'Apa ini?'
Nafas Senja tersengal-sengal. Jantungnya berdegup tak karuan. Ia melihat ada semacam tombak jatuh tepat depanya. Matanya mengarah keatas, ia berusaha mencari ujung benda yang terlihat tinggi menjulang. Tubuhnya berbalik mengikuti sumber si empunya. Benda yang ia kira adalah semacam senjata atau tombak adalah kaki laba-laba besar.
Senja mencoba tenang. Ia melihat mata laba-laba besar itu. Mata berputar dan terus bergerak. Di mulutnya ada sesuatu yang berwarna biru. Itu mirip dengan batu yang ia temukan sebelumnya.
'Aku akan diam, baiklah aku akan diam dan berusaha untuk tidak bernafas,' kata Senja dalam hati
Mata mahluk itu terus bergerak seperti sedang mencari sinyal. Tiba-tiba sinar matahari mengenai mata mahluk besar itu, ia pun meloncat tinggi ntah kemana arahnya.
Senja bergegas kembali ketempat dimana teman-teman nya berada. Ia berlari tergopoh-gopoh menerobos semak belukar.
"Ella, Ella, aku bertemu dengan mahluk besar seperti laba-laba, hampir saja aku dimangsa olehnya," Kata Senja dengan nafas yang masih tersengal-sengal
"Benarkah? Itu Monster Saltic, Sen." Kata Ella
Monster Saltic adalah mahluk mirip laba-laba dengan tinggi sekitar 10 m. Mahluk itu memiliki empat pasang mata dengan sepasang mata yang terus bergerak. Empat kaki depan digunakan untuk memangsa dan empat kaki belakang digunakannya untuk melompat. Monster itu hidup di semak-semak dan pepohonan besar.
Monster Saltic memiliki mata yang terbaik untuk memangsa. Mata anterior besar Saltic menjadi alat penglihatan tiga dimensi yang sangat jelas dengan tujuan untuk memperkirakan jangkauan, arah, dan karakter mangsa potensial, sehingga memungkinkanya untuk mengarahkan lompatan dan menyerangnya dengan sangat presisi.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa sampai monster itu muncul, Sen?” tanya Ella
" Aku sedang mengumpulkan embun dari dedaunan, kemudian aku menemukan ini, batu biru yang bercahaya," Kata Senja
"Itu adalah cairan racun yang membeku dari Monster Celtic. Kamu bisa menyimpannya, Sen." Kata Ella
Ibu Upe menggendong Kalyani. Senja memandang bayi itu. Ia baru saja melihat mahluk yang bisa saja memangsa nya tanpa ampun. Keselamatan yang dialaminya adalah keberuntungan besar. Tapi ia tahu, rintangan di depannya tak selalu lebih mudah.
Setelah beberapa jam. Mereka sampai di dekat daratan yang penuh dengan air menggenang. Warna airnya tampak hitam. Itu adalah lahan gambut.
Sungai hitam mengalir tak jauh dari sana. Sungai yang terlihat begitu pekat dan dalam. Airnya terlalu banyak mengandung unsur hara, Senja tahu meski disana banyak air menggenang tapi ia tak dapat meminumnya.
"Kita tidak bisa membuat perapian disini, Ella. Terlalu berbahaya, jika terbakar, akan sulit dipadamkan. Kita harus bergegas membuat perkemahan setelah menyebrangi daratan berair ini," Kata Senja
Aaaa! Aaaa!
Senja bergegas mendakati Ibu Upe. Ia melihat kakinya tak dapat ia gunakan untuk berjalan dengan baik.
"Apa yang terjadi Ibu Upe?” tanya Senja
"Kakinya mati rasa, seperti tersengat sesuatu," Kata Ella yang mengartikan apa yang dikatakan Ibu Upe saat itu
"Sebentar lagi kita akan sampai ketempat aman, tak bisakah Ibu Upe menahannya? Kemarilah, biarkan aku menggendong Kalyani," Kata Senja
Ibu Upe terlihat mengangguk. Senja menggendong Kalyani dan memapah Ibu Upe. Tas ransel miliknya juga masih menempel setia di punggung nya. Ini jelas bukan hal mudah, tapi bukan berarti ia tak dapat melewatinya.
Setelah kurang lebih satu jam. Mereka akhirnya memutuskan untuk berhenti dan membuat perapian. Senja memastikan jika tanah dibawah perapian bukanlah gambut. Ia harus berhati-hati agar semua bisa selamat.
