Xander baru saja sampai di kafe, Xander langsung masuk ke dalam untuk menemui dua sahabatnya itu yang katanya sudah ada di dalam kafe. “Xander di sini,” teriak Alan, lalu Xander berjalan ke ara dua sahabatnya itu. “Dari mana saja kok lama banget?” tanya Rendra sambil meminum es kopi capucino kesukaan dia. “Gue habis nganterin pacar gue tadi,” ucap Xander lalu memanggil pelayan kafe dan memesan minuman kesukaannya “Wah nggak jomblo lagi dong,” ucap Alan “Ngomong-ngmong siapa cewek lo?” tanya Rendra “Ara sahabat dekat dari kecil sekarang sudah jadi sepasang kekasih,” ucap Xander “Wah gila ternyata jadian sama cewek primadona kampus dan lo, Xan juga sangat populer di kampus apa jadinya kalau orang kampus sampai tahu pasti pada patah hati ini,” ucap Alan “Wah iya ini kalau kita bikin berita di I* kalau Xander dan Ara jadian pasti bakal heboh dan yang pasti bakal jadi berita trending topik lagi,” ucap Rendra dengan penuh semangat. Memang dasar Alan dan Rendra memang begitu suka seb
Ara sadar dari pingsannya, ia melihat di kamarnya ada mama dan papanya, namun ekspresi papanya seperti sangat marah dengan Ara. Ara membenarkan posisi duduknya dengan di bantu mamanya. “Dengan siapa kamu hamil Ara!" teriak Maxwel dengan suara sangat keras dan marah kepada Ara “M-maksud Papa apa?” tanya Ara dia masih bingung kenapa papanya bertanya seperti itu. “Papa tanya sekali lagi Ara kamu hamil anak siapa?” tanya Maxwel masih dengan sangat emosi. “P-papa jangan marah-marah nanti penyakit jantung Papa kambuh lagi,” ucap Claristha mempetingati suaminya agar tidak emosi. “Ma ... apa yang di katakan Papa barusan apa benar Ma kalau Ara hamil?" tanya Ara yang sudah mengeluarkan air matanya. “Iya Ra, sekarang kamu jujur kamu hamil anak siapa?” tanya Claristha kepada anaknya, perasaan Claristha campur aduk ada rasa kecewa dan ada rasa bersalah karena telah gagal mendidik dan menjaga anak satu-satunya yang ia punya. “Maafin Ara Ma, Pa. Ara benar-benar khilaf ngelakuinnya, maaf,” ucap
Ara baru saja keluar dari kamarnya dan menuruni tangga menuju ke ruang tamu di sana sudah ada mama dan papanya begitu juga Xander dan kedua orang tuanya, Ara duduk di samping mamanya ia begitu terlihat sangat cantik. Claristha mengajak semuanya untuk ke ruang makan terlebih dahulu untuk makan malam bersama, kedua orang tua Xander dan juga Xander sangat menikmati jamuan makan malam dari keluarga Max, sudah lama juga mereka sudah tidak berkumpul untuk makan malam begini karena kesibukan dua keluarga ini. Sesudah selesai makan malam mereka ke ruang keluarga untuk membicarakan tentang anak-anaknya. “Gimana makan malamnya, masakannya enak nggak,” ucap Maxwel “Masakannya benar-benar enak, sudah lama juga kita nggak makan malam bersama,” ucap Bryan “Iya, aku juga sudah kangen sama masakan Claristha dan malam ini aku bisa makan masakan Claristha,” Felicia memuji masakan sahabatnya yang begitu sangat enak. “Kamu Fel bisa saja, kalau begitu sering-seringlah main kerumah kita sama-sama long
