Share

Bab 02

Author: Sriintan2000
last update Last Updated: 2022-01-21 21:00:00

 

 

 

Aletta berjalan di koridor sekolah sambil tengok kanan-kiri, membuat Kanaya yang ikut berjalan sejajar dengan gadis itu jadi heran.

 

“Lo kenapa, sih?” tanyanya.

 

Aletta tak menjawab. Dia sibuk lirik kanan kiri dengan wajah cemas dan tegang.

 

“Dia gak ada, 'kan?” Alih-alih menjawab pertanyaan Kanaya tadi, Aletta malah melontarkan pertanyaan lain. Kanaya memutar bola matanya malas.

 

“Ditanya malah balik nanya. Nyebelin!” Kanaya mempercepat langkahnya dan meninggalkan Aletta sendirian di koridor.

 

"Eh, kok malah ditinggal? Nay, tunggu!” teriak Aletta yang langsung ikut berjalan cepat juga untuk menyusul Kanaya.

 

***

 

Seorang siswi cantik ber-name tag Amanda Falencia berdiri di depan kelas XI IPA-1 dengan senyum mengembang. Postur tubuhnya yang ideal ditambah paras menawan dan merupakan salah satu gadis perfect se-SMA Nirwana, membuatnya banyak di gandrungi para siswa hampir dari semua warga kelas di sekolahan itu.

 

Gadis itu menolehkan pandangannya ke koridor, seketika senyumnya semakin mengembang lebar melihat sosok laki-laki yang dia tunggu sedari tadi sedang berjalan kearahnya. Tidak-tidak! Bukan ke arahnya, tetapi kearah kelasnya sendiri. Dengan langkahnya yang cepat dan penuh percaya diri, dia mendekati sosok lelaki yang mendapat julukan Rajanya SMA Nirwana itu.

 

“Hi, Satria,” sapa Manda seraya tersenyum. Langkah Satria terhenti. Dia menatap datar gadis di depannya itu dengan alis terangkat satu.

 

Manda mengeluarkan sebuah tupperware berwarna biru ke hadapan Satria.

 

“Buat lo. Gue sendiri lho yang bikin. Habisin, ya,” ucapnya masih dengan senyum percaya dirinya. Sontak saja kejadian itu membuat setiap murid yang berlalu lalang secara spontan menghentikan langkahnya masing-masing sambil menganga tak percaya. Mata mereka membulat melihat keberanian Manda memberikan sekotak sarapan kepada Satria. Laki-laki yang memiliki paras sejuta pesona bak artis terkenal, kaya raya, memiliki IQ tinggi dan sangat piawai dalam bidang olahraga dan merupakan ketua kelas di kelas XI IPA-1. Kelas unggulan di SMA Nirwana. Setiap siswa maupun siswi yang berada di dalam kelas itu otomatis terkenal dan akan ditakuti oleh kelas-kelas yang lain. Bisa dibilang kelas unggulan merupakan penguasa kelas di SMA Nirwana ini.

 

“Lo yang bikin?” ulang Satria. Manda mengangguk antusias. Seketika gadis itu terlihat sangat kegirangan saat Satria mengambil kotak makan itu dari tangannya. Ditambah senyuman yang cowok itu lontarkan, membuat Manda seakan ingin melayang.

 

Semua pasang mata yang menyaksikan itu menganga takjub. Belum pernah dia melihat Satria tersenyum selama ini. Apalagi, pada seorang gadis. Mereka memasang mata dan telinga mereka baik-baik. Karena yang mereka tahu, selain dari kelebihan-kelebihannya tadi, Satria punya satu kekurangan. Yaitu tidak punya hati. Dia dingin dan tidak pernah mau perduli pada siapapun. Selama ini, siapapun yang berani mendekatinya pasti akan dicaci habis-habisan. Tapi Manda? Apakah Satria akan sedikit mempertimbangkan mengingat gadis itu juga sama populer sepertinya meskipun perbedaannya sangat jauh.

 

Satria membuka kotak itu. Tak disangka, cowok itu malah membuang semua makanan yang ada di dalamnya itu ke tong sampah. Manda terbelalak kaget. Sedangkan para murid yang entah sejak kapan semakin ramai berkerumunan itu sama-sama menutup mulut mereka tak percaya.

 

“Kenapa malah lo buang, Sat?” tanya Manda dengan suara bergetar. Keberanian yang tadi sempat berkobar-kobar kini menciut entah kemana.

