Sen akhirnya bisa mengarahkan Monster Saltic ke lembah Raksasa. Kini ia merasa lega. Mereka hanya perlu mengecek kesokan harinya dan melihat apakah laba-laba besar itu sudah membuat sarang baru."Kita sebaiknya segera pulang. Hari ini ada perayaan di Desa Galie," kata Bayu"Benarkah? aku bisa mengambil banyak foto hari ini," ucao Senja dengan raut wajah senang"Kau bahkan lupa dengan lelah yang baru kita lewati," kata Bayu"Ini bisa jadi baru pemanasan, Bay. Kita masih perlu banyak belajar, akupun perlu banyak melatih fisikku,""Ah iya, kau harus latihan berlari. Bisa-bisa kau sellu ketinggalan dariku,""Baik, baik. Teanang saja, aku kan mulai berlatih saat ini," kata Senja.Ditampat lain. Fajar sejak subuh berada di kantor yang lebih mirip markas perampok. Ada banyak pria dengan badan besar dan bertato berjaga di sekitar Mandor Mus. Selain puluhan orang yang berjaga, ada pula yang berada di dalam menemani tuannya berbagi cerita, sebagian yang lain orang-orang yang berbadan kurus yang
Fajar mengajak Senja menjauh dari perayaan. Ia tak ingin ada seorangpun yang mengganggu mereka berdua. "Senja, apa kau tahu berapa lama perjalanan dari kota kita sampai sini?”"Ya aku tahu,""Aku benar-benar merindukanmu. Aku senang mendengar suaramu saat pertama kali sejak kau pergi," kata Fajar"Ada sesuatu yang menenangkan saat itu. Aku bersyukur kau masih hidup,""Terimakasih, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Ntah itu apa yang kau katakan tentang Prita benar atau tidak,""Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?""Semacam telat kupikir. Andai kau menghargaiku sebagai pacar lima tahun mu, saat rencana itu baru rencana pun kau bisa mengatakannya lebih dulu. Kali ini yang terjadi adalah kau tidak menganggapku ada. Dan Tuhan menghilangkanku dari dunia setelahnya,""Kamu ngomong apa si? Aku disini karena ingin bertemu denganmu. Bukankah saat ini kamu adalah nyata? Aku bahagia bisa bertemu lagi denganmu, kita bisa bersama lagi," ucap Fajar"Aku gak bisa," kata Senja"Kenapa? k
Sesuatu berpendar dari dalam kantong. Mengingat Salim adalah ahli senjata, maka benda itu pasti juga merupakan senjata rahasia. "Kita bahkan belum menemukan musuh, buat apa semua senjata ini disaat dunia begitu damai dan indah," kata Senja"Jaga ucapanmu, Sen. Apa kau lupa jika kata-kata mu itu begitu berbahaya," kata Senja "Bukankah itu nyata? Aku bahkan punya tongkat Pelia, panah lengkap dengan busur indahnya dan ini apa lagi?" tanya SenjaSenja membolak balik benda yang sesekali bercahaya itu. Benda seukuran telur ayam dengan bentuk yang lebih pipih. Ia memiliki warna zamrud dan satu warna ruby. Senja menggosokkan benda itu diatas celananya seolah membersihkan. Tiba-tiba benda itu mengeluarkan sesuatu seperti sayap di kanan kirinya. Benda itu mengambang di hadapan Senja, cahayanya meredup. "Wah, apa yang benda ini bisa perbuat, Bay?" tanya SenjaBayu mengamatinya lebih detile. Ia membolak balikan benda ditangannya itu. Mengintip dan melihat nya lebih dekat seolah mencari sesuatu
