Home / Romansa / My Dearest Cahaya / Menyusun Rencana

Share

Menyusun Rencana

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2021-04-15 22:13:49

Astro menarik napasnya dalam-dalam, sebelum kembali membuangnya dengan amat perlahan. Hari ini, ia datang ke rumah sakit setelah makan siang, karena sejak pagi, Astro harus bergulat dengan beberapa kasus yang sedang ditanganinya.

Belum sempat Astro menyentuh handle pintu ruang ICU untuk membukanya. Pintu itu terayun dari dalam, lalu ada seorang perawat yang keluar dan memberikan Astro senyuman manisnya.

“Mas, mau jenguk Mbak Cahaya?” tanya perawat itu dengan sediki kerutan dahi dengan heran.

Astro membalas balik senyuman tersebut. “Iya, sus.”

Kerutan di dahi perawat yang sudah sedikit mengenal Astro, karena kerap melihatnya menjenguk Aya, semakin dalam. “Mas, belum dikasih kabar? Mbak Cahaya sudah dipindah ke rumah sakit di Singapur pagi-pagi sekali.” Perawat itu melihat arloji di pergelangan tangan kirinya. “Seharusnya mereka sudah sampai sekarang.”

“Ke Singapur? Aya dipindah ke Singapur?&rdquo

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Daanii Irsyad Aufa
kelakuan astro ini.. karena target adalah sinar dan suami yg sekarang adalah Pras. makanya Pras yg d incar untuk d hancurkan
goodnovel comment avatar
Rinaimron74 Rina
ceritamu bagus mba author, keren
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • My Dearest Cahaya   Milliar Paper

    “Firma papi terancam ditutup?”“Sshh …” Sinar dengan wajah sembab meletakkan telunjuk pada bibirnya. “Tolong tutup dulu pintunya, bunda gak mau ada oranga yang dengar.”Asa mengangguk, beranjak dari sofa lalu menutup pintu ruang VVIP tempat Aya di rawat. Setelah itu, Asa kembali duduk di sofa, berada di samping sang bunda dengan menggenggam erat kedua tangannya.“Ada kasus lama, tapi, mendadak ada orangnya papi di pengadilan yang bilang, kalau kasus itu dibuka lagi karena ditemukan bukti baru.”Tatapan Sinar lalu berpindah pada Aya yang masih terbaring dengan berbagai alat medis yang terpasang ditubuhnya. Sekali lagi, manik Sinar menitikkan air mata. Total sudah sebulan, Aya dalam kondisi koma tapi masih belum terlihat perkembangan apapun.Selama Aya dirawat di Singapura, hanya Asalah satu-satunya anggota keluarga yang setiap hari ada di sisi gadis itu. Karena Asa hanya pekerja lepas, maka ia b

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Dearest Cahaya   Terkuak

    Kedua pria setengah baya itu datang bersamaan. Pun saat melangkah ke dalam sebuah bistro untuk membicarakan sebuah kasus. Mengambil meja yang paling pojok agar tidak terlalu nampak dikeramaian. Keduanya duduk saling berhadapan dan telah memesan menu sesuai selera masing-masing.“Jadi, El. Apa yang mau kamu bicarakan? Apa masalah Aya?” tanya Bintang pada akhirnya setelah berbasa basi.Elo menggeleng, menyesap kopi pekatnya yang masih mengepul sejenak. “Mas Bintang sudah tahu, kalau Mas Pras tersandung kasus Milliar Paper? Ada orang yang buka kasusnya karena ada laporan baru.”Bintang balas menggeleng untuk menanggapi pertanyaan Elo. “Aku belum dengar sama sekali. Kepalaku masih penuh mikirin Aya, belum lagi Cakra masuk rumah sakit karena tipes. Minggu lalu, aku sampai gak sempat jenguk Aya di Singapur.”Ada anggukan paham dari Elo. Sebagai orang tua, ia sangat mengerti posisi Bintang saat ini. Meskipun Aya bukan anak kan