"Ella, tolong buatkan pagar pelindung untuk mereka. Aku akan mencari air di dekat sini," Kata Senja
"Baiklah. Hati-hati, Sen. Ini bukan daerah kita, tetaplah waspada," Kata Ella
Kemudian Senja pergi mencari air seperti sebelumnya. Ia tidak bisa meminum air dari sungai hitam. Ia pun tak menemukan mata air setelah berjalan. Ia teringat, bahwa tumbuhan pun dapat menghasilkan air.
Tepat di depannya ada akar yang menempel pada pohon besar. Akar itu berumpun memutari pohon yang menjulang tinggi. Ia nyaris tak melihat daunnya. Setiap batangnya berdiameter cukup besar sekitar 15cm. Senja pikir itu rotan, ia pun memotong bagian atas dan bawahnya, namun ia terkejut akar itu meneteskan air. Itulah akar Liana. Ia pun segera menampung airnya dengan wadah yang ia bawa.
Tiba-tiba telinganya berdengung. Itulah tanda jika Ella datang mendekati dirinya.
"Sen! Cepat! Ibu Upe dibawa monster Saltic itu," Kata Ella
"Bukankah sudah aku bilang, buatkan pagar pelindung untuk mereka?” kata Senja panik
"Sudah. Itu tidak berhasil sama sekali. Monster Saltic itu datang dan tiba-tiba menyemburkan lendir jaringnya, aku sudah berusaha melawannya tapi jaringnya begitu kuat, Sen,"kata Ella
"Bagaimana dengan Kalyani?" Tanya Senja
"Laba-laba itu tak membawanya karena Kalyani menangis begitu keras. Aku telah membuat pagar pelindung ganda untuknya. Setelah menggulung Ibu Upe dengan jaring, monster itu langsung kabur melompat keatas pohon," Kata Ella
"Baiklah, kita harus segera ketempat Kalyani berada," Kata Senja yang kemudian berlari menerabas tanaman perdu disekitarnya
Sesampainya ditempat Kalyani berada dan ia masih menangis menjerit. Bayi itu jelas ketakutan, meski matanya belum bisa melihat. Tangisannya membuat Senja bergegas mengambil kain untuk menggendongnya. Tangan senja menggenggam tangan bayi itu.
"Tenanglah sayang, kita akan melewati malam ini dengan aman dan kita akan segera menemukan ibumu," Kata Senja merasa ragu untuk melakukannya.
"Monster Saltic lebih aktif saat malam hari, ia mencari mangsa dan melompat kesana kemari dengan bebas tanpa takut ada cahaya matahari yang akan melukai matanya," Kata Ella
"Ah iya benar. Itu artinya saat matahari bersinar terang, kita bisa bebas darinya, saat itulah kita bisa membebaskan Ibu Upe," Kata Senja
"Aku tidak yakin, Sen. Saat monster Saltic membawa mangsa ke sarangnya ia pasti sudah menyuntikan cairan enzim yang bisa melemahkan mangsanya, setelah mereka mati dan membusuk, monster itu akan menyedot cairan dari mangsanya," Kata Ella
"Menjijikan. Itu artinya dia harus menunggu sampai mangsa dalam kepompong mati dan mencair? Berapa lama waktu yang ia butuhkan untuk membuat cairan kepompong makanannya itu?” tanya Senja
"Ntahlah, dua sampai tiga hari. Ia pasti memiliki banyak kepompong dalam sarangnya untuk dijadikan makanan hariannya," Kata Ella
"Waaaah. Apa saja yang bisa jadi makanannya? Ia pasti sangat bagus dalam manajemen, sampai-sampai ia mengumpulkan makanan untuk stoknya," Kata Senja tertawa sinis
"Apa saja. Ada banyak binatang di dalam hutan ini, ia pasti memakannya," Kata Ella
"Aku pikir dia sangat sensitif dengan gerakan, saat kita bergerak dia dengan cepat melihat kita," Kata Senja
"Ya. Benar sekali. Saat tadi monster itu menangkap Ibu Upe, itu karena Ibu Upe mencoba berlari lalu seketika ia menyemburkan jaring ke arahnya dan membuatnya berhenti bergerak. Gerakan Ibu Upe mempermudah jaring itu saat melilitnya," Kata Ella
Senja tak tahu apa yang harus dilakukannya. Ia mencoba berpikir apa yang biasanya ditakuti oleh serangga peloncat seperti Monster Saltic.
