Evangeline dan Devan sudah berada di bandara pada esok harinya, mereka akan pergi ke Rio sesuai dengan rencana semula.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Devan seraya menggenggam telapak tangan Evangeline.
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja." Evangeline mengulas senyum.
Mereka bersiap masuk ruang tunggu, hingga suara memanggil membuat keduanya menghentikan langkah.
"Angel!"
Catherine tampak berjalan cepat untuk menghampiri Evangeline dan Devan. Wanita itu langsung tersenyum hangat melihat Devan dan Evangeline mau berhenti.
"Aku datang ke hotel, katanya kalian sudah check out, makanya aku buru-buru pergi ke sini," kata Catherine.
"Ya, ada apa?" tanya Evangeline.
"Aku hanya ingin menyampaikan terima kasih, Radhika tahu kalau kamu tidak mau menemuinya. Karena itu aku datang untuk menyampaikan terima kasih dan maaf secara pribadi," ujar Catherine menjelaskan maksud kedatangannya.
Evangeline tersenyum hangat, hingga memeluk Ca
Devan dan Evangeline sudah sampai di Rio, mereka langsung memesan hotel yang tepat menghadap pantai."Akhirnya sampai juga." Evangeline langsung merebahkan tubuh dengan mata terpejam."Lelah!" Devan ikut berbaring di sebelah Evangeline.Evangeline membuka mata dan menatap pada Devan. Ia mengangkat kepala dan memosisikan kepala berbantal lengan Devan."Aku lelah, tapi juga lapar," ujar Evangeline manja.Meski baru saja mengalami hal yang tak mengenakkan, tapi sepertinya semua itu sudah berlalu untuk Evangeline."Mau jalan-jalan sekalian cari makan?" tanya Devan dengan tangan yang mengusap lembut rambut Evangeline.Evangeline mengangguk dengan senyum lebar, hingga kemudian memilih bangun dan berganti pakaian untuk keluar bersama Devan.--Mereka mencari makanan di sekitar pantai, tidak ke restoran mewah, hanya menikmati sajian seperti warga lokal pada umumnya.Evangeline terus mengulas senyum, merangku
Evangeline menggerakkan kelopak mata, hingga mengusap rambut bagian depannya. Ia terbangun dengan tubuh polos dan hanya berpenutup selimut sebatas dada, meraba sisi ranjang yang kosong dan tak mendapati siapa yang dicari."Van!" panggil Evangeline yang tidak mendapati sang suami di kamar.Evangeline pun memilih memunguti dan memakai pakaian, lantas berjalan keluar dari kamar karena bisa menebak di mana Devan sekarang.Benar saja, Devan tengah berada di ruang kerja dan sedang fokus dengan laptop."Sudah malam, kenapa masih bekerja?" tanya Evangeline berjalan menghampiri Devan."Kamu terbangun." Devan langsung menatap ke arah Evangeline dengan seutas senyum.Evangeline tersenyum kecil, kemudian berdiri di samping kursi Devan dan satu tangan memegang sandaran kursi."Proyek mana ini?" tanya Evangeline ketika melihat data yang tengah dilihat Devan."Pembangunan apartemen yang kita dapat dua bulan lalu. Ada masalah di pendanaan, aku
Sudah beberapa hari semenjak Evangeline dan Devan pulang dari Rio. Evangeline sendiri masih tidak tahu alasan Radhika mengubungi karena sampai sekarang tidak lagi menelpon, Evangeline hanya berharap agar itu bukanlah hal yang buruk.Evangeline baru saja selesai mengerjakan beberapa berkas, tampak merapikan karena sebentar lagi harus makan siang.Ponsel Evangeline berdering, nama Milea terpampang di sana."Halo, Lea. Ada apa?" tanya Evangeline begitu menjawab panggilan itu."Angel, bisa bantu aku jemput Ica. Aku masih di rumah sakit untuk periksa kandungan, sedangkan ini masih mengantri." Suara Milea terdengar dari seberang panggilan."Oh, tentu. Aku akan menjemputnya."Setelah bicara dengan Milea, Evangeline pun mengakhiri panggilan. Ia membawa berkas ke ruang Devan sekalian meminta izin.TOK! TOK! TOK!"Masuk!"Begitu suara Devan terdengar mempersilahkan, Evangeline pun membuka pintu dan berjalan masuk. Ia meletakkan be
Devan mempersiapkan pesta yang dijanjikan untuk Evangeline. Meminta Sonia untuk mempersiapkan segalanya, Devan ingin memberikan kejutan pada Evangeline."Kenapa wajahmu masam seperti itu?" tanya Milea ketika melihat Evangeline yang tak bersemangat."Aku sedang kesal!" gerutu Evangeline. Ia mengaduk kasar jus jeruk yang dipesan.Milea menahan tawa melihat sikap Evangeline, hingga kemudian kembali bertanya, "Memangnya kenapa kesal, hah?"Evangeline menyedot jus, kemudian menjawab, " Kamu tahu, dia ada rapat siang ini, tapi tidak mengajakku. Bukankah dia aneh, aku sekretarisnya, bagaimana bisa dia tidak mengajakku rapat." Evangeline bicara sambil menepuk dada karena kesal."Ya, dia 'kan ada Danny, asistennya. Ya, ambil positifnya saja, mungkin nggak mau kamu kecapekan," ujar Milea mencoba menenangkan hati Evangeline.Entah kenapa Evangeline tetap saja merasa kesal, biasanya dia tidak mempermasalahkan tapi hari ini rasanya dia ingin marah. Evang