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Dearest Cahaya   Pulang

    Aya hanya diam, memandang serius pada tablet yang berada di tangan. Gadis itu sedari tadi sibuk membaca, dan melihat beberapa video mengenai kasus yang tengah dihadapi Pras. Sesekali tangan kirinya memijat pelipisnya yang sangat penat. Karena sesungguhnya, Aya masih tidak diperbolehkan berpikir terlalu keras.Sudah seminggu Aya sadar dari koma, dan yang dilihatnya setiap hari hanyalah Asa. Sang kakak itupun sudah menyampaikan sebuah kenyataan bahwa Aya mengalami keguguran. Tapi, Asa tidak menuntut banyak penjelasan akan hal itu. Asa mengerti kalau kondisi otak, serta tubuh Aya harus menyesuaikan diri dengan keadaan secara perlahan.Asa memutuskan untuk tidak mengabari keluarganya mengenai perihal Aya. Ia juga meminta Nando untuk merahasiakannya, karena ada hal yang harus Asa bicarakan perlahan dengan gadis itu.“Aku bilang jangan pake otakmu itu untuk berpikir terlalu keras. Rilex, Ay. We’ll fix it, step by step, one by one.” Kata Asa yang masu

    Last Updated : 2021-04-16
  • My Dearest Cahaya   Tidak Ingat

    Kepulan asap putih itu membumbung tinggi, setelah Yasa menghembuskan napasnya dengan panjang. Belum sempat gumpalan asap itu menghilang, Yasa kembali menghisap dalam-dalam lintingan putih yang terselip di sela jari tangan kirinya. Sedangkan tangan kanannya masih setia menggenggam erat, gelas yang berisi macchiato yang sudah beranjak dingin.Terhitung lebih dua bulan sudah, dirinya tidak mendengar kabar apapun mengenai Aya. Bintang memilih tidak mengatakan hal apapun kepadanya. Begitupun Elo, yang juga tidak bisa melangkahi Bintang untuk menjawab tentang keadaan Aya, juga tempat gadis itu di rawat.Semenjak kecelakaan tersebut, Yasa sibuk merutuki dirinya karena telah kehilangan sebuah janin yang tidak bersalah. Jika saja … yah, hanya kata itu yang berputar di benak Yasa. Jika saja, Yasa tidak skeptis, mungkin dirinya dan Aya bisa menjalin sebuah hubungan yang lebih serius. Jika saja, Yasa bisa jujur dengan perasaannya sendiri, mungkin saja, janin itu saat ini su

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Dearest Cahaya   Musuh?

    Zetta menutup kasar laptop yang berada dipangkuannya, saat Astro masuk ke dalam kamar. Meletakkan benda persegi panjang itu di nakas samping tempat tidur. Ia beranjak menghampiri Astro dan berhenti tepat di depan pria itu denga melipat tangan di depan dada.“Dua bulan, ini sudah dua bulan lebih dari hari kamu ngelamar aku, tapi kamu selalu memundurkan tanggal pernikahan kita dengan berbagai alasan. Apa yang terjadi sebenarnya? aku gak mau denger alasan Om Bintang yang masih pusing mikirin Aya yang koma, Cakra yang begini, Tante Dai yang begitu dan alasan lain yang menurutku cuma mengada-ada!”“Aku gak pernah mengada-ada. Semua yang aku bilang itu fakta, Aya koma, Cakra sempat masuk rumah sakit karena tipes, Tante Dai juga sakit. Di mana letak salahnya?” Astro menarik dasinya dengan kasar, lalu melewati Zetta dan duduk di tepi ranjang. Pria itu membuka kancing kemeja putihnya satu persatu, setelah membuka jasnya.“Coba kamu pikir, di

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Dearest Cahaya   Tujuan Utama

    Seluruh keluarga yang berada di kediaman Pras, beserta para pelayan hanya bisa melongo bahagia, saat melihat Aya melenggang memasuki rumah. Bagi pelayan wanita, mereka tidak akan sungkan, untuk langsung memeluk gadis itu. Karena sekali lagi, Aya memang seramah itu kepada siapapun. Namun, bagi pelayan pria, mereka hanya memberi ucapan selamat atas kesembuhannya dan harus bersikap sopan, jika tidak ingin dilempar ke jalan oleh Pras.Kaisar dan Eila yang sudah berada di Jakarta lebih dahulu, sejak Pras tersandung kasus juga turut berbahagia. Kesembuhan Aya dalam situasi seperti ini bak sebuah oase di gurun gersang.Apalagi Sinar, wanita itu tidak berhenti mengucap syukur dengan genangan air mata.“Maafin bunda, Ay … maafin bunda.” Hanya kalimat itu yang selalu diulang oleh Sinar saat memeluk tubuh sang putri dengan erat. Wanita itu seakan tidak rela untuk melepaskan satu-satunya anak perempuan yang dimilikinya. Sekaligus merasa bersalah atas semu

