Sagara sedang mendengarkan Tama yang bercerita tentang rencananya ingin menikahi kekasihnya. Pria itu berencana menikahi kekasihnya tahun depan. Dia masih menyakinkan dirinya. Siapkah dia menikah dengan kekasihnya. Menjadikannya wanita satu-satunya dihidupnya yang dia cintai.
Melihat Sagara yang bahagia dengan pernikahannya membuatnya terketuk untuk menikah lebih cepat dari rencananya. Karirnya sudah bagus, gajinya sebagai sekretaris Sagara lebih dari cukup.
Satu yang Tama rasa kurang. Keluarga, kedua orangtuanya meninggal saat dia sedang sibuk dengan tugas akhirnya sebagai seorang mahasiswa. Kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan beruntun di tol setelah berlibur.
Ayahnya bukan seorang pengusaha. Ayahnya seorang manager di salah satu perusahaan. Sedangkan ibunya merupakan seorang guru di taman kanak-kanak. Kedua orangtuanya hanya meninggalkan rumah dan mobil untuk Tama.
Pria itu tidak memiliki saudara kandung karena rahim ibunya yang lemah se
Sagara duduk di ruang kerjanya. Setelah perkataan istrinya tentang ‘burung murahan’ Sagara meminta haknya. Sekarang istrinya sedang tertidur selagi menunggu istrinya bangun, Sagara akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan istrinya.Bohong kalau Sagara akan menuruti keinginan istrinya untuk tidak mencari tahu apa yang terjadi. Saat memutuskan untuk menikah dengan istrinya Sagara berjanji untuk melindunginya bahkan jika berbohong dengan istrinya dia bisa tahu siapa orang yang akan menyakiti istrinya, Sagara akan lakukan itu.Ketukan pintu membuat Sagara mengalihkan perhatiannya dari laptop yang sedang menyala. Di laptop itu terdapat rekaman cctv dari segala penjuru rumahnya.“Bapak cari kami berdua?” tanya Riya saat sudah dipersilahkan memasuki ruangan Sagara.“Iyaa. Kalian boleh duduk.”Keduanya duduk dengan tegang. Riya dan Nina saling melirik, ada apa gerangan majikan mereka memanggil mereka.Riya dan
Sagara mengumpat kepada Tama yang memaksanya untuk ikut ke acara reuni. Pria berkulit tan itu ingin ikut tapi dia tidak mau seorang diri. Dia ingin mengajak kekasihnya tapi kekasihnya tidak mau jika Sagara dan Gistara tidak ikut. Benar-benar memusingkan.“Berdua aja sama pacar lo sana. Gue males ikut acara kaya gitu, bukannya acara mengenang masa sekolah tapi malah jadi ajang pamer harta.”Sagara ingat betul, saat terkahir kali dia ikut reuni dengan teman-teman semasa sekolahnya itu. Mereka semua membanggakan harta mereka dan dengan sombongnya memamerkan barang-barang yang mereka pakai.Sagara memang dari kalangan atas tapi jika memamerkan harta Sagara tidak suka. Bukan karena hartanya tidak sebanyak mereka, tapi karena dia menjaga hati teman-temannya yang berasal dari kalangan bawah. Teman Sagara ada yang berasalh dari kalangan bawah. Hanya yang memiliki mental baja yang ikut acara reuni itu.“Banyak alasan. Pokoknya lo wajib ikut. Biar