Hari ini Ara masuk kuliah dengan di jemput oleh Xander, Ara di atar Xander sampai masuk kelas. Sungguh beruntungnya Ara mempunyai kekasih seperti Xander yang begitu sangat perhatian dan peduli dengan Ara. Apa lagi sebentar lagi mereka berdua akan melangsungkan pernikahan. Xander pamit kepada Ara untuk ke kelasnya karena hari ini juga ada mata kuliah. Setelah kepergian Xander Syafa dan Nabila mendekati Ara. “Haduh yang baru saja di antar sama kekasihnya sweet banget si,” ucap Nabila yang sedang duduk di samping Ara. “Iya ni bikin iri saja, kapan ya gue punya kekasih kek Xander gitu,” ucap Syafa sambil membayangkan kekasihnya nanti. “Dasar kamu Fa terlalu banyak berkhayal si,” ucap Nabila “Kalian ini datang-datang kok malah berdebat sih,” ucap Ara “Hehehe, ngomong-ngomong kemarin kemana nggak masuk kuliah sampai dosen kesayangan loe nyariin, mentang-mentang lo murid kesayangannya nggak ada di cariin giliran yang lain di cuekin,” ucap Syafa “Kemarin gue sakit jadi nggak bisa masuk
Ara dan Xander sudah sampai di rumah, mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah sampai di dalam rumah Ara dan Xander di sambut oleh Caristha. Caristha membawa mereka ke ruang makan sekalian mengajak Xander makan malam di sini. Xander duduk di sampin Max, sedangkan Ara di samping mamanya mereka sedang menunggu makan malam tersaji semua di atas meja. “Gimana wisuda kamu Xan?” tanya Max “Beberapa minggu Xander akan wisuda om,” ucap Xander “Baguslah setidaknya nanti sesudah menikah dengan Ara kamu tidak pusing harus kuliah dan bekerja,” ucap Max “Iya om,” ucap Xander “Nanti lagi ngobrolnya sekarang kita makan dulu, o ya Ara apa itu yang kamu bawa,” ucap Calistha “Oh ini ma mie ayam tadi aku beli di samping kampus dan rasanya sangat enak, tapi ini udah dingin nanti minta di angetin sama bibi aku mau makan mie ayamnya,” ucap Ara “Jangan terlalu banyak makan mie Ara itu nggak baik buat kesehatan,” ucap Calistha memperingati anaknya. “Iya ma,” ucap Ara Merekapun makan malam bersama
Malam ini Xander dan Ara hanya tidur biasa tanpa malam pertama karena Xander juga merasa kasihan dengan Ara karena kecapean ia juga tak berani melakukannya karena Ara juga sedang menggandung. Besok pagi Xander berniat mengajak Ara ke dokter untuk cek kandungannya dan perkembangan anaknya. Ara sudah tertidur lebih dulu setelah ia selesai membersihkan diri sedangkan Xander, saat Xander keluar dari kamar mandi ia sudah melihat istrinya tertidur. Xander pun ikut menyusul tidur di samping Ara ia memeluk Ara, Xanderpun memejamkan matanya dan iapun tertidur. Pagipun tiba Xander dan Ara masih tertidur dengan pulas, Ara merasakan ada yang berat di pinggangnya seperti ada yang menindihnya Ara pun terbangun dan melihatnya ternyata itu tangan Xander yang sedang memeluknya. Ara pun berbalik ia melihat wajah Xander dengan sangat dekat entah kenapa jantungnya berdetak kencang sebelumnya padahal ia tak pernah merasakan sebenarnya ini kenapa. Ara mengelus pipi Xander dengan sangat hati-hati takut m
Kini Xander dan Ara sudah berada di ruangan sedangkan dokter yang bernama dokter Cantika sedang mengecek kandungan Ara. Xander melihat pergerakan janin yang berada di dalam perut Ara dan terlihat masih gumpalan kecil. Setelah dokter selesai memeriksa Ara di bantu Xander untuk bangun dan berjalan ke kursi untuk duduk. “Gimana dok?”tanya Xander “Semuanya baik-baik saja, janin yang ada di kandungan ibu Ara berkembang dengan sehat,”ucap dokter Cantika “Syukurlah, lalu apa saja dok yang harus di perhatikan oleh istri saya?” tanya Xander. “Ibu Ara harus perbanyak makan-makanan yang bergizi apa lagi buah-buahan dan jangan lupa juga minum susu khusus ibu hamil, dan saya juga akan resepkan vitaminnya nanti di tebus di apotik ya,” ucap dokter Cantika. Xander dan Ara mengangguk paham, setelah selesai mereka pun pamit kepada dokter Cantika dan keluar ruangan, sebelum keluar rumah sakit Xander dan Ara ke apotik lebih dahulu untuk menebus vitaminya. Xander menyuruh Ara duduk terlebih dahulu d