 

“Kenapa? Bukannya lo pengen makanan ini habis, 'kan?”

 

“Ta–tapi gak dibuang juga.” Manda menunduk. Rasa percaya dirinya yang tadi terpancar perlahan mulai memudar. Matanya mulai memanas. Rasanya dia ingin menangis sekarang juga.

 

Semua yang menyaksikan itu hanya bisa diam tanpa ada yang berani membela Manda. Ya! Selama ini mereka memang sudah banyak mendengar akan sifat Satria yang angkuh dan cuek. Tetapi, hari ini mereka menyaksikan semua itu sendiri. Satria bukan hanya jahat dan dingin, tapi dia juga ... sadis. Bayangkan saja! Gadis secantik dan sepopuler Manda saja dipermalukan seburuk itu olehnya. Bagaimana jika yang memberikan makanan tadi adalah gadis yang biasa-biasa saja?

 

Satria mengembalikan kotak makanan yang tak tersisa sedikitpun makanan itu kembali ke tangan Manda.

 

“Gue peringatin sekali lagi. Sekali enggak, tetep enggak! Jangan mimpi gue bakal luluh sama lo!” kecam Satria datar, lalu beranjak pergi meninggalkan Manda yang tak kuasa menahan air matanya lagi. Gadis itu merasa amat terguncang. Dia sama sekali tak pernah membayangkan kejadiannya akan seperti ini. Satria sukses membuat harga dirinya hancur berkeping-keping.

 

***

 

Tak jauh dari kejadian itu berlangsung, seorang gadis menyaksikan kejadian tadi dengan mulut menganga lebar, Aletta. Dia mengepalkan tangannya erat merasa kesal sekaligus tak menyangka akan sikap Satria yang menurutnya sudah sangat kelewatan. Hati nuraninya tersentuh. Dia merasa kasihan pada Manda. Ingin sekali dia melabrak Satria detik itu juga dan memarahi lelaki itu atau mungkin balas menghinanya karena sudah bertindak sekejam ini. Namun, semua itu berhasil digagalkan oleh Kanaya yang mencekal sebelah tangannya kuat.

 

“Satria udah keterlaluan, Nay. Dia benar-benar jahat. Lo mau gue diem aja kaya gini?” protes Aletta marah, tapi dia berusaha menormalkan suaranya agar tidak menyentak.

 

Kanaya berdecak. “Lo masih suka dia, 'kan? Kalau lo labrak Satria sekarang, kemungkinan Satria bakal benci sama lo. Lo mau image lo turun di depan dia?”

 

Aletta terdiam. Dia ingin menyangkal semua itu, tapi tidak bisa. Aletta masih dan mungkin akan selamanya mencintai Satria. Dia tidak siap jika harus dibenci laki-laki itu.

 

“Tapi–”

 

“Udah. Mending sekarang kita masuk kelas aja. Ayo!” Kanaya langsung menyeret tangan sahabatnya itu untuk pergi dari sana. Selama di perjalanan, Aletta berkali-kali membuang nafas dan memejamkan matanya sejenak. Sekarang dia mempertanyakan kata hatinya sendiri. Apa dia telah salah mencintai orang?

 

***

 

Bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit lalu, Aletta berdiri di depan gerbang sekolah menunggu angkutan umum lewat. Sudah hampir setengah jam dia berdiri di sana, tapi angkot belum ada yang datang juga. Aneh! Biasanya jam-jam segini, angkot banyak lalu lalang. Kenapa sekarang tidak ada satupun?

 

“Kalau tahu begini, mending aku ikut Kanaya aja tadi,” gumamnya. Karena kelamaan berdiri, diapun memilih duduk di bangku panjang yang tersedia di sana dan merapihkan sedikit rambut kuncir kudanya yang mulai berantakan.

 

Tak lama kemudian, sebuah sepeda motor tepat berhenti di depan Aletta. Gadis itu mendongak dan seketika matanya terbelalak lebar melihat laki-laki itu.

 

“Kak?”

 

Laki-laki itu melepas helm full face-nya, lalu berjalan cepat menghampiri Aletta. Dengan lancang, dia mencekal sebelah tangan gadis itu, lalu menariknya kencang agar Aletta mau ikut bersamanya.

 

“Lepasin!” sentak Aletta berusaha memberontak, tapi laki-laki itu tetap tak melepas cekalannya. Dia justru malah semakin mengencangkan cengkramannya dan membuat Aletta meringis sakit.

