“Tama bilang katanya temen-temen Kakak bakal ngadain reuni. Kakak boleh ikut gak?” tanya Sagara.
Gistara membenarkan letak selimut untuk menutupi tubuh polos mereka. Sagara benar-benar meminta jatahnya malam ini. Keinginan Sagara tidak bisa ditolak oleh Gistara.
“Boleh.”
Sagara menatap istrinya tidak percaya. Kenapa Gistara mudah sekali memberinya izin? “Kamu gak larang Kakak buat ikut itu? Padahal Kakak berharap kamu larang.”
Gistara menatap Sagara dengan bingung. Suaminya kenapa berharap dia tidak memberi izin, padahal acara reuni adalah acara paling ditunggu, karena kita bisa bertemu dengan teman-teman lama dan bercerita banyak hal.
“Kenapa sih? Kakak bisa ketemu temen-temen Kakak lagi, cerita banyak hal. Kalau aku seneng ketemu temen-temen lama.”
Sagara mengelus punggung Gistara yang polos. “Males aja, mending di rumah sama istri. Kelonan.”
“Sama istri bisa setiap h
Sagara sedang mendengarkan Tama yang bercerita tentang rencananya ingin menikahi kekasihnya. Pria itu berencana menikahi kekasihnya tahun depan. Dia masih menyakinkan dirinya. Siapkah dia menikah dengan kekasihnya. Menjadikannya wanita satu-satunya dihidupnya yang dia cintai.Melihat Sagara yang bahagia dengan pernikahannya membuatnya terketuk untuk menikah lebih cepat dari rencananya. Karirnya sudah bagus, gajinya sebagai sekretaris Sagara lebih dari cukup.Satu yang Tama rasa kurang. Keluarga, kedua orangtuanya meninggal saat dia sedang sibuk dengan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswa. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan beruntun di tol setelah berlibur.Ayahnya bukan seorang pengusaha. Ayahnya seorang manager di salah satu perusahaan. Sedangkan ibunya merupakan seorang guru di taman kanak-kanak. Kedua orangtuanya hanya meninggalkan rumah dan mobil untuk Tama.Pria itu tidak memiliki saudara kandung karena rahim ibunya yang lemah se
Sagara duduk di ruang kerjanya. Setelah perkataan istrinya tentang ‘burung murahan’ Sagara meminta haknya. Sekarang istrinya sedang tertidur selagi menunggu istrinya bangun, Sagara akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan istrinya.Bohong kalau Sagara akan menuruti keinginan istrinya untuk tidak mencari tahu apa yang terjadi. Saat memutuskan untuk menikah dengan istrinya Sagara berjanji untuk melindunginya bahkan jika berbohong dengan istrinya dia bisa tahu siapa orang yang akan menyakiti istrinya, Sagara akan lakukan itu.Ketukan pintu membuat Sagara mengalihkan perhatiannya dari laptop yang sedang menyala. Di laptop itu terdapat rekaman cctv dari segala penjuru rumahnya.“Bapak cari kami berdua?” tanya Riya saat sudah dipersilahkan memasuki ruangan Sagara.“Iyaa. Kalian boleh duduk.”Keduanya duduk dengan tegang. Riya dan Nina saling melirik, ada apa gerangan majikan mereka memanggil mereka.Riya dan
Sagara mengumpat kepada Tama yang memaksanya untuk ikut ke acara reuni. Pria berkulit tan itu ingin ikut tapi dia tidak mau seorang diri. Dia ingin mengajak kekasihnya tapi kekasihnya tidak mau jika Sagara dan Gistara tidak ikut. Benar-benar memusingkan.“Berdua aja sama pacar lo sana. Gue males ikut acara kaya gitu, bukannya acara mengenang masa sekolah tapi malah jadi ajang pamer harta.”Sagara ingat betul, saat terkahir kali dia ikut reuni dengan teman-teman semasa sekolahnya itu. Mereka semua membanggakan harta mereka dan dengan sombongnya memamerkan barang-barang yang mereka pakai.Sagara memang dari kalangan atas tapi jika memamerkan harta Sagara tidak suka. Bukan karena hartanya tidak sebanyak mereka, tapi karena dia menjaga hati teman-temannya yang berasal dari kalangan bawah. Teman Sagara ada yang berasalh dari kalangan bawah. Hanya yang memiliki mental baja yang ikut acara reuni itu.“Banyak alasan. Pokoknya lo wajib ikut. Biar
