengahan Alvin."Kamu mau merayakan ultah kamu, kan? Jadi lebih baik lepaskan aku, dan potong kuemu."Alvin tertawa. "Kamu pikir aku anak kecil yang merayakan ulang tahun dengan tiup lilin dan potong kue?"Dania tampak mengernyit. Lalu, apa maksud pria itu?Alvin mengangkat tangan dan membelai pipi Dania. Namun, wanita itu langsung menepisnya."Jaga, tanganmu, Alvin." Dania melotot."Kenapa? Aku cuma ingin membelai pipimu. Gimana kalau aku minta lebih?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-09
  • My Hottest Man   6. Run away

    Dania bergegas menghindari Alvin yang kian mendekat. Otaknya terus berpikir bagaimana cara untuk bisa keluar dari tempat ini. Sialan. Apa yang ada di kepala pria itu sebenarnya?Alvin mengikuti pergerakan Dania."Kamu kenapa lari-lari begitu? Ayo, bekerja sama. Semua akan baik-baik saja."Baik-baik saja? Sejak bertemu dengan Alvin, Dania tidak merasa baik-baik saja. Pria itu membuatnya ketakutan."Jangan mendekat!" jerit Dania. Bola matanya bergerak-gerak mencari sesuatu. "Kamu jangan gila.""Tidak, kalau kamu mau menikah denganku secepatnya." Alvin tersenyum. Dia sangat menikmati wajah panik Dania.Dania terus melangkah mundur seiring langkah Alvin yang semakin maju mendekat. Hingga tubuhnya membentur tepian meja tempatnya makan malam tadi. Ya Tuhan, apa tidak ada yang menolong? Dia ingin menghubungi Clara atau Vio. Namun, tas tangan yang dia bawa bahkan sudah jatuh. Ponselnya ada di tas itu. Dania tering

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-23
  • My Hottest Man   7. Di Vila

    Setidaknya Dania aman di sini. Meskipun pria yang menolongnya asing, tapi ia percaya pria itu tidak akan berbuat macam-macam."Siapa nama lo?" tanya Dania. Pria itu menoleh. Ia lupa mengenalkan diri."Panggil aja gue Martin," jawab pria itu seraya menengok arlojinya. "Sori, gue harus cabut. Lo nggak apa-apa kan gue tinggal dulu? Kalau lo lapar di kulkas ada makanan."Dania hanya mengangguk, dan membiarkan pria bernama Martin itu pergi. Wanita itu menghela napas panjang. Lalu berjalan menuju salah satu kamar yang ada di vila tersebut."Jadi, pria tampan dan mesum itu bernama Martin," gumamnya duduk di tepian ranjang yang ada di kamar.Dia sedikit heran dengan Martin. Pria itu kenapa mempercayainya? Apa pria itu tidak takut Dania akan merampok vilanya ini? Untuk seseorang yang baru pertama kali kenal, Martin terlalu baik kalau menurut Dania. Whatever, yang penting Dania bisa lepas dari Alvin.Alvin? Bagaimana nasib pria itu?

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-24
  • My Hottest Man   8. Apartemen Clara

    Sekitar dua jam menempuh perjalanan, Martin membelokan arah mobilnya ke jalan menuju apartemen Dania. Tanpa wanita itu menyebutkan alamat, Martin tahu. Dia sadar dari awal bahwa Dania adalah wanita yang pernah dia temui secara tak sengaja di lift apartemen ini."Kita mau ke mana?" tanya Dania. Tujuan mereka benar, seandainya Dania tidak memiliki masalah. Tapi Dania tidak ingin kembali ke apartemennya."Ke apartemen lo, Episentrum kan?"Dania menggeleng. "Nggak. Kita akan ke apartemen lain. Tolong, arahkan mobilnya ke Semanggi.""Jadi, di episentrum bukan apartemen lo?" tanya Martin menuruti permintaan Dania."Itu apartemen gue. Cuma gue lagi nggak ingin pulang ke sana."Martin mengangguk dan membelokkan mobilnya ke arah yang Dania maksud tanpa banyak bertanya lagi. Sesampainya di depan gedung apartemen kawasan Petamburan itu, Dania meminta Martin menghentikan laju mobil."Punya sodara lo?" tanya Martin ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • My Hottest Man   9. Saran Clara