 

“Mau sampai kapan lo ngehindar, hah? Ikut gue!” tegas laki-laki itu menyentak. Aletta menggeleng dengan air mata yang mulai menggenang. Dia sangat ketakutan sekarang. Terakhir kali dia ikut lelaki itu, dirinya hampir dibawa pergi ke luar negri. Untung saja saat itu, Ibunya berhasil menemukannya tepat waktu.

 

“Enggak! Lepasin aku, Kak!” sentak Aletta pada lelaki yang tak lain Kakaknya sendiri. Geraldi. 

 

Geraldi mengeraskan rahangnya. Dia menatap Aletta dengan pelototan tajam.

 

“Lo mau ngebangkang sama Kakak lu sendiri, hah? Oke. Lo dan Nyokap lo itu emang gak ada bedanya. Kalian berdua itu gak tahu terima kasih!” Setelah puas memaki adiknya sendiri, Geraldi kembali ke motornya dan melaju pergi. Detik itu juga, air mata Aletta meluruh. Dadanya sesak mendengar kata-kata kasar yang dilontarkan Kakaknya sendiri.

 

Orang lain mungkin menganggap kakak laki-laki itu sama seperti malaikat pelindungnya. Dia akan siap siaga menjadi pawang disaat adiknya sedang kesusahan, tetapi Aletta berbeda. Dulu, Geraldi memang sangat menyayanginya. Setiap kali di dekatnya, Aletta selalu merasa aman dan terlindungi. Namun, sekarang semuanya berubah. Sejak ayah mereka meninggal karena kecelakaan, ditambah lagi perusahaan mereka bangkrut dan kehidupan mereka jadi jatuh miskin, Geraldi yang tak sepenuhnya bisa menerima kenyataan berubah menjadi laki-laki yang sangat tempramen dan tak perduli pada keluarganya sendiri. Kuliahnya berantakan dan setiap hari kerjaannya hanya keluyuran tidak jelas dan terjebak dalam pergaulan yang tidak wajar. Yap! Geraldi terpengaruh hasutan teman-teman gilanya hanya untuk mendapatkan uang. Bahkan, pernah saat itu Geraldi berniat menjual rumah mereka kepada salah satu temannya hanya karena kalah taruhan.

 

“Tidak, Aletta. Kamu gak boleh nangis. Kamu harus kuat.” Aletta mencoba tersenyum seraya menyeka air matanya dengan kasar. Dia melambaikan tangan, menghentikan angkot yang kebetulan lewat dan langsung menaikinya.

 

Mengingat kembali kehidupannya yang kacau balau, hanya akan membuat hati Aletta kembali terluka dan perih. Beruntungnya, disaat kondisi ekonomi keluarganya yang terbilang sangat miris, Aletta dengan kepintarannya berhasil mendapatkan beasiswa dan berhasil sekolah di SMA Nirwana seperti sekarang. Meskipun Aletta agak kecewa karena tidak bisa masuk kelas unggulan dan sekelas dengan laki-laki idamannya, tetap saja Aletta bersyukur. Hanya dengan memandangi Satria dari jauh saja, itu sudah cukup baginya.

 

 

Related chapters

  • My Destiny   Bab 03

    Aletta membuka pintu rumahnya, seketika matanya terbelalak melihat ibunya--Anna yang sudah ada di rumah dan saat ini sedang duduk di sebuah sofa. Aneh! Biasanya Ibunya itu baru akan pulang sekitar pukul delapan malam mengingat dia bekerja sebagai pelayan di salah satu rumah makan. “Ibu!” Aletta langsung berlari cepat menghampiri Anna dan ikut duduk di sebelahnya. Dia terkejut melihat wajah Ibunya yang memucat. “Ibu, ibu kenapa? Ibu sakit, ya?” tanya Aletta cemas. Anna menatap putrinya itu sebentar, lalu menggeleng.

