Setelah selesai mandi, kini Gala dan Bintang membaringkan diri ditempat tidur. Gala berbaring dengan tangan dibawah kepalanya, sedangkan Bintang berbaring nyaman didada Gala. Mereka sedang berbincang sembari menunggu kantuk.
“Sayang, hari ini aku mendapat sebuah surat undangan pernikahan dari Bali. Kamu tahu dari siapa?”
“Bali? Hmmmm... Apakah dari Dion dan Aqila?” tebak Bintang dan mendapat anggukan dari Gala.
“Ya, dari mereka. Aku lupa membawanya pulang tadi. Acaranya malam minggu weekend ini. Bagaimana?”“Apa nggak masalah kalau kita datang?” tanya Bintang ragu. Dion adalah sosok yang pernah dekat dengannya. Bahkan dulu mereka sempat hampir menikah. Bintang tak mau Gala salah paham untuk hal ini karena hanya dirinya ingin datang tanpa mempertimbangkan pendapat Gala.
“Aku rasa tidak masalah. Mereka juga datang dihari pernikahan kita dulu. Ada apa sayang? Sepertinya kamu ragu?” tanya Gala y
Pagi hari di Bali...Bintang dan Gala sudah bangun terlebih dahulu. Mereka sudah jogging berkeliling kompleks hotel yang langsung terhubung langsung dengan pantai. Sam masih tertidur lelap saat mereka pergi. Namun Bintang sudah meninggalkan note jika nanti Sam bangun sebelum mereka kembali. Namun ternyata sampai mereka selesai joggingpun Sam masih tidur pulas.“Good morning sleepyhead.. ayo bangun.. kita sarapan dan jalan-jalan.. pemandangannya sangat indah, sayang untuk dilewatkan..” Gala membangunkan Sam yang masih meringkuk dibawah selimut.Sam mulai menggeliat, mencari posisi nyamannya. Matanya mulai terbuka perlahan. Sam menyunggingkan senyum melihat Gala ada dihadapannya.“Papa jogging?” tanya bocah itu dengan suara serak khas bangun tidur.“Iya, papa dan mama jogging dipantai tadi. Mama tadi membangunkanmu tapi kamu malah semakin menggulung selimut. Sekarang bangun dan cuci muka. Kita sarapan. Mama udah menunggu
“Gala, apa kabar?” tanya wanita itu.Merasa ada yang memanggil, Gala memutar tubuhnya. “Angelica.” Seulas senyum terbit dari bibirnya. “Seperti yang kamu lihat. Kabarku baik. Bagaimana denganmu?”“Aku juga baik. Apa aku sedang bermimpi?”“Kenapa?”“Kamu baru saja tersenyum. Dan itu langka banget. Kayaknya harus dimuseumkan.” Goda Angelica.Gala tergelak mendengar ucapan wanita yang berdiri dihadapannya itu. “Kamu ini bisa aja.”“Kamu kelihatan sangat bahagia.” Angelica mengamati wajah Gala yang berseri.“Iya dong, dihari bahagia kakakmu nggak mungkin aku cemberut.”Angelica mengiyakan ucapan Gala dengan anggukan. “Datang sendiri?”“Nggak. Kesini bawa Istri dan anakku, mereka lagi ketoilet.” Gala mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bintang dan Sam yang belum juga kembali.Angel
Gala terus berlari mencari Bintang dan Sam, namun belum juga menemukannya. Nafasnya sampai tersengal-sengal karena berlari. Gala duduk di bangku kosong dihadapannya, mencoba mengatur nafas. Diusap wajahnya dengan frustasi. Teringat perkataan Angelica tadi bahwa Vania ada disini. Seseorang yang tidak pernah Gala harapkan kembali dalam hidupnya.Tak ingin larut dengan kekesalannya, Gala kembali berdiri. Mengatur nafas dan berjalan kembali. Mencari anak istrinya yang sejak tadi belum juga kembali. Rasa khawatir mulai menyelimuti hatinya, terlebih seseorang yang tidak ingin ia temui ada disini.Baru beberapa langkah, ekor matanya melihat dua sosok yang ia cari sejak tadi. Mereka sedang duduk sambil sesekali Sam tampak meringis.“Mama.... Sam...” panggil Gala dari kejauhan dan segera berlari menghampiri keduanya. “Kalian darimana saja? Kenapa lama sekali? Dari tadi papa hubungi mama tapi tidak diangkat. Apa kalian baik-baik saja? Ada yang mencelakai
Dari kejauhan, Bintang dapat mengenali sosok Gala yang mulai mendekatinya. Bintang melambaikan tangan, memanggil sang pujaan hati.“Hai sayang. Sini. Kenalkan ini temanku, Vania.” Bintang melambaikan tangannya, mencoba mengenalkan Vania pada Gala.Senyuman terpancar diwajah pria itu saat berjalan menghampiri sang istri, namun Bintang dapat melihat dengan jelas senyuman itu mulai pudar. Tatapan matanya tak lagi tertuju pada Bintang, tapi ke dua sosok yang ada disebelahnya.Gala tidak menghiraukan Bintang. Malah menarik tangan Sam yang ada digenggamannya, melepaskan bocah itu dari pelukan Vania.“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Gala dengan wajah datar. Bintang sudah sejak lama tidak melihat raut wajah seperti itu dari Gala. Wajah suaminya kini begitu dingin dan penuh rasa kekecewaan.“A..aaku... Aku ingin bertemu dengan Bintang...” jawab Vania tergagap.“Kalau kamu memang ingin bertemu dengan istri