    Dua hari menginap di apartemen Clara memang aman, tapi tidak untuk hari ini. Di luar, tepatnya di depan pintu unit, ada tiga orang laki-laki bertubuh besar. Dari tadi orang itu menekan bel pintu. Dania bisa melihat mereka dari kamera pemantau, sebelum bergerak membuka pintu. Untungnya dia melihat dulu siapa orang yang datang itu. Kalau tidak, tamatlah riwayatnya. Dania menduga itu adalah orang-orangnya Alvin.Dania gelisah dan berjalan mondar-mandir di ruang tengah. Bunyi bel masih beberapa kali terdengar. Dia mengabaikan dengan hati was-was. Bagaimana seandainya orang itu nekat menerjang pintu itu? Tidak, apartemen ini dilengkapi peralatan keamanan canggih. Orang-orang itu tidak akan mudah menerobos masuk secara paksa."Cla, orang-orang Alvin ada di depan apartemen," ucap Dania dengan nada pelan. Dia sedang menelepon Clara."Sial. Kenapa sih lo harus nyeret gue dalam masalah lo?" umpat Clara di ujung sana."Mereka nggak bakal masuk 'kan

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • My Hottest Man   10. Sonia si pengganggu

    Papa pikir kamu nggak akan berani muncul?" Arya menenggelamkan kedua tangan pada saku celananya."Aku nggak salah, Pa. Makanya aku pulang," jawab Dania datar."Nggak salah kamu bilang? Kamu sudah bikin kepala Alvin bocor." Mata Arya melotot. "Dan kamu tahu? Kamu itu buronan. Kamu masuk daftar DPO. Pulang artinya kamu nyerahin diri."Mata Dania melebar, tangannya berpegang erat pada sandaran sofa. Dengan gusar dia menatap sang ibu."Ma, apa itu benar?"Tak perlu menunggu jawaban. Dari raut yang ditunjukkan Niken, Dania tahu berita itu memang benar. Apa yang harus dia lakukan sekarang?"Pa, Dania nggak salah. Alvin mau memperkosaku. Yang aku lakukan hanya untuk membela diri," sanggah Dania membela diri."Apa pun itu alasannya, Dania. Bukti kamu mencelakai Alvin itu ada."Dania menggigit bibir. Apa keputusannya salah sudah kembali ke rumah?Arya beranjak dan duduk di sofa sebera

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28

Bab terbaru

  • My Hottest Man   91. Janji Dania

    Liam langsung menyambut kedatangan Dania dan Alvin. Dia berlari-lari kecil dan menghambur ke pelukan Dania. Menjelang siang, Dania baru pulang dari hotel. Ya, apa lagi kalau bukan karena menuruti kemauan Alvin yang minta nambah lagi dan lagi."Anggap saja ini bulan madu kedua."Itu jawaban yang lelaki itu berikan ketika Dania protes lantaran Alvin yang sepertinya belum juga bosan menggempurnya. Padahal kaki Dania sudah tidak sanggup berdiri."Maafin, Mama. Pulang telat. Liam udah makan?" tanya Dania mencium pipi chubby anaknya."Mamam dah.""Pinter anak Mama.""Anak Papa juga dong," sambar Alvin mengusap rambut tebal Liam."Oh iya anak Papa juga."Mereka beriringan menuju ruang tengah. Dengan masih memangku Liam, Dania duduk di sofa ruang tengah."Honey, kamu lapar enggak?" tanya Alvin beranjak menuju dapur."Setelah kamu kuras habis tenagaku masih perlu

  • My Hottest Man   90. Janji Alvin (18+)

    "Congrats buat Dania dan Alvin. Moga kalian langgeng dan bahagia," seru Clara mengacungkan gelas minumannya, disusul gelas-gelas lainnya."Akhirnya kita bisa nyeret Dania ke kelab lagi, yuhuuuuu!" teriak Viona, di sisinya ada Bernard, pria yang disewanya untuk menemani minum.Clara lebih memilih duduk sendiri dan mengabaikan godaan para pria yang sesekali menghampirinya."Pantas saja. Laki lo tuh," ujar Viona mengarahkan pandangannya ke pintu masuk.Clara mengikuti arah pandang Dania dan menemukan pria bermata biru tampak melambai padanya. Arnold. Sontak senyum Clara mengembang."Selamat malam, Cinta," sapa Arnold mencium pipi Clara. "Wow, formasi kalian lengkap lagi ternyata," ucapnya melihat keberadaan Dania dan juga Viona."Kita sedang merayakan kebahagiaan Dania. Kamu mau minum?" sahut Clara menawarkan gelasnya."Tentu, Sayang." Arnold meraih gelas yang Clara angsurkan. Mata pria itu tak l