"Kemana dia pergi?""Lebih baik kita mencari berlawanan arah," "Baik,"Mereka berdua pun berlalu. Senja sedikit bisa bernafas. Ia kini mencoba mengambil belati di punggungnya. Menariknya dengan satu jari karena satu tangannya sudah terlilit badan ular dan satu tangan bebas lainnya tak menjangkau sarung belatinya. Ia berhasil mengambilnya, mencoba mengarahkan bagian tajam belati pada badan ular. Senja berusaha menekannya. Namun itu belum terjadi, ular itu melepaskan diri darinya. Mengambil jarak dari Senja lalu ia berubah bentuk menjadi manusia. 'Siapa dia?' batin Senja"Meygan?!" Senja terkejut dengan perubahan wujud ular itu"Apa kamu baik-baik saja Sen?" tanyanya"Ba-baik, aku akan mencari Bayu, A--apakah kau akan tetap di sini? Atau ikut bersamaku?" tanya Sen"Aku tetap disini, berhati-hatilah," kata Meygan"Maaf aku tadi hampir melukaimu, aku tidak tahu itu kamu, Mey,""Tak masalah, paling tidak kamu sekarang jadi tahu wujudku," kata MeyganMeygan teman se asrama Senja. Ia jar
"Baiklah Pak, saya tahu ini tidak benar. Tapi suatu saat saya akan membuktikan kemampuan saya. Saya yakin, saya pantas untuk mendapatkan promosi jabatan," kata Senja"Lebih baik kamu buktikan saja kinerjamu. Hari ini ada bencana alam cukup besar, cari sisi terbaik berita. Saya tidak mau yang biasa-biasa saja," kata PimpinanSenja menghela nafas. Rasa marahnya belum padam setelah ia tahu bahwa ia gagal dipromosikan karena ulah teman kerjanya. Kini ia tetap jadi wartawan biasa. Suasana hatinya tak baik. Namun sesuai perintah atasannya, ia akan bergabung dengan tim sar yang akan mengevakuasi korban banjir bandang di pulau sebrang. Sesampainya dirumah ia pun berkemas. Dengan tas ransel hitam kesayangannya ia membawa beberapa kemeja, kaos, perlengakapan liputan seperti kamera, alat tulis dan lainnya. Biasanya ia menolak untuk pergi ke pulau sebrang. Namun, demi karirnya, kali ini ia tak bisa menolaknya.Sebelum berangkat dengan tim sar. Senja menyempatkan mampir kerumah kekasihnya, Faj
Ntah sudah berapa lama Senja mengapung lalu ia tersangkut batang pohon yang tumbang. Tiba-tiba sesuatu seperti terdorong dari dalam perutnya dan ia pun terbatuk. Pening menekan keras di dahi nya. Matanya terpejam erat lalu perlahan membuka. Ia mengangkat kepalanya dan melihat ke sekeliling."Dimana aku?" Kata Senja sembari memijat keningnyaIa mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Ingatan saat seorang petugas SAR meneriakinya lalu ia terbawa arus masuk kedalam air lalu ia tak ingat lagi. Ia mengira, pasti keberuntungan besar yang membuatnya berada ditempat itu. Saat hendak bangun. Ia tersadar manakala tas ranselnyya nya masih menempel di punggungnya. Strep tas nya masih terikak di dadanya.Senja kemudian berusaha bangun. Ia tak tahu itu hari apa, pukul berapa dan dimana. Ia melihat sekeliling, hanya hutan lebat dan sungai yang bisa ia amati. Ia segera melepas tas nya, meski beberapa bagian tas koyak tersobek namun bagian dalamnya aman. Tas nya sudah ia lapisi dengan plastik besar un
Pagi masih gelap. Namun cahaya biru sudah terlihat di langit. Senja mencari suara seseorang yang sepertinya sedang menangis.Senja keluar dari shelter yang dibuatnya. Lalu berjalan menuju arah suara. Awalnya terdengar jauh, hingga ahirnya ia merasa suaranya begitu dekat dengannya. Kini, ia sampai di sekitar sungai. Sambil melihat dengan jeli, Senja terus mencoba mencari sumber suara itu. Ia kemudian terkejut melihat sosok perempuan ada disana.Hari sudah pagi. Jelas itu bukan hantu atau semacamnya. Pikirannya lebih kepada korban selamat dari banjir sungai seperti dirinya. Ia memberanikan diri mendekati perempuan itu. Perlahan ia berjongkok agar tidak mengagetkannya."Bu, apakah ibu butuh bantuan?" Tanya SenjaIbu itu menjawab. Namun, Senja tidak tahu apa yang dikatakan ibu itu. Ia semacam menggunakan bahasa yang tidak Senja mengerti. Tiba-tiba Ella mengejutkannya dengan berada tepat didepan wajah Senja."Sen, apa yang terjadi?" Tanya Ella"Aku pikir ibu ini adalah korban banjir ya