Gala memandangi punggung Bintang yang semakin menjauh. Ia memegang dahi yang baru saja dikecup oleh wanita yang sangat dicintainya itu. Kecupan singkat namun mampu merubah suasana hatinya.Sejak tadi ia berdiam diri dikamar, merenungi kesalahannya karena berkata dengan nada tinggi pada istrinya itu. Ia tahu kesalahannya, tak pernah sedetikpun ingin menyakiti Bintang. Tapi karena ada sosok yang tidak ingin dijumpainya membuat emosinya tidak stabil. Padahal, tidak sepantasnya ia tumpahkan kemarahannya pada Bintang.Seharusnya ia bisa meredam emosi karena kehadiran Vania yang tiba-tiba. Sebenarnya Gala sudah menyiapkan diri jika hari itu akan tiba, hari dimana Vania pasti akan kembali menemuinya. Tapi ketika melihat Wanita itu memeluk Sam, ada rasa tidak senang dalam diri Gala, lebih tepatnya rasa takut kalau Sam akan dibawa jauh darinya.Lamunan Gala buyar ketika pintu kamarnya terbuka. Bintang telah kembali dengan satu cangkir kopi di tangannya. Ia datang dengan
Bintang masih diam selama perjalanan. Tatapannya kosong keluar jendela. Kepalanya bersandar nyaman disandaran kursi. Ia memang sedang tidak ingin berbicara dengan pria yang ada disebelahnya itu. Walaupun sebenarnya didalam hati kecil Bintang ingin sekali ditanya.Gala pun sama. Salah tingkah dengan sikap diam istrinya. Ia bingung harus memulainya dari mana. Gala menghela nafas, mencoba menenangkan diri dan mulai berbicara.“Sayang...” panggil Gala. Namun Bintang masih diam. “Sayangku cintaku istriku pujaan hatiku..” panggilnya lagi. Tapi Bintang tetap bungkam. Gala mengerucutkan bibirnya, mencari cara supaya Bintang mau bicara dengannya.“Sayang, tanganku gatal. Bisa tolong garukkan?” pinta Gala memelas.Mau tidak mau Bintang menggaruk tangan Gala yang katanya gatal meski wajahnya masih berkerut.“Sayang, punggungku juga gatal.” Bintang mendelik, namun Gala hanya tersenyum memperlihatkan giginya. Bint
Flashback onDua orang sahabat tengah asyik bercengkrama. Mereka sedang merencanakan sesuatu dan harus terlaksana.“Aku sangat merindukannya. Sangat sangat rindu, Angelica. Kau tau maksudku kan. Aku ingin bertemu dengannya. Tapi aku bingung harus dengan cara apa. Aku tahu, ini akan sangat sulit bagiku karena aku tidak punya alasan kuat untuk kembali. Tolong bantu aku...” pinta Vania memelas.Angelica menghela nafas. Ia sedang mencari cara untuk membantu sahabatnya itu. “Kau punya alasan kuat Vania, dia anakmu. Dan seharusnya mereka tidak menghalangimu untuk bertemu dengannya.”“Apa? Kasih tahu aku bagaimana caranya? Hiks hiks” Vania mulai menangis. Hatinya sakit menahan rasa rindu kepada Sam, putra semata wayangnya. Sudah lebih dari lima tahun Vania tidak bisa bertemu dengan Sam. Lebih tepatnya tidak ingin melihat Sam karena rasa sakit hatinya pada Gala. Namun kini ia sudah berdamai dengan dirinya untuk tidak lagi membe
Bintang sedang membantu Gala bersiap ketika tiba-tiba langkah kecil terdengar diruangan itu. Sam datang dengan wajah ceria dipagi ini. Ia sudah siap berangkat sekolah dengan seragamnya.“Papa Mama...” sapa bocah kecil itu.Bintang tersenyum dan berjongkok, merentangkan tangannya dan siap untuk memeluk Sam.Wooah.. tampan sekali kesayangan Mama ini. Mama jadi makin gemes deh,” ucap Bintang sambil mencubit pipi gembil Sam.Sam hanya pasrah sesekali meringis karena cubitan Bintang. Kemudian Sam mencium pipi Bintang dan juga mencubit pipi sang mama. “Aku juga gemes sama mama,” ucapnya. Kemudian langsung berlari sambil tertawa.“Hai Sam..” panggil Bintang namun Sam tidak berpaling lagi dan terus berlari ke meja makan. Bintang tertawa melihatnya. Bocah itu mengajaknya bermain pagi-pagi begini. Sebenarnya ia ingin meladeni, hanya saja badannya masih tidak enak jadi diurungkan niatnya.“Lihatlah.. dia