"Apa kelemahannya?" Tanya Senja
"Sinar UV dari matahari, matanya akan terasa sakit saat cahaya itu mengenai matanya. Penglihatan Monster Saltic akan kacau karenanya," Kata Ella
"Itu artinya satu satunya cara adalah kita bergerak cepat saat matahari bersinar sangat terik,"
Ella berkata padanya jika mata monster itu sangat presisi untuk menjangkau jarak tiga kali dari ukuran tubuhnya. Jalannya pun begitu tenang,tak terasa getarannya diatas tanah. Senja tahu keberadaan monster itu manakala kaki depannya menancap dan menembus dedaunan. Tapi gerakannya sangat tidak bersuara. Bahkan badan besarnya tak nampak diantara semak-semak.
Senja menemukan sisa jaring yang ditinggalkan Monster Saltic. Ia memegangnya lalu menariknya namun tidak bisa membuatnya putus atau robek. Jaring itu sangat alot dan keras. Senja memilinnya dan menjadikannya seperti tali yang kuat.
"Lihat, Ella. Jaring ini bisa kita gunakan sebagai tali," Kata Senja
Tiba-tiba batu biru bercahaya jatuh dari sakunya. Batu biru itu mengenai jaring yang dipegang Senja, saat diperhatikan jaring itu tiba-tiba meleleh saat terkena batu biru itu.
"Waaah, bukankah itu ajaib? Benda dari badannya adalah sesuatu yang bisa menghancurkan senjatanya," Kata Senja merasa senang
"Untung saja aku memunguti batu biru bercahaya cukup banyak, lihat di saku kanan kiri dan di celana panjangku semua penuh dengan batu biru bercahaya, haha," Kata Senja
"Apa kamu pikir itu berlian yang bisa kau jual? Kau membawanya seolah membawa harta karun dengan tidak menyisakan se senti celah di saku mu," Kata Ella
Kalyani mendadak menangis. Kaki dan tanganya begitu dingin, ia mungkin kedinginan atau kelaparan. Senja memberikannya air minum yang ia dapatkan dari akar Liana. Apapun dilakukannya demi bertahan.
Tangisannya semakin menjadi. Senja terus berusaha menenangkannya. Ia pun membisikan nyanyian pada telinga Kalyani. Angin terasa menyapu pipinya, itu artinya Ella pergi dan menjauh dari dirinya berdiri.
"Kemana Ella pergi? dia meninggalkan aku sendiri lagi," Kata Senja
Senja memberi Kalyani buah murbei dan memeras nya. Meneteskan sari nya ke dalam mulut Kalyani. Ia berangsur berhenti menangis meninggalkan sesenggukan yang lama berhenti.
Senja tidak tahu apa lagi yang akan terjadi esok. Ia akan mencari kemana laba-laba itu membawa Ibu Upe, karena ia pasti meninggalkan jejak. Tak dipungkiri, rasa takut dan putus asa menghampirinya saat ini. Ia belum menemukan cara jika monster Saltic datang lagi padanya.Kini ia tak memiliki makanan cukup. Ia hanya memakan dedaunan dan beberapa protein dari kepompong yang ia temukan. Memakan apapun yang bisa ia temukan.
Ia menempelkan Batu biru bercahaya di ujung mata panahnya. Ia pikir itu akan berguna. Lalu membuat serbuk dari Batu biru itu, menempatkannya dalam sebuah wadah agar tidak berceceran.
"Kau makan sendiri racunmu!" Kata Senja sambil terus melumat Batu biru dengan Batu besar di tanganya
Malam berlalu begitu lama. Rasanya ini bukan semalam, hawa mencekam dan tidak tenang. Akhirnya Kalyani tertidur begitu juga dengan Senja yang terlelap mendekap nya. Perapian yang dibuat Senja pun padam dengan sendirinya.
Hawa dingin dini hari mulai merayap. Begitu juga kabut yang tebal mulai turun menutupi pepohonan di lembah. Senja membuka matanya pelan-pelan, ia sudah melihat Ella yang terbang mondar mandir di depannya.