Tiba- tiba sesuatu terdengar mendekat. Senja kembali waspada. Apapun bisa menyerangnya. Ia segera mengambil pisau ditangan kanannya dan mengambil kayu dengan api menyala di tangan kiri nya. Ella pun tidak tahu apa yang akan datang menghampiri mereka. "Ibu Upe. Cari tempat berlindung! Kita tidak tahu, sesuatu apa yang menghampiri," kata Senja dengan cemasIbu Upe menggendong Kalyani. Ia bersembunyi dibalik pohon. Sesekali ia mengintip ke arah Senja. Kalyani di dekapnya. Tangan lain Ibu Upe memegang batang pohon untuk berjaga-jaga. Senja memasang kuda-kuda. Kemudian tampak seekor babi hutan besar berlari kearahnya. Lalu berhenti kala melihat api unggun yang dibuat Senja. Binatang itu memekik keras di ikuti suara lain yang ntah datang darimana."Kau berani padaku! Tidak usah panggil temanmu!" Kata Senja menggertak. Jurus andalan yang biasa ia gunakan untuk menakuti lawannya. Babi hutan itu justru semakin ganas. Seolah hendak menabrak Senja. Ia bersiaga akan berlari ke arahnya. BR
"Kemana dia pergi?""Lebih baik kita mencari berlawanan arah," "Baik,"Mereka berdua pun berlalu. Senja sedikit bisa bernafas. Ia kini mencoba mengambil belati di punggungnya. Menariknya dengan satu jari karena satu tangannya sudah terlilit badan ular dan satu tangan bebas lainnya tak menjangkau sarung belatinya. Ia berhasil mengambilnya, mencoba mengarahkan bagian tajam belati pada badan ular. Senja berusaha menekannya. Namun itu belum terjadi, ular itu melepaskan diri darinya. Mengambil jarak dari Senja lalu ia berubah bentuk menjadi manusia. 'Siapa dia?' batin Senja"Meygan?!" Senja terkejut dengan perubahan wujud ular itu"Apa kamu baik-baik saja Sen?" tanyanya"Ba-baik, aku akan mencari Bayu, A--apakah kau akan tetap di sini? Atau ikut bersamaku?" tanya Sen"Aku tetap disini, berhati-hatilah," kata Meygan"Maaf aku tadi hampir melukaimu, aku tidak tahu itu kamu, Mey,""Tak masalah, paling tidak kamu sekarang jadi tahu wujudku," kata MeyganMeygan teman se asrama Senja. Ia jar
Sesuatu berpendar dari dalam kantong. Mengingat Salim adalah ahli senjata, maka benda itu pasti juga merupakan senjata rahasia. "Kita bahkan belum menemukan musuh, buat apa semua senjata ini disaat dunia begitu damai dan indah," kata Senja"Jaga ucapanmu, Sen. Apa kau lupa jika kata-kata mu itu begitu berbahaya," kata Senja "Bukankah itu nyata? Aku bahkan punya tongkat Pelia, panah lengkap dengan busur indahnya dan ini apa lagi?" tanya SenjaSenja membolak balik benda yang sesekali bercahaya itu. Benda seukuran telur ayam dengan bentuk yang lebih pipih. Ia memiliki warna zamrud dan satu warna ruby. Senja menggosokkan benda itu diatas celananya seolah membersihkan. Tiba-tiba benda itu mengeluarkan sesuatu seperti sayap di kanan kirinya. Benda itu mengambang di hadapan Senja, cahayanya meredup. "Wah, apa yang benda ini bisa perbuat, Bay?" tanya SenjaBayu mengamatinya lebih detile. Ia membolak balikan benda ditangannya itu. Mengintip dan melihat nya lebih dekat seolah mencari sesuatu