Evangeline begitu terkejut ketika Danny membawanya ke sebuah hotel, bahkan langsung mengajaknya pergi ke kamar yang ada di lantai 8."Kenapa kamu mengajakku ke hotel? Apa Devan ada masalah di sini?" tanya Evangeline yang begitu kebingungan.Danny menghentikan langkah ketika mereka sudah sampai di depan salah satu kamar. Ia membuka pintu dan mempersilahkan Evangeline untuk masuk."Ap-apa ini? Kamu tidak menjawab dan sekarang memintaku masuk?" Evangeline masih tak mengerti.Danny menarik napas panjang, hingga kemudian menjawab, "Pak Devan ingin Anda didandani secantik mungkin, mengingat malam ini adalah malam pesta perayaan pernikahan kalian.""Hah!" Evangeline terkejut dengan mulut menganga.Evangeline melongok ke kamar yang dibuka oleh Danny, di sana sudah ada dua orang wanita yang sedang menyambut kedatangannya, bahkan melihat sebuah gaun yang terpajang di manikin."Jadi, ini yang dilakukannya seharian ini?" tanya Evangeline pada Dan
Devan dan yang lain langsung membawa Evangelina ke rumah sakit, sedangkan acara masih dilanjut sampai selesai agar tidak mengecewakan para tamu."Bagaimana keadaannya?" tanya Sonia yang baru saja datang bersama Jordan dan Milea.Tentu saja Sonia sangat mencemaskan menantunya itu, apalagi selama ini Evangeline dikenal sebagai wanita yang rajin dan pekerja keras."Dokter masih memeriksanya," jawab Devan menatap pintu ruang pemeriksaan dengan perasaan cemas.Devan menoleh ke arah Radhika yang juga ada di sana bersama keluarganya, hendak bertanya apakah Evangeline mengidap penyakit atau sejenisnya."Apa Ivi pernah sakit parah sebelumnya?" tanya Devan yang cemas sebab Evangeline tiba-tiba pinsan."Tidak, dia tidak memiliki riwayat sakit parah. Atau dia--" Radhika menjeda ucapannya, mengingat akan sesuatu di mana kejadian ini pernah terjadi sebelumnya."Atau apa?" tanya Devan semakin cemas.Baru saja Radhika akan membuka mulut untuk
Devan menatap Evangeline yang masih berbaring dan sudah dipindahkan ke ruang inap. Wanita itu masih melakukan perawatan karena tekanan darah rendah dan juga kekurangan cairan. Devan merasa bahagia karena akhirnya Evangeline bisa hamil, dan dirinya akan memiliki bayi mungil.Beberapa saat berlalu, Evangeline mulai menggerakkan kelopak mata. Devan yang melihat akan hal itu pun langsung bangkit dari duduk, berpindah ke tepian ranjang Evangeline."Hai, bagaimana perasaanmu?" tanya Devan seraya mengusap wajah Evangeline."Hmm ... sedikit pusing," jawab Evangeline lirih. Kelopak mata masih terasa berat untuk dibuka.Devan terus mengusap wajah Evangeline, bahkan mengecup kening istrinya itu."Aku mengacaukan pesta, ya?" tanya Evangeline yang merasa bersalah karena mengacaukan pesta kejutan dari Devan."Tidak, kamu tidak mengacaukan. Kamu malah memberikan hadiah yang sangat berharga untukku," jawab Devan dengan tatapan penuh kasih sayang.
Devan tak mengizinkan Evangeline pergi ke perusahaan sebelum kondisi tubuh benar-benar sehat. Bahkan sampai membawa pekerjaan ke rumah, hanya untuk menemani Evangeline."Van, kamu nggak harus gini juga." Evangeline menatap Devan yang tengah fokus dengan laptop."Gini gimana?" tanya Devan santai."Kamu nggak perlu di rumah, aku juga mau kerja. Aku bosan di rumah," keluh Evangeline.Devan menghentikan gerakan jari yang ada di atas keyboard laptop, lantas menoleh hingga mengusap kepala Evangeline yang bersandar di lengan."Aku cuma nggak mau kamu kecapean," ujar Devan. Pria itu hanya takut kalau Evangeline terlalu lelah da kemudian mempengaruhi kondisi janin. Ia hanya tak ingin Evangeline mengalami hal yang sama seperti saat mengandung anak Radhika..Apa yang dilakukan Devan sekarang bukan hanya sebuah ucapan semata. Ia sampai meminta pengurus rumah untuk membersihkan kamar mandi setelah dipakai, memastikan tidak ada air yang menggenang di lant