Nesa tersenyum sinis dibalik maskernya saat melihat Sagara dan Gistara memasuki bar yang sudah di pesan oleh mantan ketua angkatannya. Nesa tidak bergabung bersama teman-temannya karena dia ada urusan yang jauh lebih penting dari berkumpul bersama teman-temannya.“Jadi gimana rencana lo?” tanya Bram. Keduanya memperhatikan Sagara dan Tama yang tertawa menonton teman-teman mereka bermain game.“Lo kasih ini ke Gara, ini no alkohol jadi dia bisa minum.”“Lo masih cinta sama dia?” tanya Bram.Pria itu tahu sejak dulu Nesa sangat mencintai Sagara. Tapi pria dingin itu seolah tidak peduli dengan perasaan Nesa membuat Bram kasihan dengan wanita itu. Bram pikir tidak masalah membantu temannya kali ini saja. Meskipun nanti mereka melukai hati istri Sagara.Melihat Gistara yang cantik. Dia pikir dia bisa menerima seorang janda. Dia yakin Gistara sangat polos. Bram bisa melihat dari tatapan wanita itu. Memikirkan itu membu
Nesa tersenyum sinis melihat kedatangan Gistara. Melihat wajah Gistara yang pucat memperhatikan dirinya dan Sagara dalam selimut membuat Nesa puas.“Apa yang kamu lakukan?!” jerit Gistara. Dia berusaha menarik tangan Nesa untuk bangun.“Lo mau liat gue naked? Oke!”Kristina menutup mata Tama saat keduanya mendengar perkataan Nesa. Kristina dan Gistara membuang pandangannya saat Nesa benar-benar beranjak dari tidurnya.Gistara mengepalkan tangannya. Wanita itu berjalan menuju Nesa yang sedang berpakaian. Tangan wanita itu melayang menarik rambut Nesa dengan kuat. Belum puas dengan itu, Gistara menendang kaki Nesa.“Saya gak tau kenapa Tuhan menciptakan wanita hina seperti kamu di dunia ini! Dasar wanita murahan!” teriak Gistara.Nesa meringis memegang kepala dan kakinya yang berdenyut. Dia tidak tahu kalau Gistara yang terlihat lembut memiliki kekuatan yang sangat dahsyat.“Gadis miskin, lo nga
Sarapan pagi ini terasa menegangkan. Para asisten rumah tangga yang menyiapkan sarapan yakin kalau kedua majikannya sedang ada masalah.Ari, satpam rumah keluarga Sagara memberitahu para pembantu kalau kedua majikan mereka pulang pukul setengah dua pagi. Bukan karena pulang pagi yang menjadi masalah tapi respon keduanyalah yang menjadi masalah.Sagara dan Gistara akan membuka jendela mobil jika mereka memasuki erkarangan rumah, kemudian menyapa satpam dan memberikan makanan untuknya. Tapi pagi tadi Sagara tidak melakukan itu.Sagara yang sering kali memperlihatkan kemesraan dengan Gistara, semalam juga berbeda. Keduanya hanya saling diam. Tidak ada adegan romantis seperti di sinetron, dimana pemeran pria membukakan pintu untuk wanitanya. Semalam terasa menegangkan.“Riya, tolong masukin ke tempat bekal saja ya sarapan saya. Saya buru-buru.” Gistara menyingkirkan sarapan yang telah dia letakkan di atas piringnya.Gistara menutup mulutnya
Tempat angkringan bakso itu terlihat ramai. Banyak pembeli yang mengantri untuk mendapatkan bakso yang terkenal murah itu. Bertempat di depan salah satu Univeristas terbaik di Bandung membuat bakso itu terkenal. Bukan hanya tempatnya yang strategis tapi juga rasanya yang lezat.Gistara dan kedua sahabatnya menikmati bakso itu dalam diam. Setelah mengajar, Gistara tiba-tiba mengajak ketiga temannya untuk membeli bakso langganan mereka. Willi yang tidak ada jam mengajar menyetujui, sedangkan Kristina dia harus merayu kekasihnya dulu untuk mengizinkan dia kepada kepala devisi.“Kalau bukan pacar, gak mau aku nolongin kamu Yang,” kata Tama tadi saat dia selesai meminta izin kepada kepala devisi.“Panas-panas gini, tumben lo mau bakso,” celetuk Kristina. Memberikan sambal dan kecap ke dalam mangkuk bakso.“Gak tau pingin aja. Lagian udah lama kita gak makan bareng kaya gini.”Gistara mencoba kuah bakso yang sudah dia