"Bagaimana kau bisa tidur begitu tenang, Sen? Disaat seperti ini," Kata Ella
"Aku tidak sengaja tertidur saat lelah menenangkan Kalyani. Lalu kamu, dari mana saja kau Ella," Kata Senja
"Aku mencari jejak monster saltic dan aku tahu kemana ia membawa Ibu Upe. Letaknya tak terlalu jauh dari sini. Tapi aku tak yakin apa manusia sepertimu bisa sampai ketempat itu tanpa sayap," Kata Ella
"Bagaimana kondisi Ibu Upe saat kamu melihatnya?" Tanya Senja
"Dia baik-baik saja, hanya saja jaring lengket mengikat keseluruhan tubuhnya. Jika kita tidak cepat, mungkin ia akan mati karena kurang oksigen, " Kata Ella
"Kita harus punya rencana agar semua selamat, semalaman kupikirkan terlalu sulit melawan mahluk besar itu sendirian, jadi yang bisa kita lakukan hanya menyelamatkan diri dan bersembunyi menjauh darinya," Kata Senja
"Baiklah. Aku punya ide," Kata Ella
"Apa idemu?" tanya Senja"Aku punya kekuatan mengecilkan ukuran benda-benda mati, itu akan memudahkanmu untuk bergerak dan menyimpan bawaan mu dalam sakumu," Kata Ella"Wow, itu sangat keren Ella. Lalu apakah kamu bisa membuatku terbang sepertimu?" Tanya Senja"Aku tidak yakin dapat melakukannya tapi akan aku coba. Sarang monster itu ada diatas pohon. Aku pikir kamu bisa memanjat nya dengan bantuan tali. Lalu aku akan membantumu dengan membuat badanmu terasa lebih ringan, aku bisa mengurangi gravitasi benda," Kata Ella"Bagaimana dengan rencana untuk melarikan diri saat monster itu datang? Bagaimana kau akan menjaga Kalyani?" Tanya Senja"Kamu hanya harus diam dan menahan nafas agar ia tidak menyadari gerakanmu," Kata Ella"Hahaha, apakah itu akan efektif? Aku sangat takut melihat mata Monster itu saat bergerak-gerak," Kata Senja menyiapkan peralatan yang mesti ia bawa. Ia menaruh barang bawaan itu ditanah. Lalu dengan kekuatan Ella semua barang itu menjadi berukuran sangat kecil sehi
Setelah makan malam. Ella kembali menghilang seperti biasa. Senja mencoba menutup matanya dan mengedipkan matanya tiga kali untuk melihat dunia peri disekitarnya. Terdengar riuh rendah penghuni pohon dihutan itu. Suasana damai dan tenang seperti suasana di pedesaan. Ibu Upe tak tahu jika kemampuan yang diberikan Ella untuk bisa melihatnya juga bisa digunakan untuk melihat dunia peri di setiap tempat. Bahkan saat ini Kalyani sedang dihibur oleh beberapa peri, sehingga Kalyani tampak bahagia karenanya. Bayi itu pasti bisa melihatnya juga meski tanpa bantuan kekuatan dari Ella sekalipun. Tiba-tiba Senja mendengar seseorang memanggil namanya. Senja melihat kesana kemari untuk mengetahui sumber suaranya. "Sen! Kemarilah," "Sen, disini,""Sen, ini takdirmu,""Sen, kau bisa kemari bukan tanpa alasan,""Sen, ikuti aku,"Sumber suara itu makin dekat. Seekor capung bercahaya mengarahkan jalannya. Senja mengikuti capung bercahaya menuju hutan yang lebih gelap. Capung itu menghilang yang arti
Senja selesai membalur luka Ular itu. Sang ular pun segera bergerak pergi masuk ke hutan lebih dalam. Seolah ia memang harus segera pergi untuk mengobati diri. Hari sudah semakin gelap. Tiba-tiba Kalyani menangis tanpa alasan. Senja menyadari segera bahwa itu bisa jadi tanda bahaya. Ada mahluk yang membuat Kalyani merasa takut atau tidak nyaman. Bayi itu semakin histeris dalam beberapa saat. "Sepertinya kita tidak dapat bermalam disini, kita harus mencari tempat lain," Kata Senja"Tidak, Sen. Kita tidak tahu apa yang akan kita hadapi. Lebih baik segera membuat perapian. Terlalu ceroboh jika kita melakukan perjalanan malam dengan membawa Kalyani," Kata Ella"Baiklah kalau begitu. Semoga hanya ada hal baik setelah ini," Kata SenjaAkhirnya Senja memilih untuk menetap dan mulai mengumpulkan ranting disekitarnya. Kali ini pemantik miliknya tidak bekerja dengan baik. "Bagaimana bisa begini. Disaat sudah kemalaman begini malah kamu tidak bekerja dengan baik," Grutu Senja yang kemudian m