    Last Updated : 2021-04-17
  • My Dearest Cahaya   Mengingat-ingat

    Sudah seminggu Aya di Jakarta, tapi selama itu pula tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Aya meminta semua orang agar tidak memberitahukan keberadaannya di rumah, karena sebuah alasan kesehatan. Setidaknya itu yang Aya katakan.Aya tidak ingin ada yang mengganggu istirahatnya, dengan kedatangan para tamu dari pihak Bintang maupun Elo yang hanya akan mengganggu pemulihan tubuhnya.Dan benar saja, selama berada di rumah, hal yang dilakukan gadis itu dari bangun tidur sampai menutup mata hanyalah makan. Aya hanya mau makan masakan bundanya. Bukan bermaksud untuk merepotkan, tapi, Aya benar-benar merindukan makanan buatan bundanya.Sadar dari koma dan berada di Singapura, serta kerap memakan makanan rumah sakit, membuat lidahnya terasa kelu. Alasan lainnya, Aya ingin sang bunda juga makan bersamanya, agar bobot tubuh wanita itu bisa kembali seperti semula. Aya sangat mengerti kalau bundanya itu pasti sangatlah tertekan.“Kapan mau bilang papa, kalau

    Last Updated : 2021-04-18
  • My Dearest Cahaya   Sudah Berakhir

    Ujung pump heel setinggi 7 senti itu menghentak pelan, pada lantai teras Pengadilan Negeri. Rambut ikal yang sudah dipotong di bawah bahu, dengan warna ash lilac itu, berayun elegan memasuki ruang persidangan. Tidak banyak yang melihatnya, karena seluruh pusat perhatian kini tertuju pada Pras yang tengah mengajukan pledoi*.Ruang sidang nampak penuh dengan wartawan. Aya melihat ada beberapa korespenden dari luar negeri, yang juga meliput sidang. Maniknya kini berhenti, pada sosok pengacara muda yang duduk di deretan jaksa penuntut. Seketika itu juga hatinya terasa remuk, mengingat kembali semua yang diperbuat dan dikatakan pria itu.Karena tidak menemukan tempat duduk, Aya memilih berdiri di pojokan. Meskipun ia melihat sang bunda dan keluarga lainnya ada pada kursi deretan depan, Aya tidak menghampirinya.Aya tidak jadi mampir ke DailYou untuk mengambil beberapa baju, sepatu serta tas dari butik ibu sambungnya. Ia mampir ke butik lain dengan berbagai macam pert

    Last Updated : 2021-04-18

Latest chapter

  • My Dearest Cahaya   Fin

    Yasa meraup separuh wajahnya, menatap bocah lima tahun yang kini tengah merengek untuk ikut pergi dengannya, ke dokter kandungan. “Papi sama mami gak lama, mainlah sama Aga. Nanti, Papi beliin burger.” “NO BURGER.” Aya yang baru muncul dari dalam dan mendengar percakapan suaminya dan putra sulungnya itu sontak memasang wajah galak. Berhenti diantara kedua lelakinya itu lalu melipat tangan di atas perut yang sudah membuncit. Kehamilan ketiganya saat ini memasuki usia 5 bulan, dan hari ini, adalah jadwal untuk memeriksakan kandungannya. Mereka juga tidak sabar dan sangat penasaran untuk mengetahui jenis kelaminnya. Karena anak kedua mereka lagi-lagi berjenis kelamin laki-laki, dan diberi nama Telaga Dananjaya. Maka, keduanya berharap kalau yang ketiga ini, akan berjenis kelamin perempuan. “Why not?” protes Gara ikut melipat kedua tangannya di depan dada dengan bibir mungil yang mengerucut kecil. Mengikuti sikap sang mami yang ditunjukkan kepadanya.

  • My Dearest Cahaya   Dan Hasilnya ...

    Yasa terhenyak dan bangkit seketika. Terduduk sebentar lalu berlari ke kamar mandi. Terlihat sang istri yang tengah berlutut, menunduk seraya membuang semua isi perutnya ke dalam kloset duduk. Yasa yakin sekali kalau hari masih subuh, meskipun ia belum melihat jarum jam sama sekali.Bergegas menghampir Aya dan membantu untuk menyingkap rambut lalu memijat tengkuk sang istri. “Ke dokter ajalah, Mi. Udah dua hari begini terus.”Aya hanya bisa mengangguk pasrah kali ini. Menurut pada saran sang suami. Padahal dari kemarin, Aya sudah berencana akan mengunjungi Pras, tapi karena tubuhnya tiba-tiba drop, maka Aya membatalkannya.“Coba diinget-inget lagi, dua hari yang lalu habis makan apaan bisa sampai begini.”Tubuh Aya menegak, menyudahi kegiatan yang membuat tubuhnya lemas selama dua hari ini. Lalu bersandar pada sisi dinding kamar mandi untuk menetralkan napasnya. Seraya mengusap bibir dengan punggung tangan. Merasa tidak sanggup, un