Warning!Mengandung Adegan Dewasa.***Beni memperhatikan Nesa yang berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Nesa mengirim pesan setengah jam yang lalu. Wanita itu mengajaknya untuk makan siang bersama.Nesa membuka pintu mobil dengan perlahan. “Lo kenal sama bokap gue?” tanya Nesa tiba-tiba.“Gue tahu bokap lo.” Beni menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan Bramantas’ School.“Bukan itu yang gue tanyain. Lo deket atau enggak sama bokap gue. Karena dia bilang ke gue kalau dia mau ngomong sesuatu sama lo.”Nesa memincingkan matanya menatap Beni. Dia tidak tahu kalau papanya kenal dengan Beni. Karena selama ini, dia tidak pernah membawa Beni ke hadapan kedua orangtuanya. Sedangkan Beni menghembuskan nafasnya, berusaha menghilangkan kegugupannya.“Gue pernah sekali ketemu bokap lo, saat nganter lo dari acara reuni. Bokap lo nanya-nanya biasa, kayak kerjaan gue apa. Terus gue bil
Suasana meja makan terlihat hangat tidak seperti semalam. Gian memperhatikan Sagara dan Gistara yang mulai memperlihatkan kemesraan mereka. Gian berpikir apakah secepat itu jika suami dan istri marahan? Dalam semalam mereka akan langsung berbaikan?“Gian, bareng Abang ya. Teteh gak ngajar hari ini.”Gian mengangguk. Dia tidak masalah bareng siapapun. Yang penting dia berangkat tanpa ongkos alias gratis.“By, ada duit cast gak?” tanya Gistara.“Ada, dua ratus kayaknya.” Sagara memberikan dompetnya kepada istrinya.“Aku pinjem ya. Nanti aku ganti, dompet aku di kamar, aku males ngambilnya.” Gistara nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.“Ambil aja. Tapi cukup gak dua ratus?” tanyanya.“Cukup banget,” sahut Gian cepat, membuat Sagara dan Gistara terkekeh.“Bang, Gian tunggu depan ya. Mau bersihin sepatu dulu.”“Iya. Abang bentar lag
Nesa menahan tangisnya. Dia sudah menjadi istri Beni. Seorang pria yang selalu dia jadikan alat untuk melukai Gistara. Seorang pria yang diperintahkan papanya untuk menikah dengannya.Sejak kejadian di desa dua minggu yang lalu. Doni membawa Nesa pulang. Pria paruh baya itu memberikan tamparan kepada Nesa. Nesa gemetar melihat papanya yang terlihat murka. Pria itu menampar Nesa sampai pipi gadis itu biru.Beni menghentikan amarah Doni. Perkataan Beni membuat Nesa terkejut. Pria itu berkhianat.“Jangan sakiti Nesa, Om janji tidak menyakiti Nesa jika saya memberitahu keberadaan putri Om.”Doni menatap Beni dengan mata melotot. Nafas pria itu tidak teratur. Dia ingin membuat pelajaran kepada putrinya tapi janjinya kepada Beni membuat dia membatalkannya.Doni mendengus berjalan meninggalkan Nesa dan Beni. Sebelum menghilang di balik pintu perkataan Beni sukses membuat takdir Nesa berubah seperti sekarang.“Jangan lupa janji yan
Sagara terbangun saat merasakan istrinya tidur dengan gelisah. Sejak keluar dari rumah sakit istrinya selalu mengigau memanggil putrinya. Gistara bilang dia bisa mengikhlaskan putrinya tapi kenyataannya tidak. Istrinya masih sering memanggil putrinya dalam tidurnya.Gistara sudah keluar dari rumah sakit dan sehat total dua minggu yang lalu. Gistara melakukan sedikit terapi berjalan karena komanya. Kurang lebih dua minggu melakukan terapi, Gistara sudah mulai berjalan dengan nyaman.Dokter menyarankan Sagara untuk membawa istrinya ke psikolog. Gistara menolak dengan keras saat Sagara memberitahu saran dari dokter. Gistara merasa dia baik-baik saja. Dia merasa sudah ikhlas dengan kepergian putrinya. Tapi tanpa sadar istrinya itu sering memanggil putrinya di dalam tidurnya.Sagara membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Istrinya akan berhenti memanggil putrinya jika Sagara membawa tubuhnya ke dalam pelukannya.“Huss