Hujan mulai turun. Di dalam hutan lebat itu, hujan hanya terasa seperti gerimis tak berarti. Senja menampung air hujan dengan wadah yang ia punya. Ia membuat parit kecil disekitar shelter nya. Kalyani dan ibunya sudah tertidur lelap. Namun Senja masih terjaga hingga malam larut. Pikirannya mengawang, apakah besok ia harus melewati perkampungan raksasa atau memilih jalan dengan medan berbukit. Perapian mulai padam karena hujan. Senja yang melamun memainkan tongkat yang baru saja diberikan oleh Akai Loo. Ia tak tau cara menggunakannya jadi ia mencoba menggoyangkan tongkat itu. Tiba2 cahaya berpendar diseluruh badan tongkat. "Wah, ini benar-benar seperti lampu LED, mari dicoba, apa saja yang bisa dilakukan tongkat dari Sang Legenda ini," Kata Senja yang kemudian memperhatikan Kalyani yang sedang tertidurSenja berpikir bisa saja membawa mereka mati jika memaksa harus melewati perkampungan raksasa. Meski menurut Ella itu lebih dekat dengan perkampungan. Senja akan memilih jalan berbukit
"Oh, betul kita pernah bertemu. Iya beruntung saya bisa selamat dari monster itu. Perkenalkan, nama saya Salaar Bayu, Ranger hutan sungai hitam," Katanya"Owh, anda seorang jagawana? Anda pasti sangat terbiasa dengan mahluk besar di dalam hutan sana. Saya lega anda selamat," Kata Senja"Apakah anda bisa membantu saya untuk bertemu kepala desa? Saya akan membantu Ibu Upe bertemu dengan keluarganya," Kata Senja lagi"Tentu saja," Jawab Bayu"Terimakasih sebelumnya, Pak Bayu," Kata Senja"Tolong jangan panggil, Bapak. Sepertinya usia kita tidak jauh berbeda, panggil saja Bayu, orang desa sini juga memanggil saya begitu," Kata Bayu"Baiklah, Bayu. Owhya, maaf saya lupa memperkenalkan diri. Saya Senja, anda bisa memanggilnya begitu atau cukup panggil saya Sen," Kata Senja"Baiklah. Apakah anda bisa membantu saya untuk bertemu dengan kepala desa disini? Sepertinya saya akan menginap sementara di desa ini," Kata Senja lagi"Tentu saja. Mmm apakah ibu ini bersamamu?” tanya Bayu menunjuk Ibu
"Bay!" Panggil Senja saat Bayu hendak keluar dari ruangan Senja dirawat"Apakah kamu sudah sadar, Sen?" Kata Bayu yang langsung mendekat"A... Air," Katanya Singkat dengan badan lemah dan pucat"Baiklah, akan aku ambilkan minum," Kata Bayu yang langsung bangkit mengambilkan air minum untuk SenjaSam memperhatikan dari pintu. Melihat ke arah Senja dan kali ini ia merasa iba. "Jika butuh bantuan kau panggil saja, aku hari ini berjaga di kantor." Kata Sam kemudian beranjak pergi"Terimakasih," Jawab Bayu singkat di ikuti anggukan SenjaBayu datang mengambilkan sebotol air dan makanan. Ia membantu Senja duduk dan memberinya minum. "Maaf merepotkanmu," Kata Senja"Tidak, jangan begitu. Aku juga berhutang nyawa padamu. Jika bukan karenamu, aku pasti sudah mencair karena enzim dari Monster Saltic saat itu," Kata Bayu"Tadinya aku akan mengajakmu makan bersama. Aku kira tadi siang kamu baik-baik saja, aku tidak mengira kamu demam sampai tidak sadarkan diri," Kata Bayu"Aku sendiri tidak tah