  • My Dearest Cahaya   Sudah Memaafkanmu

    Kedua orang yang dulunya pernah saling menyayangi dan berbagi segalanya itu, kini masih terdiam. Bintang memilih untuk masuk ke dalam dan duduk di ruang tengah. Memutuskan untuk memberi kedua anaknya itu kebebasan, untuk mengeluarkan semua yang ada di dalam kepala. Dan, ia hanya mengawasi jikalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Namun tetap berharap semua akan baik-baik saja.Bintang sudah percaya penuh dengan keduanya. Mereka sudah tahu batasan mereka. Dan untuk Astro, Bintang tahu pasti, kalau pada dasarnya, pria itu sangat baik. Aster hanya salah dalam mendoktrin otaknya sedari kecil, hingga rasa benci itu tumbuh tanpa mengetahui semua alasan yang ada di baliknya.“Kata papa, Kak Astro mau jual rumah?” Akhirnya, Aya jugalah yang membuka topik pembicaraan. Tidak nyaman dengan perasaan canggung, yang kali ini mendera keduanya.Aya tidak mau mengungkit tentang kepindahan Astro ke Surabaya. Karena yang telah direncanakan kakak sepupunya itu, sud

  • My Dearest Cahaya   Menyelesaikan Semuanya

    Hanya senyum datar dan kekehan garing yang sedari tadi dilontarkan oleh Yasa, sepanjang ia menanggapi ocehan Lex serta Elo. Setelah diberi waktu untuk berpikir selama 24 jam oleh Sinar, dan juga demi Gara, akhirnya Yasa menandatangani surat perjanjian yang telah disodorkan kepadanya. Ada tiga buah salinan asli yang harus ditandatangani. Yang nantinya, surat tersebut akan pegang oleh Yasa, Sinar dan juga Lex, orang kepercayaan Pras. Entah kenapa Yasa tiba-tiba yakin, kalau keseluruhan ini, adalah rencana pria yang masih saat ini masih mendekam di penjara. Setelah semua selesai, Sinar menyunggingkan senyum kecilnya. Memandang puas pada berkas yang sudah berada di tangan. Untung saja, kan, ia menceritakan semuanya kepada Pras, hingga terciptalah sebuah perjanjian yang jika dipikirkan lagi, secara keseluruhan semua terlihat hanya menguntungkan pihak Sinar. Dengan adanya perjanjian tersebut, Pras bisa menilai, sejauh mana kesungguhan Yasa terhadap pernikahannya de

  • My Dearest Cahaya   Meminta Izin

    Pump heel setinggi 3 senti itu, berjalan mundur beberapa langkah dengan pelan. Menoleh, pada pria yang asik duduk di sofa lobi sembari menunduk. Ibu jari pria itu sibuk bergerak pada ponsel yang dipegang secara horisontal. Fix! Lagi-lagi pria itu pasti tengah sibuk dengan gamenya.“Nando!” panggil Sinar yang berdiri tidak jauh dari ponakannya itu. Tadinya, setelah keluar dari ruangan Elo, Sinar hendak pergi ruangannya. Namun diurungkan, hatinya yang memanas karana bertemu Yasa, membuat Sinar ingin pergi ke rooftop bar yang berada di gedung perkantoran. Menyesap sesuatu yang dingin, untuk mendamaikan kepala sekaligus hatinya.“Eh, Bunda di sini?” tanya Nando terlihat salah tingkah. Pria itu mengusap tengkuknya sebentar sembari menghampiri Sinar. Meraih tangan wanita dan mencium punggung tangannya. “Lagi ngapain, Bund? Asa mana?”“Ya kerja, lah kamu ngapain di sini?”“Aku … aku mau ketemu Asa.&rdq