Pernikahannya dengan Xander memang tidak ada yang tahu selain keluarga besar mereka, bahkan sahabat mereka saja tidak ada yang di beri tahu. Mungkin nanti jika mereka sudah siap untuk memberi tahu kepada sahabat mereka dan untuk saat ini Ara dan Xander lebih memilih diam dan tetap menjalani hari-harinya seperti biasa, bahkan Xander yang selalu berhati-hati dan dia juga siap mengantarkan Ara yang pagi ini akan sidang skripsi, sedangkan Xander sudah lebih dulu sebelum mereka menikah dan pagi ini giliran Ara.“Sayang, ayo. Aku akan mengantarkan kamu sampai kelas,” ajak Xander yang sudah menarik tangan Ara.Akan tetapi Ara tetap diam di tempat dan menggigit bibirnya, Xander yang melihat Ara melakukan itu semakin membuat dirinya tidak tahan saja. “Apa yang kamu lakukan sayang, apa kamu sengaja menggodaku hm, bentar lagi kamu akan sidang nanti bagaimana kalau kamu tidak jadi sidang,” ucap Xander.Ara langsung menggelengkan kepalanya, “Tidak, aku ingin melakukannya dan setelah itu lulus. Tap
Setelah dua minggu penuh kenangan di Paris, tibalah hari di mana Xander dan Ara harus kembali ke Manhattan. Perjalanan mereka di Paris telah mempererat hubungan dan menghadirkan banyak momen berharga yang akan selalu mereka kenang. Di atas pesawat yang membawa mereka pulang, keduanya duduk berdampingan, saling berpegangan tangan, mengingat hari-hari penuh keajaiban yang baru saja mereka alami.Saat pesawat mendarat di Bandara JFK, Manhattan, kehidupan kembali memanggil mereka dengan ritme cepat dan hiruk-pikuk yang khas. Xander dan Ara keluar dari bandara, bertukar pandang dengan senyum penuh arti, sebelum menuju taksi yang akan membawa mereka pulang.Di dalam taksi, mereka terdiam sejenak, menikmati sisa-sisa suasana Paris yang masih lekat di hati mereka. Ara menyandarkan kepalanya di bahu Xander, merasa nyaman dan damai. "Aku akan merindukan Paris," bisiknya."Aku juga," jawab Xander, mencium rambutnya. "Tapi Manhattan punya pesonanya sendiri. Kita akan menciptakan lebih banyak kena
Kehangatan sinar matahari pagi menerobos tirai kamar hotel, menyentuh wajah Ara yang tertidur. Xander sudah bangun, mengamati Ara dengan senyum lembut. “Betapa damainya dia,” pikir Xander, mengingat perjalanan mereka dari masa lalu yang penuh cobaan hingga saat ini.Ara membuka mata perlahan, mendapati Xander yang menatapnya. "Selamat pagi," bisiknya dengan suara serak."Selamat pagi," jawab Xander, mengecup keningnya. "Siap untuk petualangan hari ini?"Ara tersenyum lebar, mengangguk. "Tentu saja. Paris selalu menyimpan keajaiban."Setelah sarapan di kafe terdekat dengan croissant hangat dan kopi yang menggugah selera, mereka berjalan menuju Montmartre. Suasana jalanan yang ramai dipenuhi oleh seniman jalanan dan kios-kios yang menjual berbagai barang seni.Di depan Basilika Sacré-Cœur, Xander dan Ara menikmati pemandangan kota yang memukau. Mereka mengambil foto bersama, tertawa bahagia, menikmati setiap momen kebersamaan."Tempat ini selalu punya aura magis," kata Ara sambil memand