Salaar Bayu menepuk jidad nya. Ia jelas berpikir bahwa Senja begitu polos. Ia bahkan tidak tahu jika ia memiliki barang bagus ditangannya. "Sen, ini gelang kaum Ayn. Apakah kamu juga tidak tahu jika kamu punya roh pelindung?" Tanya Bayu"Roh pelindung? Aku tahu kalau soal itu, dia lebih mirip hantu, aku beberapa kali dibuat takut olehnya. Eh, apakah kamu juga memilikinya, Bay?” Kata Senja yang baru menyadari nyaBayu mengangguk. Ia kemudian berniat membawa Senja ke rumahnya dan memberitahu apa kegunaan gelang yang mereka miliki. "Besok aku akan mengajakku kerumah. Akan ku beritahu bagaimana cara menggunakan gelang kaum ayn," kata Bayu"Waah, itu pasti akan menyenangkan," Kata Senja bersemangat"Apa kamu masih memiliki orang tua lengkap, Bay?" tanya Senja lagi"Tidak. Mereka telah meninggal. Sejak usia 14 tahun aku telah hidup sendiri. Rumahku ada di batas hutan, sejak mereka tiada, aku masuk ke hutan setiap hari dan aku bertemu banyak mahluk disana, secara alamiah aku berteman den
Pulang ke Rumah(13) "Besok aku akan patroli. Apa rencanamu besok?” tanya Bayu"Bolehkah aku ikut patroli?" Tanya Senja kembali"Mmm... Boleh. Kamu harus membawa peralatan memadai besok. Ambilah di pos utama," Kata Bayu"Apa kamu akan menghubungi orang tuamu? Disini ada sinyal GPS. Kamu bisa menghubungi orang rumah," Kata Bayu lagi"Aku jelas membuat mereka khawatir. Tapi aku merasa tidak memiliki apa-apa untuk dibawa pulang, sepertinya lebih baik aku menundanya sampai aku siap untuk bertemu mereka," Kata SenjaSenja tahu pekerjaanya tak begitu disukai oleh orang tuanya. Belum lagi ia sebelumnya telah gagal untuk naik pangkat. Jelas itu bukan kabar yang baik. Senja ingin saat dia pulang, setidaknya ada hal membanggakan untuk kedua orang tuanya. "Bay, menurutku ini keren. Gelang kita menjadi kembar identik. Apa mungkin kekuatan kita bisa digabung?" Tanya Senja"Andai kita punya mentor kita pasti akan segera tahu apa saja yang bisa kita lakukan dengan ini. Ah sudahlah, hari sudah mulai
"Kemana dia pergi?""Lebih baik kita mencari berlawanan arah," "Baik,"Mereka berdua pun berlalu. Senja sedikit bisa bernafas. Ia kini mencoba mengambil belati di punggungnya. Menariknya dengan satu jari karena satu tangannya sudah terlilit badan ular dan satu tangan bebas lainnya tak menjangkau sarung belatinya. Ia berhasil mengambilnya, mencoba mengarahkan bagian tajam belati pada badan ular. Senja berusaha menekannya. Namun itu belum terjadi, ular itu melepaskan diri darinya. Mengambil jarak dari Senja lalu ia berubah bentuk menjadi manusia. 'Siapa dia?' batin Senja"Meygan?!" Senja terkejut dengan perubahan wujud ular itu"Apa kamu baik-baik saja Sen?" tanyanya"Ba-baik, aku akan mencari Bayu, A--apakah kau akan tetap di sini? Atau ikut bersamaku?" tanya Sen"Aku tetap disini, berhati-hatilah," kata Meygan"Maaf aku tadi hampir melukaimu, aku tidak tahu itu kamu, Mey,""Tak masalah, paling tidak kamu sekarang jadi tahu wujudku," kata MeyganMeygan teman se asrama Senja. Ia jar
Sesuatu berpendar dari dalam kantong. Mengingat Salim adalah ahli senjata, maka benda itu pasti juga merupakan senjata rahasia. "Kita bahkan belum menemukan musuh, buat apa semua senjata ini disaat dunia begitu damai dan indah," kata Senja"Jaga ucapanmu, Sen. Apa kau lupa jika kata-kata mu itu begitu berbahaya," kata Senja "Bukankah itu nyata? Aku bahkan punya tongkat Pelia, panah lengkap dengan busur indahnya dan ini apa lagi?" tanya SenjaSenja membolak balik benda yang sesekali bercahaya itu. Benda seukuran telur ayam dengan bentuk yang lebih pipih. Ia memiliki warna zamrud dan satu warna ruby. Senja menggosokkan benda itu diatas celananya seolah membersihkan. Tiba-tiba benda itu mengeluarkan sesuatu seperti sayap di kanan kirinya. Benda itu mengambang di hadapan Senja, cahayanya meredup. "Wah, apa yang benda ini bisa perbuat, Bay?" tanya SenjaBayu mengamatinya lebih detile. Ia membolak balikan benda ditangannya itu. Mengintip dan melihat nya lebih dekat seolah mencari sesuatu