Wanita dengan gaun pink itu berjalan menyusuri taman bunga yang sangat indah. Senyumnya terbit saat melihat banyak anak-anak yang sedang bermain di taman itu.Bunga-bunga di taman itu terlihat sangat terawat. Dia belum pernah melihat taman secantik ini. Melihat bunga-bunga dengan berbagai warna membuat pikirannya damai. Semua bebannya seperti ditarik pergi.Anak-anak itu menggunakan dress berwarna putih. Semua terlihat cantik mengenakan dress itu. Wanita itu bisa melihat wajah anak-anak yang begitu bahagia. Mereka seperti tidak merasakan beban kehidupan.Senyumnya pudar saat melihat seorang anak duduk seorang diri di bawah pohon. Anak itu terlihat sedih menatap teman-temannya.Wanita itu berjalan menghampiri anak itu. Anak berusia lima tahun itu terlihat cantik. Wajahnya seperti tidak asing. Dia seperti melihat wajah anak itu.“Kamu kenapa?” tanyanya. Duduk di samping anak itu dengan perlahan.“Mama!” panggil anak itu
Hujan turun dengan derasnya seperti air mata Sagara yang berlomba-lomba untuk keluar. Dia tidak menyangka kalau makan siang kemarin adalah makan siang terakhirnya bersama calon putrinya.Sagara mengusap tangan Gistara dengan lembut. Istrinya masih kritis. Dokter bilang Gistara koma karena kecelakaan yang menimpanya. Alat-alat penunjang hidupnya terpasang di tubuhnya.“Bangun, Sayang.” Sagara berkata lirih.Keluarga Sagara dan Gistara menatap sedih keduanya dari luar ruang rawat Gistara. Novi pingsan saat mendengar putrinya kecelakaan.Kecelakaan satu hari yang lalu membuat semua orang terkejut. Willi dan Kristina yang sedang membeli keperluan untuk bayi Gistara menangis membuat pengunjung lain bingung. Keduanya berlari menuju rumah sakit dimana Gistara dibawa.Sagara yang tengah meeting, membatalkan meetingnya begitu saja. Tubuhnya hampir jatuh ke lantai kalau saja Tama tidak datang menemuinya yang sedang mengangkat telpon.Sagar
Willi dan Kristina sedang berada di baby shop dekat dengan perusahaan. Keduanya sedang memilih kado untuk bayi Gistara. Keduanya sengaja memberikan kado lebih dulu agar kado mereka tidak tertumpuk dengan kado yang lain.Gistara menginginkan stoller seperti milik Nagita Slavina. Willi dan Kristina meringis mendengar permintaan Gistara.“Makanya jangan nanya gue. Gue pengen stoller itu. Tapi apapun yang kalian kasih, pasti gue terima.”Kristina menghembuskan nafasnya lega saat mendengar jawaban sahabatnya saat itu.“Ini lucu gak sih? Bayangin bayinya Gita pake kayak gini. Gue ngebayanginnya pasti lucu banget. Apa lagi dengan pipi gembul.”Kristina menunjuk baju bayi dengan motif hewan dan berbentuk romper. Ada berbagai jenis hewan tapi Kristina jatuh cinta dengan bentuk bird-bees berwarna pink.“Iyaa, ambil deh yang ini. Sama yang lain dong motifnya.” Willi memberikan berbagai motif kepada Kristina.B