Paris, Prancis – Musim Panas, Tiga Tahun Kemudian... Langit Paris dihiasi awan-awan putih yang berarak perlahan, membingkai menara Eiffel yang megah dan Seine yang berkilauan di bawah sinar matahari. Xander dan Ara sedang duduk di sebuah kafe di tepi sungai, menikmati secangkir kopi dan croissant yang segar. Senyum tipis menghiasi wajah mereka, meskipun masih ada bayang-bayang masa lalu yang samar-samar terlihat di balik mata mereka. "Aku masih tidak percaya kita akhirnya ke sini," ujar Xander sambil menyesap kopinya. Dia menatap mata Ara yang bersinar di bawah sinar matahari. Ara tersenyum lebar. "Aku selalu tahu kita akan sampai di sini suatu hari. Paris adalah tempat impianku sejak kecil." Mereka berjalan menuju Notre Dame setelah sarapan, menyusuri jalan-jalan berbatu yang dipenuhi aroma roti panggang dan kopi segar. Suara musisi jalanan bermain akordeon mengisi udara dengan melodi yang ceria, dan orang-orang berlalu lalang dengan tawa dan percakapan yang menggema di sepanjang
Ara tersenyum kecil dan menikmati pelukan Xander. "Kami memiliki bayi yang sangat indah, hebat dan sempurna," ujarnya sambil membelai tangan Xander.Xander menatap bayi mereka yang tertidur dengan tenang di atas ranjang dan berkata, "Aku sangat bersyukur memiliki anak yang seperti dia. Dia adalah hadiah terbesar dalam hidup kita.""Aku setuju," ujar Ara sambil menarik tangan Xander ke arah dirinya dan berputar, sehingga ia menghadap Xander sambil tetap tertutup dalam pelukan Xander."Kamu dan anak kita selalu akan menjadi prioritas utama dalam hidupku," ujar Xander tersenyum."Dan keluarga kita selamanya akan menjadi yang terbaik," balas Ara tersenyum lebar.Mereka saling bertatapan dengan senyum di wajah mereka. Namun, suddently Xander terbangun dari mimpinya.Itu hanya mimpi, pikirnya dalam hati. Dia merasa sedikit sedih karena mimpi indahnya tiba-tiba berakhir. Namun, dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir rasa sakit itu lalu bergegas bangun dari tempat tidurnya.Setelah mencuc
Xander dan Ara menjalani kehidupan yang bahagia bersama bayi laki-laki mereka. Xander selalu pulang dari kantor dengan cepat, tidak peduli seberapa sibuknya dia di kantor, agar dia bisa memberikan perhatian penuh kepada bayi mereka. Ara merasa senang melihat begitu banyak perubahan dalam hidup mereka setelah memfokuskan diri pada keluarga.Bayi mereka mulai tumbuh dan berkembang, dan setiap perkembangan baru diakui dengan sukacita. Setiap kali bayi mereka mencapai tonggak penting dalam kehidupannya, seperti belajar merangkak atau berjalan, mereka merayakan dengan penuh kegembiraan. Keluarga kecil mereka menjadi prioritas nomor satu.Namun, semakin besar bayi mereka, semakin Xander merasa khawatir. Ia merasa khawatir tentang bagaimana ia bisa mempersiapkan anaknya untuk masa depan, dan memastikan bahwa ia memiliki segala sesuatu yang dibutuhkannya di dunia ini. Ia sering merenungkan masa depan bayi laki-lakinya, dan bekerja dengan keras untuk menjamin kesejahteraan mereka.Ara melihat
Setelah liburan itu, mereka kembali ke kehidupan sehari-hari yang sibuk. Xander kembali fokus kepada proyeknya, dan Ara mempersiapkan segala kebutuhan untuk kelahiran bayinya. Namun, satu peristiwa terjadi yang mengubah segalanya.Pada suatu pagi, Xander mendapat telepon dari salah satu karyawannya yang mengabarkan bahwa proyek yang mereka kerjakan mengalami masalah besar dan membutuhkan perbaikan yang mendesak. Xander langsung berangkat ke kantor dan bekerja tanpa henti untuk menyelesaikan masalah tersebut.Sementara itu, Ara merasakan sakit pada perutnya dan merasa khawatir untuk bayinya. Ia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan. Setelah pemeriksaan, dokter mengatakan bahwa bayinya harus dilahirkan dengan segera karena ada masalah dengan kesehatannya.Xander merasa tidak tahu harus berbuat apa saat mendapat kabar ini. Ia sedih dan khawatir, tetapi harus tetap fokus menyelesaikan proyek. Ia meminta stafnya untuk melaporkan penyelesaian proy