    Last Updated : 2022-01-22
  • My Destiny   Bab 04

    ***Pagi harinya, disaat proses pembelajaran sedang berlangsung, Aletta tidak sepenuhnya memperhatikan materi yang sedang diajarkan gurunya itu karena fikirannya malah berkelana pada satu orang. Satria. Pagi, siang, maupun malam, cuma ada Satria saja difikirannya. Bahkan, dalam mimpi Aletta sekalipun.“Sadar, Al ... sadar ...!” Kanaya yang dari tadi memang tahu jika teman sebangkunya itu tak sepenuhnya menyimak pelajaran, mulai menegur lewat senggolan pada bahunya.Aletta merengut. “Apa, sih? Ganggu orang lagi ngayal aja, deh,” sahut Aletta sewot, tapi dengan nada berbisik.Kanaya memutar bola matanya malas.“Al, gue tahu ya lo itu nge-fans banget sama Satria, t

    Last Updated : 2022-01-23
  • My Destiny   Bab 05

    Aletta menelan ludah seraya mematut penampilannya sendiri melalui cermin. Hari ini dia sudah bertekad untuk memulai rencananya mengejar cinta Satria. Ragu? Itu pasti ada. Namun, Aletta sudah fikirkan semua resikonya baik-baik. Jika nanti Satria menolaknya, tak apa. Yang pasti Aletta sudah lega jika sudah mengutarakan perasaannya itu pada Aletta.“Semoga berhasil ....” Setelah menguncir rambut panjangnya seperti biasa, Aletta segera mengambil tas seraya berjalan keluar kamar. Dalam rencananya kali ini, Satria berniat tidak akan memberi tahu Kanaya dulu. Dia akan melakukan semuanya sendiri. Buat apa dia bercerita? Toh, k

    Last Updated : 2022-01-25
  • My Destiny   Bab 06

    Seorang wanita yang diperkirakan berusia 40-an baru saja tiba di halaman rumah megah bak istana yang bercat putih elegan itu. Dia membuka kaca mata hitamnya. Detik itu juga air matanya meluruh.“Mama kangen kamu, Satria.”“Nyonya Ahana?" Wanita yang bernama Ahana itu menoleh. Dia tersenyum pada seorang satpam yang berjaga di sana. Sejujurnya, dia cukup terkejut karena satpam di rumah itu masih mengenali dirinya. Padahal, terakhir dirinya kemari sekitar 17 tahun yang lalu. Tepat dua bulan dia baru saja melahirkan seorang putra, tetapi terpaksa harus dia tinggalkan demi mengejar karirnya di Belanda.Ahana tersenyum ramah. Satpam yang menyapanya tadi, lalu mempersilahkan majikannya itu untuk masuk. Sesampainya di dalam, Ahana langsung disapa oleh puluhan asisten rumah tangga y

    Last Updated : 2022-02-04
  • My Destiny   Bab 07

    “Oke, anak-anak. Sampai di sini materi yang Ibu sampaikan. Selamat siang dan sampai jumpa minggu depan.” Bu Kinan selaku guru bahasa Indonesia baru saja keluar dari kelas XI IPS-2 bersamaan dengan bel istirahat berbunyi. Yang itu artinya, waktunya bagi para murid di kelas itu untuk mengisi perut mereka yang dibiarkan kelaparan selama dua jam lebih.“Nay, lo ke kantin duluan aja, ya. Gue mau ke toilet bentar,” ucap Aletta seraya bangkit berdiri. Kanaya yang saat itu sedang merapihkan alat tulisnya mengangguk. Alettapun langsung melenggang pergi dari sana.Setelah memasukkan semua alat tulisnya dengan benar ke dalam tas, Kanaya beralih mengambil handphone-nya untuk dia bawa ke kantin.“Headshet-nya mana, ya? Aduh, kayaknya ketinggalan di rumah nih. Gimana ya?” gumam Kanaya kebingungan.

    Last Updated : 2022-02-06
  • My Destiny   Bab 08

    **Jantung Aletta rasanya mau meledak saat melihat Satria berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu menelan ludahnya dengan rasa gugup bercampur takut.“Enggak, Al. Jangan sampai kelihatan gugup. Tenang ... bersikaplah biasa. Jangan buat dia curiga,” batin Aletta menyemangati dirinya sendiri.Satria menghentikan langkahnya saat jaraknya lumayan dekat dengan Aletta. Lelaki itu terdiam sebentar. Wajahnya seperti tidak asing. Satria merasa pernah melihat wajah itu. Beberapa menit dia berfikir, akhirnya dia berhasil mengingatnya. Gadis di depannya ini