Fajar mengajak Senja menjauh dari perayaan. Ia tak ingin ada seorangpun yang mengganggu mereka berdua. "Senja, apa kau tahu berapa lama perjalanan dari kota kita sampai sini?”"Ya aku tahu,""Aku benar-benar merindukanmu. Aku senang mendengar suaramu saat pertama kali sejak kau pergi," kata Fajar"Ada sesuatu yang menenangkan saat itu. Aku bersyukur kau masih hidup,""Terimakasih, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Ntah itu apa yang kau katakan tentang Prita benar atau tidak,""Bukankah aku sudah mengatakannya padamu?""Semacam telat kupikir. Andai kau menghargaiku sebagai pacar lima tahun mu, saat rencana itu baru rencana pun kau bisa mengatakannya lebih dulu. Kali ini yang terjadi adalah kau tidak menganggapku ada. Dan Tuhan menghilangkanku dari dunia setelahnya,""Kamu ngomong apa si? Aku disini karena ingin bertemu denganmu. Bukankah saat ini kamu adalah nyata? Aku bahagia bisa bertemu lagi denganmu, kita bisa bersama lagi," ucap Fajar"Aku gak bisa," kata Senja"Kenapa? k
Sen akhirnya bisa mengarahkan Monster Saltic ke lembah Raksasa. Kini ia merasa lega. Mereka hanya perlu mengecek kesokan harinya dan melihat apakah laba-laba besar itu sudah membuat sarang baru."Kita sebaiknya segera pulang. Hari ini ada perayaan di Desa Galie," kata Bayu"Benarkah? aku bisa mengambil banyak foto hari ini," ucao Senja dengan raut wajah senang"Kau bahkan lupa dengan lelah yang baru kita lewati," kata Bayu"Ini bisa jadi baru pemanasan, Bay. Kita masih perlu banyak belajar, akupun perlu banyak melatih fisikku,""Ah iya, kau harus latihan berlari. Bisa-bisa kau sellu ketinggalan dariku,""Baik, baik. Teanang saja, aku kan mulai berlatih saat ini," kata Senja.Ditampat lain. Fajar sejak subuh berada di kantor yang lebih mirip markas perampok. Ada banyak pria dengan badan besar dan bertato berjaga di sekitar Mandor Mus. Selain puluhan orang yang berjaga, ada pula yang berada di dalam menemani tuannya berbagi cerita, sebagian yang lain orang-orang yang berbadan kurus yang
'Sen.. Tenanglah. Mendekatlah ke arah Bayu,'Senjayang masih terisak dengan tangisnya mengikuti kata Afreda. Ia mencoa tenang, lalu memperhatikan seluruh bagian tubuh Bayu dari kepala hingga kaki. Lalu dengan kekuatannya lagi, Senja menghilangkan tanah yang menyelimuti Bayu.Senja melihat peluit yang tergantung di leher Bayu. Ia ingat peluit itu bisa ia gunakan untuk memanggil Guru Hameez. Senja segera melepaskannya dari leher Bayu.Ia kemudian meniupnya beverapa kali.Senja memejamkan matanya. Ia menghembuskan energi kosmo ke sekitarnya secacara tidak sadar. Pohon dan benda lain disekitarnya menyimpan energi itu. Rasa sedih yang Senja rasakan ikut menyeruak membentuk gelembung-gelembung kecil yang berwarna ungu. Ia membuat beberapa bagian pohon layu dan beberapa binatang lemas seolah energi mereka ikut tersedot saat itu juga. Lalu harapannya muncul, saat sekali lagi Senja meniup peluit itu. Ia membayangkan Guru Hameez yang datang dengan terbang menyerupai elang. Harapan dan optimist
Senja dan Bayu melihat ke arah belakang mereka. Ada bagian hutan yang tidak terlalu rapat kanopinya, sehingga siapapun bisa melihat dengan jelas tubuh tinggi besar Moster Saltic. Ia bergerak lambat dan tak melompat. Senja tahu, seperrtinya Menster itu memperhatikan seseuatu di depannya. Mangsa atau semacamnya. Karena saat itu masih dalam jam berburu makanan untuk si Monster."Kita memunggunginya, Bay,""Iya, gunakan kekuatan kosmosmu, Sen. Kau hanya harus mengumpulkan energi lalu arahkan padanya agar ia mau mengikuti mau mu, lalu arahkan ke Lembah Raksasa," kata Bayu"Bay, bolehkah aku jujur?""Apa?""Jujur dari kita berdiri ini, aku sama sekali tidak tahu dimana arah Lembah Raksasa,""Hemm, itu ada di bagian barat daya kita, Sen. Ah tapi terlalu rumit kalau kau tidak tahu arah. Begini saja, kau ingat pohon berbunga kuning?""Iya. Pohon yang mengeluarkan aroma buah itu ya? Ya aku pernah melihatnya banyak di Lembah Raksasa,""Nah! fokuskan pada pohon itu setelah energimu mengunci piki