Fajar mengajak Senja menjauh dari perayaan. Ia tak ingin ada seorangpun yang mengganggu mereka berdua. "Senja, apa kau tahu berapa lama perjalanan dari kota kita sampai sini?”"Ya aku tahu,""Aku benar-benar merindukanmu. Aku senang mendengar suaramu saat pertama kali sejak kau pergi," kata Fajar"Ada sesuatu yang menenangkan saat itu. Aku bersyukur kau masih hidup,""Terimakasih, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Ntah itu apa yang kau katakan tentang Prita benar atau tidak,""Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?""Semacam telat kupikir. Andai kau menghargaiku sebagai pacar lima tahun mu, saat rencana itu baru rencana pun kau bisa mengatakannya lebih dulu. Kali ini yang terjadi adalah kau tidak menganggapku ada. Dan Tuhan menghilangkanku dari dunia setelahnya,""Kamu ngomong apa si? Aku disini karena ingin bertemu denganmu. Bukankah saat ini kamu adalah nyata? Aku bahagia bisa bertemu lagi denganmu, kita bisa bersama lagi," ucap Fajar"Aku gak bisa," kata Senja"Kenapa? k
Sen akhirnya bisa mengarahkan Monster Saltic ke lembah Raksasa. Kini ia merasa lega. Mereka hanya perlu mengecek kesokan harinya dan melihat apakah laba-laba besar itu sudah membuat sarang baru."Kita sebaiknya segera pulang. Hari ini ada perayaan di Desa Galie," kata Bayu"Benarkah? aku bisa mengambil banyak foto hari ini," ucao Senja dengan raut wajah senang"Kau bahkan lupa dengan lelah yang baru kita lewati," kata Bayu"Ini bisa jadi baru pemanasan, Bay. Kita masih perlu banyak belajar, akupun perlu banyak melatih fisikku,""Ah iya, kau harus latihan berlari. Bisa-bisa kau sellu ketinggalan dariku,""Baik, baik. Teanang saja, aku kan mulai berlatih saat ini," kata Senja.Ditampat lain. Fajar sejak subuh berada di kantor yang lebih mirip markas perampok. Ada banyak pria dengan badan besar dan bertato berjaga di sekitar Mandor Mus. Selain puluhan orang yang berjaga, ada pula yang berada di dalam menemani tuannya berbagi cerita, sebagian yang lain orang-orang yang berbadan kurus yang
'Sen.. Tenanglah. Mendekatlah ke arah Bayu,'Senjayang masih terisak dengan tangisnya mengikuti kata Afreda. Ia mencoa tenang, lalu memperhatikan seluruh bagian tubuh Bayu dari kepala hingga kaki. Lalu dengan kekuatannya lagi, Senja menghilangkan tanah yang menyelimuti Bayu.Senja melihat peluit yang tergantung di leher Bayu. Ia ingat peluit itu bisa ia gunakan untuk memanggil Guru Hameez. Senja segera melepaskannya dari leher Bayu.Ia kemudian meniupnya beverapa kali.Senja memejamkan matanya. Ia menghembuskan energi kosmo ke sekitarnya secacara tidak sadar. Pohon dan benda lain disekitarnya menyimpan energi itu. Rasa sedih yang Senja rasakan ikut menyeruak membentuk gelembung-gelembung kecil yang berwarna ungu. Ia membuat beberapa bagian pohon layu dan beberapa binatang lemas seolah energi mereka ikut tersedot saat itu juga. Lalu harapannya muncul, saat sekali lagi Senja meniup peluit itu. Ia membayangkan Guru Hameez yang datang dengan terbang menyerupai elang. Harapan dan optimist