  • My Hottest Man   89. I Miss You too, Husband

    Alvin bergerak dengan mata yang masih terpejam. Beberapa detik kemudian tangannya terangkat mengucek mata. Sedikit mengerjap untuk menormalkan penglihatannya. Baru kemudian dia menoleh ke sisi kiri, dan matanya langsung bertemu pandang dengan mata Dania."Honey, kamu bangun?"Kata-kata pertama yang keluar dari mulut Alvin membuat Dania tercekat. Alvin menyebutnya apa tadi? Honey?"Liam juga bangun?" Lelaki itu menoleh ke ranjang tidur anaknya.Dania belum menjawab atau pun meluncurkan kata-kata. Hatinya terlalu bahagia.Lelaki itu menatap kembali kepada Dania yang tampak masih terbengong."Honey, are you okay? Kamu nggak senang aku datang?" tanya Alvin lembut.Dania kontan memejamkan mata. Merasakan kata-kata Alvin yang masuk ke telinganya dan menyebar memenuhi sanubarinya yang mendadak hangat."A-Alvin ... maafkan aku ...." Air matanya yang menggenang akhirnya terjatuh."Sst

  • My Hottest Man   88. Liam Sakit

    Dania bergegas ke kamar Liam. Anak itu sedang ditimang-timang pengasuhnya. Dia cepat-cepat mengambil alih Liam dari gendongan wanita itu."Panasnya belum turun, Mbak?" tanya Dania."Belum, Bu."Dania terpaksa meminta izin pulang lebih cepat karena Liam dari kemarin demam. Tadi pagi demam anak itu sudah turun. Oleh karena itu Dania memutuskan masuk kerja. Namun, siang tadi pengasuh Liam menelepon kalau demam anak itu meninggi lagi."Tolong siapkan perlengkapan Liam, ya, Mbak. Kita ke poliklinik.""Baik, Bu." Wanita muda yang memakai seragam baby sitter itu segera berbenah.Dania paling tidak bisa melihat anaknya sakit. Kalau disuruh memilih mending dia saja yang sakit. Mereka langsung masuk ke taksi yang sudah menunggunya.Poli anak tidak terlalu ramai ketika Dania sampai. Hanya beberapa pasien yang menunggu. Jadi, dia tidak terlalu lama menunggu.Dania bersyukur karena tidak ada penyakit yang

  • My Hottest Man   87. Dia Kembali

    "Ini kok lama-lama perusahaan udah kayak bola aja ya, lempar sana sini. Heran gue. Belum juga genap tiga tahun udah pindah tangan aja," ujar Clara.Dia dan kedua sahabatnya, sedang berjalan bersama menuju aula untuk sosialisasi owner baru perusahaan.Viona tertawa. "Alex menjual sahamnya karena hatinya udah dipatah-patahin dengan kejam sama temen lo."Dania di sebelahnya berdecak, tahu siapa yang Viona maksud."Hm, kasian juga si Alex sih. Kenapa sih lo nggak mau terima dia lagi? Dia itu pria tertampan sejagad. Apa lagi lo mantannya. Nggak akan sulit gue rasa." Clara mencolek lengan Dania yang masih dengan tenang mendengar ocehan kedua sahabatnya."Iya, lagi pula Liam kan butuh bapak. Kasihan dong kalau ketemunya cuma kita-kita aja," imbuh Viona.Ketiganya memasuki lift begitu pintu silver itu terbuka. Clara menekan tombol lantai tujuan mereka."Kalian pada gila apa gimana sih? Gue itu masih istriny

  • My Hottest Man   86. Kesempatan (18+)