    Last Updated : 2022-02-07
  • My Destiny   Bab 09

    Tangan Satria mengepal kuat. Dugaannya selama ini memang benar. Aletta yang sudah mengiriminya surat belakangan ini. Bukti rekaman CCTV yang dikirimkan Kevin semalam, yang mengarah ke kelasnya itu jelas memperlihatkan Alettalah yang memberinya surat selama ini.“Dasar gadis kuda poni! Awas aja ya, lo!” kecam Satria seraya tancap gas melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju sekolah.Sesampainya di halaman sekolah, Satria langsung melangkahkan kaki-kakinya dengan cepat menuju kelas XI IPS-2. Kelasnya Aletta.***Bruk!“Mana temen lo?!” sentak Satria setelah sampai di kelasnya Aletta dan berdiri tepat di depan meja Kanaya. Gadis itu terlonjak kaget bukan main den

    Last Updated : 2022-02-09
  • My Destiny   Bab 10

    ***‘Aku mencintaimu dengan tulus.’‘Tanpa perduli seburuk apapun sikapmu, sejahat apapun kamu, perasaan ini tidak bisa aku hilangkan ....’‘Aku percaya. Kelak suatu saat nanti kamu yang di sana akan bisa melihat itu.’‘Tetapi, hari ini aku sadar. Semua itu cuma omong kosong. Cinta yang selama ini aku perjuangkan, aku dambakan bahkan aku impikan ternyata hanya menimbulkan luka dan sakit.’‘Aku mengaku kalah, Satria.’‘Aku menyerah ....’‘Harusnya aku sadar sejak awal. Bintang yang bersinar terang di langit memang hanya diciptakan untuk dipanda

    Last Updated : 2022-02-10

Latest chapter

  • My Destiny   Bab 49 ( Orang Asing )

    Satria membawa Aletta ke Rumah Sakit untuk mengobati kakinya. Untung saja kata Dokter, cederanya tidak terlalu parah. Saat ini, mereka berdua sedang berjalan di lorong Rumah Sakit bersiap pulang. Satria sudah menawarkan diri membantu Aletta berjalan. Dia juga sudah meminta gadis itu untuk menggunakan kursi roda saja. Namun, semuanya ditolak.***“Aww ... shh ....”Satria yang melihat itu hanya memutar bola matanya malas. Sepuluh tahun tak bertemu, sikap gadis itu masih saja belum berubah. Keras kepala dan mau seenaknya sendiri.

  • My Destiny   Bab 48 ( Pertemuan mantan )

    “Nisha mau sama Kak Aletta! Ma, Kak Tata mana? Kok gak dateng-dateng sih?” Nisha mengerucutkan bibirnya dengan tangan bersedekap dada. Kiran mencoba menenangkan putrinya itu, tapi tak berhasil. Saat ini, dia dan putrinya itu sedang duduk di undakan teras rumahnya sendiri. Kiran sudah membujuk Nisha untuk masuk, tetapi putrinya itu kekeh ingin di luar dan tidak akan masuk ke dalam jika Aletta belum datang. Kalau begini, jatuhnya Aletta seakan bukan guru les private-nya Nisha, tetapi lebih mirip sebagai baby sitter-nya.Tak lama kemudian Pak Guntur dan Satria kembali dari mengobrol ringannya di ruang tamu.“Terima

  • My Destiny   Bab 47 ( kembalinya Raka )

    Kanaya tak henti-hentinya berdecak kagum melihat foto seorang lelaki yang dimuat di majalah hari ini. Dia sudah mendapat penghargaan sebagai CEO termuda dan tersukses se-Asia selama tiga tahun terakhir.“Gila! Satria sukses banget sekarang.”“Lagi lihatin apa, sih?” tanya Aletta yang baru masuk ke mobil Kanaya. Mereka berdua baru saja selesai membeli berbagai bahan makanan untuk keperluan di rumah makan Anna. Sekedar menghemat ongkos, Aletta tadinya meminta bantuan Gerald untuk menemaninya berbelanja. Namun, alih-alih dia sendiri yang mengantarkan, di tengah jalan tadi, Gerald tiba-tiba ada telpon dari Rumah Sakit dan alhasil Kanayalah yang harus menggantikan dirinya mengantar Aletta.Kanaya menyodorkan majalah itu ke hadapan Aletta. Awa

  • My Destiny   Bab 46 ( Kembali dan merindukan )

    “Selamat ulang tahun ....”Aletta yang saat itu baru saja sampai di dalam rumahnya, terkejut ketika melihat Anna, Gerald, Kanaya, dan Nisha--murid les private-nya sebulan ini sama-sama menyanyikan lagu selamat ulang tahun ketika dia baru saja membuka pintu. Aletta membekap mulutnya sendiri dengan mata berkaca-kaca. Dia terharu sekaligus tak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini. Ditambah lagi, bersama orang-orang yang dia sayangi.Anna kemudian berjalan mendekati Aletta sambil membawa kue ulang tahun yang harus ditiu