Senja dan Bayu melihat ke arah belakang mereka. Ada bagian hutan yang tidak terlalu rapat kanopinya, sehingga siapapun bisa melihat dengan jelas tubuh tinggi besar Moster Saltic. Ia bergerak lambat dan tak melompat. Senja tahu, seperrtinya Menster itu memperhatikan seseuatu di depannya. Mangsa atau semacamnya. Karena saat itu masih dalam jam berburu makanan untuk si Monster."Kita memunggunginya, Bay,""Iya, gunakan kekuatan kosmosmu, Sen. Kau hanya harus mengumpulkan energi lalu arahkan padanya agar ia mau mengikuti mau mu, lalu arahkan ke Lembah Raksasa," kata Bayu"Bay, bolehkah aku jujur?""Apa?""Jujur dari kita berdiri ini, aku sama sekali tidak tahu dimana arah Lembah Raksasa,""Hemm, itu ada di bagian barat daya kita, Sen. Ah tapi terlalu rumit kalau kau tidak tahu arah. Begini saja, kau ingat pohon berbunga kuning?""Iya. Pohon yang mengeluarkan aroma buah itu ya? Ya aku pernah melihatnya banyak di Lembah Raksasa,""Nah! fokuskan pada pohon itu setelah energimu mengunci piki
Tap! Tap! Tap!Senja yang tegang menunggu dan menebak siapa yang datang. Ia bahkan tak menemukan Afreda disaat seperti itu."Sen!"Senja membuka mata. Bersyukur bukanlah Fajar yang datang ke kamarnya. Melainkan Sam. Senja membuang nafasnya lepas dengan keras."Kau membuatku kaget, Sam!""Ada apa?" tanya Senja lagi"Saudara kembarku mengatakan hal yang aneh sata kami bertemu,""Apa?""Eh, kenapa kau tidak terlihat kaget saat aku bilang saudara kembar? Apakah kalian memang benar-benar bertemu?""Iya. Aku dan Bayu bertemu dengan Salim saat kami pergi ke Intezar," jawab Senja"Apakah Intezar benar-benar ada?""Apa kamu selama ini tidak tahu? bukankah kau dan Salim adalah kembar? Asal kau tahu, Salim adalah ahli senjata, apakah hal itu kau juga tidak tahu?" tanya Senja"Aku--A--ku, selama ini tidak pernah mempercayai apa yang dikatakan Salim. Ia mengajakku untuk pergi ke Intezar, tapi ceritanya terlalu tidak masuk akal buatku. Tapi semalam dia pulang dan bercerita tentang dua orang manusia
Senja berjalan menuju ke hutan yang berbatasan dengan anak sungai. Ia melihat ke saku nya, masih ada beberapa batu biru yang tersisa. Senja fokus berhati-hati jika tiba-tiba monster Saltic datang menyerangnya. Bayu fokus mencoba mengingat-ingat tanda yang diletakannya. Sebuah pita berwarna merah yang ia ikat ranting pohon. Pohon tempat mereka keluar dari Intezar. "Apa kamu pikir monster itu bisa diajak main-main? Kita seperti setor nyawa jika berada disini,” kata Bayu"Husss, diamlah. Aku juga berharap punya sesuatu untuk bertahan dari serangannya, yang perlu kita lakukan adalah mendorongnya masuk ke hutan yang lebih dalam, itu saja. Jangan sampai ia pergi ke Desa Galie,""Aku paham,""Hanya orang-orang yang sama gila nya yang bisa paham apa yang aku maksud tanpa bertanya lagi," kata Bayu santaiMereka berdua berhenti di sebuah pohon dengan pita merah. Bayu begitu senang saat menemukannya. Namun, mendadak ia terdiam."Bagaimana caranya masuk?" tanya Bayu"Apakah kamu benar tidak i
Ahli ramuan keluar dari ruangannya. Saat ia mendekati meja Sen dan Batu ia melihat pohon kecil dari delima tumbuh diatas mejanya. "Sejak kapan ada Pohon Delima disini?" tanya ahli ramuanAhli ramuan mengamati Sen dan Bayu bergantian. Ia jelas berpikir jika salah satu dari mereka memainkan biji delima yang hendak dijemur. "Siapa diantara kalian yang menumbuhkan biji delima ini?" tanya ahli ramuanBayu menunjuk Sen dan membuatnya nyengir ketakutan. Ia tidak paham maksud dari ahli ramuan menanyakannya. "Tolong tumbuhkan beberapa lagi, sebab di tanah Intezar sangat sulit untuk pohon delima tumbuh," kata ahli ramuan Bayu terkekeh melihat ekspresi Sen yang awalnya takut disalahkan. Kini ia tertawa karena Sen justru harus menggunakan kekuatannya untuk membantu ahli ramuan menumbuhkan Pohon Delima. "Owhya, Tuan Hameez, serbuk ini bisa jadi obat dan racun sekaligus, saat kondisi terkena air garam serbuk ini bisa menjadi sangat mematikan dan jika tidak maka akan menjadi obat," kata Sang A