Sagara menatap Gistara dengan bingung. Sejak dia pulang dari kantor. Istrinya itu lebih banyak diam. Gistara memintanya untuk pulang cepat, Sagara melakukannya tapi jalanan kota Bandung sangat macet karena adanya perbaikan jalan. Sehingga Sagara sampai rumah lebih lama.Sagara sudah meminta maaf. Dia juga sudah memberikan alasan, istrinya bilang kalau tidak apa-apa tapi Sagara merasa istrinya belum sepenuhnya memaafkannya.“Masih marah ya?” tanya Sagara. Membawa tubuh istrinya ke dalam pelukannya.Gistara tersenyum tipis, menggelengkan kepalanya. Wanita itu mematikan ponselnya. Meletakkan di nakas samping kasurnya.“Gak marah. Aku lagi kepikiran pesan bunda.”Sagara mengecup pelipis istrinya. “Pesan apa? Tell me, Baby.”“Jovanka dan om Beno, mereka ada hubungan.” Gistara melirik Sagara sekilas.“Something like Affair?” tanya Sagara ragu. Melihat gelagat istrinya yang terlihat
Beni memperhatikan ponselnya yang menyala. Memperlihatkan foto seorang gadis yang dia cintai. Gadis yang terobsesi dengan pria lain.Nesa, gadis itu tidak bersalah karena terobsesi dengan Sagara. Yang harusnya disalahkan dalam hal ini adalah, Dina.Dina -wanita yang melahirkan Nesa- sejak kecil mendoktrin Nesa kalau Sagara dan dia akan menikah. Sagara adalah milik Nesa, begitupun sebaliknya. Hingga sampai dewasa Nesa meyakini itu, kalau Sagara selamanya milik Nesa.Doni, pria paruh baya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya itu tidak memperdulikan perkataan Dina. Hingga dia mendengar istrinya berbicara pada Nesa kalau putrinya itu harus merebut Sagara dari Gistara tepat setelah Sagara menolak pertunangan mereka.Doni yang sedang mengikuti kampanye sebagai dewan perwakilan rakyat tidak terima dengan perkataan istrinya. Perkataan istrinya membahayakan jalannya menjadi salah satu dewan perwakilan rakyat. Dia tahu Nesa, putrinya sejak kecil selalu melakukan b
Suasana meja makan terlihat hangat tidak seperti semalam. Gian memperhatikan Sagara dan Gistara yang mulai memperlihatkan kemesraan mereka. Gian berpikir apakah secepat itu jika suami dan istri marahan? Dalam semalam mereka akan langsung berbaikan?“Gian, bareng Abang ya. Teteh gak ngajar hari ini.”Gian mengangguk. Dia tidak masalah bareng siapapun. Yang penting dia berangkat tanpa ongkos alias gratis.“By, ada duit cast gak?” tanya Gistara.“Ada, dua ratus kayaknya.” Sagara memberikan dompetnya kepada istrinya.“Aku pinjem ya. Nanti aku ganti, dompet aku di kamar, aku males ngambilnya.” Gistara nyengir memperlihatkan giginya yang rapi.“Ambil aja. Tapi cukup gak dua ratus?” tanyanya.“Cukup banget,” sahut Gian cepat, membuat Sagara dan Gistara terkekeh.“Bang, Gian tunggu depan ya. Mau bersihin sepatu dulu.”“Iya. Abang bentar lag
Warning!Mengandung Adegan Dewasa.***Beni memperhatikan Nesa yang berjalan menuju mobilnya yang terparkir. Nesa mengirim pesan setengah jam yang lalu. Wanita itu mengajaknya untuk makan siang bersama.Nesa membuka pintu mobil dengan perlahan. “Lo kenal sama bokap gue?” tanya Nesa tiba-tiba.“Gue tahu bokap lo.” Beni menjalankan mobilnya meninggalkan perkarangan Bramantas’ School.“Bukan itu yang gue tanyain. Lo deket atau enggak sama bokap gue. Karena dia bilang ke gue kalau dia mau ngomong sesuatu sama lo.”Nesa memincingkan matanya menatap Beni. Dia tidak tahu kalau papanya kenal dengan Beni. Karena selama ini, dia tidak pernah membawa Beni ke hadapan kedua orangtuanya. Sedangkan Beni menghembuskan nafasnya, berusaha menghilangkan kegugupannya.“Gue pernah sekali ketemu bokap lo, saat nganter lo dari acara reuni. Bokap lo nanya-nanya biasa, kayak kerjaan gue apa. Terus gue bil