  • My Destiny   Bab 45 ( Selamat Tinggal )

    “Aletta.”Aletta mendongak dan langsung berdecak kasar melihat Raka berdiri di depannya.“Gue tahu lo pasti udah bosen denger gue bilang kalau Satria gak pernah ngelakuin hal yang lo duga selama ini. Gue juga tahu kalau lo gak akan percaya sama gue, tapi setidaknya ... lo harus lihat video ini,” ujar Raka seraya menyodorkan handphone-nya pada Aletta. Gadis itu menyerngitkan dahinya heran.“Gue janji setelah ini gue gak akan maksa-maksa lo lagi buat percaya sama Satria. Ini yang terakhir,” sambung Raka meyakinkan Aletta.Aletta menghela nafas sebentar. Baiklah. Kali ini dia akan menuruti kemauan Raka. Gadis itu mengambil handphone Raka, lalu menyetel video yang dimaksu

  • My Destiny   Bab 44 ( Keputusan Satria )

    “Pergi, Sat! Gue bilang pergi ...! Gue gak sudi lihat muka lo lagi. Bahkan, gue gak sudi jadi cewek lo lagi!” bentak Aletta. Satria membeku di tempat dengan pandangan shock. Hatinya hancur berkeping-keping.“Aletta.” Kanaya yang baru kembali dari toilet, terkejut melihat Aletta berteriak histeris. Langsung saja dia berlari menghampiri Aletta dan berusaha menenangkannya.“Nay, bilang sama Satria untuk pergi. Gue gak mau lihat dia lagi. Suruh dia pergi ....” Aletta terisak lirih. Kanaya terkejut. Dia menatap Aletta heran dan bergantian menatap Satria kasihan.

  • My Destiny   Bab 43 ( Musuh dalam selimut )

    “Woy, pengecut!” teriak Satria kalap setelah berhasil mengejar orang itu ke atap gedung.Orang itu melirik ke bawah. Sial! Tidak ada jalan lain baginya selain melawan Satria. Tapi tunggu! Satria mengejarnya seorang diri, 'kan? Bagus! Akan lebih mudah baginya untuk menghancurkan teman sekaligus musuhnya itu bila sendirian seperti sekarang ini.“Lo udah berani sakitin Aletta, itu sama aja lo udah nyari mati sama gue!” sentak Satria. Orang itu melepas penutup kepalanya, lalu memutar tubuhnya menghadap Satria.“Hi, Sat. Nyali lo besar juga ya ngeja

  • My Destiny   Bab 42 ( Upaya penyelamatan )

    Beberapa jam sebelumnya ....Karena Anna masih di Rumah Sakit dan kemungkinan di rumah Aletta tak ada siapa-siapa, Kanaya akhirnya memutuskan membawa tas sekolah Aletta ke rumahnya sendiri. Biar besok dia mengembalikan tas temannya itu.Ceklek!“Kamu kok baru pulang, Nak?” tanya Rian--Papanya Kanaya. Kanaya mengangguk, lalu menyalim tangan Papanya itu.“Iya, tadi kejebak macet, Pa.”“Yaudah. Seka

  • My Destiny   Bab 41 ( Iblis berwujud manusia )

    “Sialan! Kenapa cuma Satria yang dapet pujian? Padahal, gue juga ikut andil dalam olimpiade itu,” geram Zain dengan tangan terkepal. Kevin yang berdiri di sebelahnya merangkul bahunya.“Ya, mau gimana lagi, Zain? Pertandingan ini sebenarnya cuma untuk formalitas doang! Meski kita menang sekalipun, ya, tetep Satria yang akan dapat pujian,” sahutnya.Zain berdecak. Sejak awal masuk SMA, selalu dan selalu dirinya dikalahkan Satria. Meski dirinya sama-sama berasal dari kelas unggulan sama sepertinya, tetapi untuk urusan kepopuleran dan kepintaran, dirinya masih berada jauh di atas Satria, dan Zain membenci hal itu. Dia benci sekaligus iri karena Satria selalu mendapatkan semuanya tanpa susah payah. Bahkan, gadis yang dia sukai sejak awal masuk sekolah Nirwanapun juga lebih menyukai Satria ketimbang dirinya. Manda.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status