Suasana di kantor Xander sangat ramai sejak adanya proyek baru yang akan dikerjakan. Selama beberapa minggu, Xander dan timnya sangat sibuk menyelesaikan berbagai persiapan. Setiap harinya, Xander pergi pagi dan pulang malam. Hal ini membuat Ara menjadi khawatir akan kesehatan suaminya.Malam itu, selepas makan malam bersama, Ara menemani Xander duduk di ruang tamu rumah mereka. "Honey, kau tidak merasa lelah dengan semua pekerjaan yang kau lakukan?" tanya Ara penuh perhatian.Xander tersenyum dan memandang istrinya, "Pastinya aku merasa lelah, Honey. Namun, aku ingin memastikan bahwa proyek ini sukses. Aku ingin membuat Papa bangga. Menggantikan posisinya adalah tanggung jawab besar, dan aku tidak ingin mengecewakannya."Ara mengangguk setuju, "Aku tahu Honey. Aku juga bangga padamu, tapi jangan lupa untuk menjaga kesehatan ya. Apalagi kita akan punya anak, aku ingin dia tumbuh dengan kebahagiaan bersama kita." ucap Ara sambil menyentuh perutnya yang mulai membesar.Xander menggengga
Nyata menjalin sebuat ikatan pernikahan tidak seindah apa yang mereka pikirkan. Dimana yang awalnya mereka hidup bersama dengan orang tua mereka dengan penuh kemewahan dan apa pun selalu ada karena memang sudah ada pelayan. Akan tetapi tidak dengan Ara yang kini posisinya sebagai istri karena semua tidak harus pelayan yang mengerjakannya. Dulu Ara yang sering bangun siang kini dia bangun lebih awal untuk menyiapkan segalanya, meski dia masih belajar akan tetapi dia akan berusaha menjadi iatri yang baik. "Pagi, Honey," ucap Xander yang baru saja datang dengan penampilan formal seperti biasanya. "Pagi, aku sudah siapkan sarapan untuk kita dan lebih baik kita segera sarapan. Aku takut jika nantinya kamu akan terlambat," ucap Ara. Xander hanya menganggukan kepalanya dengan senyuman manis di bibirnya. Setelahnya mereka menikmati sarapan pagi mereka dengan khidmat. "Honey, sebaiknya aku segera berangkat. Pagi ini aku ada meeting dengan para karyawan dan aku harap kamu di rumah jaga diri
Mereka memang terlihat sangat romantis, namun usia mereka juga masih cukup muda untuk menikah namun karena memang sudah terjadi dan kedua orang tua mereka hanya bisa berdoa agar pernikahan mereka bertahan sampai maut memisahkan mereka. Entahlah mungkin mereka terlalu percaya diri tinggi hingga sangat percaya pada anak-anaknya bisa menjaga diri namun sayangnya mereka salah menilai.“Apa yang sedang kau pikirkan?” tanya Max yang baru saja masuk ke dalam kamar dan dia melihat istrinya yang sedang melamun. Max baru saja kembali dari kantor karena memang ada beberapa hal yang harus dia urus di perusahaan.“Tidak,” ucap Ristha berdusta.“Aku tidak bisa kamu bohongi, bahkan kita sudah hidup bersama lama tapi kenapa kamu selalu menutupinya sendiri honey,” ucap Max, bahkan saat ini Max juga duduk di samping istrinya, dia ingin mendengarkan apa yang sedang dipikiran istrinya hingga membuatnya melamun sampai kedatangannya pun sang iatri tidak menyapanya.“Apa kita membuat keputusan benar den