    Dania menggeram ketika melihat Alex datang ke rumahnya membawa sebuah bingkisan. Apa lagi isinya kalau bukan mainan untuk Liam, putranya. Padahal baru kemarin kurir mengantar paket berisi kebutuhan Liam dan mainan untuk anak itu."Jangan beli mainan terus. Kamu tau, semua akan jadi sampah kalau dia sudah besar," ujar Dania protes."Hanya sesekali, Sayang." Alex tersenyum kepada bayi berusia satu tahun di hadapannya.Dania terlalu capek untuk meminta Alex menjauhinya. Pria itu tidak pernah kapok bertandang ke rumahnya."Tapi, kamu baru kemarin mengirimi Liam hadiah, Tin. Dia baru setahun, belum butuh itu," omel Dania seraya membereskan mainan anaknya yabg berantakan."Kemarin kapan? Aku baru kali ini kasih Liam mainan, Dania," ujarnya tak peduli sambil terus mengajak Liam bermain.Dania menoleh sesaat. Kebiasaan sekali suka menyangkal. Sering tidak mengakui perbuatannya kalau Dania sudah mengomel.Dania be

  • My Hottest Man   85. Kontraksi

    Dania baru saja mengisi aplikasi pengajuan cuti ketika perutnya merasakan nyeri. Sebenarnya tadi pagi dia sempat melihat ada bercak darah di celana dalamnya. Namun, dia tidak terlalu khawatir karena tidak ada reaksi apa pun pada perutnya. Hanya sesekali merasa kencang di perut bagian bawahnya. Dania meraba perutnya. Apakah sekarang sudah waktunya? Menurut dokter, hari perkiraan lahirnya masih dua minggu lagi. Dania menggeleng. Mungkin ini hanya kontraksi palsu.Dania bergegas membereskan meja kerjanya. Dia harus cepat sampai rumah agar bisa segera istirahat. Clara sedang bertemu klien di luar, sementara Viona menemani Pak Robbi meeting. Jadi, Dania terpaksa pulang sendiri.Nyeri pada perutnya makin sering terjadi. Hanya jeda beberapa menit lantas rasa sakit itu muncul lagi. Dania makin yakin kalau ini bukanlah kontraksi palsu.Dia memeluk perutnya erat-erat ketika sedang menunggu lift terbuka. Matanya memicing menikmati gelombang cinta yang tim

  • My Hottest Man   84. Cukup Sampai di Sini

    Dania menghela napas panjang beberapa kali ketika lagi-lagi Alex datang menjenguknya di rumah sakit. Kali ini pria itu membawa sekotak kue balok cokelat lumer. Ini sudah hari kelima Dania berada di rumah sakit. Setiap malam Clara dan Viona bergantian menjaganya. Dan, Alex biasanya akan datang menjelang makan siang tiba."Lihat, Sayang, apa yang aku bawa." Alex membuka kotak itu. Menunjukkan kue cokelat berbentuk balok kecil-kecil dengan lelehan cokelat yang melumer di tengahnya. Terlihat menggiurkan. "Baby pasti suka. Kamu coba, ya." Alex masih saja bersikap baik dan manis kendati Dania tidak pernah bersikap sebaliknya. Dia mengambil satu potong kue dan menyodorkannya pada Dania.Dania menatap kue itu sesaat sebelum menatap pria di hadapannya yang kini tengah tersenyum manis. Senyum yang tak pernah lekang oleh waktu. Ketampanan Alex memang luar biasa, apa lagi saat tersenyum seperti itu. Dulu Dania selalu bergetar ketika Alex bersikap manis seperti ini. Nam

  • My Hottest Man   83. Perhatian Alex

    Tawaran Alex agar Dania mau menikah dengannya terus terngiang. Meski Dania tidak bisa menjawab apa-apa, tetapi hatinya sedikit terusik. Sudah hampir enam bulan suaminya pergi. Tinggal beberapa bulan anaknya akan lahir. Namun, kabar dari Alvin tidak pernah dia terima."Alvin, sebenarnya kamu di mana? Aku minta maaf."Kembali air matanya merembes. Tidak ada yang tahu kepiluan Dania setiap malam. Hanya doa yang bisa dia lakukan, berharap di mana pun Alvin berada, lelaki itu akan baik-baik saja.Dania pikir hanya hari itu saja Alex datang menemuinya. Namun, hari berikutnya dan berikutnya pria itu selalu menyambangi kantornya. Dania mulai bosan mengusir mantan pacarnya itu. Namun, pemilik perusahaan tempatnya bekerja itu tak pernah berhenti datang. Jika bukan sosoknya yang datang, maka Alex akan mengirimkan makanan untuk Dania.Seperti siang ini. Dania meletakkan sebuah kotak makan tepat di kedua sahabatnya."Makan gih, Cla,"

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status