Tap! Tap! Tap!Senja yang tegang menunggu dan menebak siapa yang datang. Ia bahkan tak menemukan Afreda disaat seperti itu."Sen!"Senja membuka mata. Bersyukur bukanlah Fajar yang datang ke kamarnya. Melainkan Sam. Senja membuang nafasnya lepas dengan keras."Kau membuatku kaget, Sam!""Ada apa?" tanya Senja lagi"Saudara kembarku mengatakan hal yang aneh sata kami bertemu,""Apa?""Eh, kenapa kau tidak terlihat kaget saat aku bilang saudara kembar? Apakah kalian memang benar-benar bertemu?""Iya. Aku dan Bayu bertemu dengan Salim saat kami pergi ke Intezar," jawab Senja"Apakah Intezar benar-benar ada?""Apa kamu selama ini tidak tahu? bukankah kau dan Salim adalah kembar? Asal kau tahu, Salim adalah ahli senjata, apakah hal itu kau juga tidak tahu?" tanya Senja"Aku--A--ku, selama ini tidak pernah mempercayai apa yang dikatakan Salim. Ia mengajakku untuk pergi ke Intezar, tapi ceritanya terlalu tidak masuk akal buatku. Tapi semalam dia pulang dan bercerita tentang dua orang manusia
Senja berjalan menuju ke hutan yang berbatasan dengan anak sungai. Ia melihat ke saku nya, masih ada beberapa batu biru yang tersisa. Senja fokus berhati-hati jika tiba-tiba monster Saltic datang menyerangnya. Bayu fokus mencoba mengingat-ingat tanda yang diletakannya. Sebuah pita berwarna merah yang ia ikat ranting pohon. Pohon tempat mereka keluar dari Intezar. "Apa kamu pikir monster itu bisa diajak main-main? Kita seperti setor nyawa jika berada disini,” kata Bayu"Husss, diamlah. Aku juga berharap punya sesuatu untuk bertahan dari serangannya, yang perlu kita lakukan adalah mendorongnya masuk ke hutan yang lebih dalam, itu saja. Jangan sampai ia pergi ke Desa Galie,""Aku paham,""Hanya orang-orang yang sama gila nya yang bisa paham apa yang aku maksud tanpa bertanya lagi," kata Bayu santaiMereka berdua berhenti di sebuah pohon dengan pita merah. Bayu begitu senang saat menemukannya. Namun, mendadak ia terdiam."Bagaimana caranya masuk?" tanya Bayu"Apakah kamu benar tidak i
Ahli ramuan keluar dari ruangannya. Saat ia mendekati meja Sen dan Batu ia melihat pohon kecil dari delima tumbuh diatas mejanya. "Sejak kapan ada Pohon Delima disini?" tanya ahli ramuanAhli ramuan mengamati Sen dan Bayu bergantian. Ia jelas berpikir jika salah satu dari mereka memainkan biji delima yang hendak dijemur. "Siapa diantara kalian yang menumbuhkan biji delima ini?" tanya ahli ramuanBayu menunjuk Sen dan membuatnya nyengir ketakutan. Ia tidak paham maksud dari ahli ramuan menanyakannya. "Tolong tumbuhkan beberapa lagi, sebab di tanah Intezar sangat sulit untuk pohon delima tumbuh," kata ahli ramuan Bayu terkekeh melihat ekspresi Sen yang awalnya takut disalahkan. Kini ia tertawa karena Sen justru harus menggunakan kekuatannya untuk membantu ahli ramuan menumbuhkan Pohon Delima. "Owhya, Tuan Hameez, serbuk ini bisa jadi obat dan racun sekaligus, saat kondisi terkena air garam serbuk ini bisa menjadi sangat mematikan dan jika tidak maka akan menjadi obat," kata Sang A