  • My Dearest Cahaya   Postnuptial Agreement

    Aya tersenyum canggung. Sebuah perasaan yang tidak pernah ada selama ini ketika bertemu dengan Tara, kini muncul. Rasa tidak nyaman karena mungkin, yang akan dikatakannya bisa menyakiti hati Tara. Selama ini, pria itu sudah terlalu baik untuknya. Meskipun terkadang sedikit sarkas, tapi Aya tahu, kalau di dalam sudut hati Tara, pria itu sangat menyayangi Aya juga Gara.“Tara …” Aya menggantung kalimatnya sejenak untuk menarik napas. Di kamar, ia sudah mengemasi pakaian yang selama ini diperolehnya dari Tara. Juga ada box bayi, pakaian Gara, dan segala keperluan Aya yang kesemuanya disediakan oleh pria itu ketika masih tinggal di vila. Sungguh, Aya berutang banyak pada Tara, dan pada akhirnya, ia belum mampu membalasnya. Justru malah hanya meninggalkan luka.Selama ini, Aya belum menyadari sepenuhnya kalau hatinya sudah tertambat pada Yasa. Aya pikir, kehidupan cintanya masih berpusat pada Astro, namun ia salah. Rasa sakit yang begitu menusuk ketika be

  • My Dearest Cahaya   Rencana

    Yasa meneguk ludah hingga berulang kali. Melihat putranya menyesap ASI langsung dari tempatnya, membuat Yasa hanya bisa menggigit jari. Berbulan-bulan tidak melihat dan menikmati tubuh sang istri, membuat pusat dirinya memberontak. Dan, Yasa tidak mau tahu, setelah Gara selesai, maka dirinya juga harus mendapatkan giliran. “Apa, Gara kalau minum ASI …” Yasa kembali menelan ludah, maniknya sedari tadi hanya terfokus pada bibir sang putra yang bergerak lahap menyesap penuh puncak dada istrinya. “Gara kenapa?” tanya Aya memecah lamunan Yasa dalam sekejab. “Oh, itu, kalau minum ASI, apa selalu lama seperti ini?” “Tergantung, gak tentu juga sih. Suka-suka dia aja.” Wajah Yasa terlihat semringah ketika melihat Gara melepaskan bibirnya mungilnya. Namun sejurus kemudian, wajahnya kembali tertekuk ketika Aya hanya memindahkan posisi tubuh Gara untuk menyesap di tempat satunya. “Apa harus dua-duanya gitu dia minum?” decak Yasa sedikit sewot. Bel

  • My Dearest Cahaya   Hei, Jagoan

    Lidahnya benar-benar kelu, tidak mampu menjawab pertanyaan Yasa. Aya membuang wajah tidak punya keberanian untuk menatap Yasa. Tidak juga mampu untuk beranjak dari duduknya, karena Yasa memegang erat kunci sabuk pengaman yang menyilang pada tubuh bagian depannya.“Di mana dia, Ay?”Jantung Yasa berdegub membingungkan. Tidak mampu menjelaskan, seperti apa perasaannya saat ini. Ada rasa takut, gembira, cemas, dan juga kesal yang bercampur jadi satu. Sudut hatinya mengatakan bahwa anak itu ada, dan terlahir ke dunia. Tapi, kenapa Aya justru tidak mengatakan hal apapun pada dirinya.“Cahaya …” Yasa meraih dagu runcing Aya agar menghadap ke arahnya. Berusaha mengeluarkan kata selunak mungkin, meskipun ada lonjakan emosi yang ingin menuntut sang istri agar segera memberi penjelasan kepadanya. “Apa dia di dalam?”Bibir Aya terkatup. Seharusnya, ia bisa mencegah tangan Yasa agar tidak menjelajahi tubuhnya. Tapi di lain s

  • My Dearest Cahaya   Tetes Putih

    Aster menghampiri putranya yang baru saja menghempaskan tubuh di atas ranjang, setelah pulang dari kantor. Pria itu sudah tidak pernah lagi, menjejakkan kaki di unit apartemennya. Selalu pulang ke rumah sang mama dan menjadikan Aster sebagai tempat bercerita tentang kegiatannya, setiap hari.Aster menepuk paha putranya yang berbaring di ranjang. Kedua kakinya masih menjuntai ke bawah dan raut wajahnya sangat lelah.“Apa, tawaran kemarin sudah kamu terima?”“Belum,” Astro meletakkan kedua tangan di balik kepalanya sebagai bantal, menerawang kosong menatap langit-langit kamarnya. “Kalau aku terima, Mama pasti kesepian, aku gak bisa datang sewaktu-waktu ke Jakarta.”Aster menggeser sedikit bokongnya, agar bisa melihat wajah Astro. “Kalau Mama ikut kamu, gimana? apa kamu keberatan?”“Mama serius?” Astro bangkit dan keduanya kini duduk saling berhadapan. “Yakin mau ikut ke Surabaya? dan &

DMCA.com Protection Status