Nesa tersenyum sinis dibalik maskernya saat melihat Sagara dan Gistara memasuki bar yang sudah di pesan oleh mantan ketua angkatannya. Nesa tidak bergabung bersama teman-temannya karena dia ada urusan yang jauh lebih penting dari berkumpul bersama teman-temannya.“Jadi gimana rencana lo?” tanya Bram. Keduanya memperhatikan Sagara dan Tama yang tertawa menonton teman-teman mereka bermain game.“Lo kasih ini ke Gara, ini no alkohol jadi dia bisa minum.”“Lo masih cinta sama dia?” tanya Bram.Pria itu tahu sejak dulu Nesa sangat mencintai Sagara. Tapi pria dingin itu seolah tidak peduli dengan perasaan Nesa membuat Bram kasihan dengan wanita itu. Bram pikir tidak masalah membantu temannya kali ini saja. Meskipun nanti mereka melukai hati istri Sagara.Melihat Gistara yang cantik. Dia pikir dia bisa menerima seorang janda. Dia yakin Gistara sangat polos. Bram bisa melihat dari tatapan wanita itu. Memikirkan itu membu
Nesa tersenyum sinis melihat kedatangan Gistara. Melihat wajah Gistara yang pucat memperhatikan dirinya dan Sagara dalam selimut membuat Nesa puas.“Apa yang kamu lakukan?!” jerit Gistara. Dia berusaha menarik tangan Nesa untuk bangun.“Lo mau liat gue naked? Oke!”Kristina menutup mata Tama saat keduanya mendengar perkataan Nesa. Kristina dan Gistara membuang pandangannya saat Nesa benar-benar beranjak dari tidurnya.Gistara mengepalkan tangannya. Wanita itu berjalan menuju Nesa yang sedang berpakaian. Tangan wanita itu melayang menarik rambut Nesa dengan kuat. Belum puas dengan itu, Gistara menendang kaki Nesa.“Saya gak tau kenapa Tuhan menciptakan wanita hina seperti kamu di dunia ini! Dasar wanita murahan!” teriak Gistara.Nesa meringis memegang kepala dan kakinya yang berdenyut. Dia tidak tahu kalau Gistara yang terlihat lembut memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.“Gadis miskin, lo nga
Sarapan pagi ini terasa menegangkan. Para asisten rumah tangga yang menyiapkan sarapan yakin kalau kedua majikannya sedang ada masalah.Ari, satpam rumah keluarga Sagara memberitahu para pembantu kalau kedua majikan mereka pulang pukul setengah dua pagi. Bukan karena pulang pagi yang menjadi masalah tapi respon keduanyalah yang menjadi masalah.Sagara dan Gistara akan membuka jendela mobil jika mereka memasuki erkarangan rumah, kemudian menyapa satpam dan memberikan makanan untuknya. Tapi pagi tadi Sagara tidak melakukan itu.Sagara yang sering kali memperlihatkan kemesraan dengan Gistara, semalam juga berbeda. Keduanya hanya saling diam. Tidak ada adegan romantis seperti di sinetron, dimana pemeran pria membukakan pintu untuk wanitanya. Semalam terasa menegangkan.“Riya, tolong masukin ke tempat bekal saja ya sarapan saya. Saya buru-buru.” Gistara menyingkirkan sarapan yang telah dia letakkan di atas piringnya.Gistara menutup mulutnya
Tempat angkringan bakso itu terlihat ramai. Banyak pembeli yang mengantri untuk mendapatkan bakso yang terkenal murah itu. Bertempat di depan salah satu Univeristas terbaik di Bandung membuat bakso itu terkenal. Bukan hanya tempatnya yang strategis tapi juga rasanya yang lezat.Gistara dan kedua sahabatnya menikmati bakso itu dalam diam. Setelah mengajar, Gistara tiba-tiba mengajak ketiga temannya untuk membeli bakso langganan mereka. Willi yang tidak ada jam mengajar menyetujui, sedangkan Kristina dia harus merayu kekasihnya dulu untuk mengizinkan dia kepada kepala devisi.“Kalau bukan pacar, gak mau aku nolongin kamu Yang,” kata Tama tadi saat dia selesai meminta izin kepada kepala devisi.“Panas-panas gini, tumben lo mau bakso,” celetuk Kristina. Memberikan sambal dan kecap ke dalam mangkuk bakso.“Gak tau pingin aja. Lagian udah lama kita gak makan bareng kaya gini.”Gistara mencoba kuah bakso yang sudah dia
Warning!Mengandung Adegan Dewasa.***Beni memperhatikan Nesa yang berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Nesa mengirim pesan setengah jam yang lalu. Wanita itu mengajaknya untuk makan siang bersama.Nesa membuka pintu mobil dengan perlahan. “Lo kenal sama bokap gue?” tanya Nesa tiba-tiba.“Gue tahu bokap lo.” Beni menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan Bramantas’ School.“Bukan itu yang gue tanyain. Lo deket atau enggak sama bokap gue. Karena dia bilang ke gue kalau dia mau ngomong sesuatu sama lo.”Nesa memincingkan matanya menatap Beni. Dia tidak tahu kalau papanya kenal dengan Beni. Karena selama ini, dia tidak pernah membawa Beni ke hadapan kedua orangtuanya. Sedangkan Beni menghembuskan nafasnya, berusaha menghilangkan kegugupannya.“Gue pernah sekali ketemu bokap lo, saat nganter lo dari acara reuni. Bokap lo nanya-nanya biasa, kayak kerjaan gue apa. Terus gue bil