Sore harinya Rosaline berjalan memasuki rumahnya dengan disambut ramah oleh Bik Lastri.
“Selamat datang kembali, Mbak Rosaline.”
“Terima kasih, Bik Lastri. Oh iya, apa Papa udah pulang?”
“Hari ini Bapak nggak berangkat kerja, Mbak.”
Rosaline terkejut dengan ucapan Bik Lastri karena tak biasanya papanya tak berangkat ke kantor.
“Terus sekarang Papa ada di mana?”
“Sepertinya sedang ada di kamar, Mbak,” sahut Bik Lastri.
“Ya udah aku ke kamar Papa dulu deh.”
“Baik, Mbak.”
Rosaline berjalan menuju kamar Benjamin lalu mengetuk pintu kamar papanya itu. Tak lama kemudian pintu kamar dibuka oleh Mardina.
<“Halo, Sayang! Halo!” seru Jagat.Jagat berteriak saat sambungan telponnya diputus sepihak oleh Jasmine. Padahal ia masih ingin bicara banyak dengan calon istrinya itu. Tak diperbolehkan bertemu dengan Jasmine selama dua minggu adalah hukuman kejam dan terberat yang diberikan untuknya.“Sabar ... sabar, Jagat. Sebentar lagi kamu akan bareng-bareng terus sama Jasmine. Tinggal bareng, makan bareng, pergi bareng, tidur bareng, bahkan mandipun juga bareng.” Jagat tersenyum seraya menenangkan dirinya sendiri.Menjelang hari-hari pernikahannya, Jagat malah disibukan dengan banyaknya pekerjaan. Entah ini namanya rejeki menjelang hari pernikahan ataukan sial, ia pun tak bisa membedakan itu.“Kenapa malah banyak sekali pekerjaan?!” Seru Jagat melihat beberapa dokumen yang ada di atas mejanya.Tok tok tok
Sampai di dalam mobil, Rosaline terus saja terdiam. Hal itu tak luput dari perhatian Jasmine. Rosaline bahkan tak memprotes saat Jasmine meminta supir melajukan mobil menuju ke rumah.“Aku mau ke kamar dulu ya. Kamu juga istirahat, pasti kamu capek kan.” Rosaline berlalu meninggalkan Jasmine yang masih berdiri di ruang tamu.Dari ruang tamu Jasmine mendengar suara mama dan papanya yang menyapa Rosaline. Jasmine lalu berjalan menghampiri mama dan papanya yang ada di ruang tamu.“Kalian melewatkan makan malam. Kenapa lama sekali baru pulang?” tanya Mardina. Saat ini ia sedang duduk di sofa ruang tengah bersama Benjamin.“Aku terlalu antusias milih-milih, Ma. Tadi aku juga udah milihin buat Mama dan Papa. Besok kalau udah siap baru dikirim ke sini.”“Tadi kata Rose kalian sudah makan ya?” tanya Mardina.“Iya, Ma. Tadi aku sama Kakak udah makan di restoran soalnya aku udah nggak kuat nahan la
Jasmine duduk di teras depan rumah untuk berjaga-jaga agar tak ada satupun asisten rumah tangganya yang melihat kedatangan Jagat di rumah ini.Tak lama kemudian Jasmine melihat ada sebuah taksi yang berhenti tepat di depan rumahnya dan Jagat keluar dari taksi itu. Jasmine mengedarkan pandangannya saat Jagat berjalan memasuki halaman rumahnya.“Sayang.” Jagat tersenyum menatap Jasmine dengan mata yang penuh kerinduan.“Ssstt ... kita masuk diam-diam. Jangan sampai ada asisten rumah tangga aku yang tahu kamu datang ke sini. Apalagi Bik Lastri. Nanti kita bisa diadukan sama Papa dan Mama.”“Iya.”&nb
Setelah makan selesai, Jasmine menyuruh Jagat untuk segera pergi meninggalkan rumahnya sebelum ada yang memergokinya atau sebelum Mamanya pulang.“Sebenernya aku masih kangen sama kamu, Sayang,” keluh Jagat.“Udah deh jangan rewel kayak anak kecil ah! Diam dan jangan berisik.” Jasmine mendahului Jagat menuruni anak tangga untuk melihat situasi terlebih dahulu. Setelah dirasa aman, barulah ia meminta Jagat untuk menuruni anak tangga. Hingga akhirnya ia bisa mengeluarkan Jagat dengan selamat dari rumahnya.Namun Jagat dan Jasmine sama-sama terkejut saat sampai di halaman depan, mereka melihat ada sebuah mobil yang berhenti di depan pintu gerbang rumah. Sontak saja Jasmine langsung panik tapi untung saja Jagat sudah dengan gesit bersembunyi di balik tanaman yang lebat.Mardina turun dari mobil itu, setelah melambaikan tangannya kemudian Mardina memasuki pekarangan rumahnya. Ia tersenyum ketika ternyata ia melihat Jasmine sedang berdir
Jagat memasuki ruang kerjanya dengan hati yang riang gembira. Tubuhnya terasa ringan dan pikirannya pun terasa tanpa beban. Seorang Jagat yang dalam kesehariannya terhitung pelit tersenyum dengan para pegawai di kantornya, kini bahkan mengumbar senyumannya di sepanjang jalan menuju ruangannya.Joana langsung berdiri begitu ia melihat Jagat berjalan ke arahnya. “Pak Jagat, Pak Barmal dan Bu Monica mencari Anda dari tadi,” ucap Joana.Jagat mengerutkan keningnya. Senyum di bibirnya hilang sudah. “Ada apa?”“Saya kurang tahu, tapi tadi Pak Barmal dan Bu Monica sudah menunggu Anda sampai tiga puluh menit di ruangan Anda, Pak.”“Ya sudah kalau begitu saya akan menemui mereka.” Jagat memutar arahnya untuk menuju ke ruangan Barmal.Sekertaris Barmal tersenyum ramah menyapa kedatangan Jagat. Jagat mengetuk pintu ruangan Barmal sebelum ia memasuki ruangan papanya itu.“Pa, Ma. Papa sama Mama cari
Persiapan pernikahan mulai dilakukan, pernak-pernik dan hiasan juga sudah tertata rapi pada posisi yang sudah semestinya sehingga membuat ruang terbuka itu menjadi tampak indah. Jika uang dan kekuasaan sudah berbicara, walaupun hanya dalam kurun waktu dua minggu pun persiapan pernikahan bisa dilaksanakan dengan sebaik mungkin.Halaman depan rumah Benjamin yang cukup luas yang menyambung dengan halaman samping disulap sedemikian rupa hingga terlihat sangat indah. Beberapa menu makanan juga sudah tersaji untuk menyediakan para tamu undangan yang datang. Tak lupa juga mereka juga sudah menyiapkan rombongan musik beserta penyanyi untuk menghibur para tamu undangan.Beberapa tamu undangan dari pihak keluarga sudah ada yang datang. Pihak keluarga dari Benjamin dan Mardina sengaja datang lebih awal untuk menyambut rombongan pengantin pria dan tamu undangan yang lainnya.Di dalam rumah, Jasmine sedang dirias oleh perias yang sudah ahli. Begitu juga dengan angota keluarg
Di dalam rumah, Jasmine dengan diapit oleh Rosaline dan Mardina berjalan menuruni anak tangga. Sampai di dasar anak tangga, Benjamin tersenyum menatap Jasmine dan mengambil alih gandengan tangan Jasmine. Benjamin-lah yang akan mengantarkan Jasmine memasuki altar pernikahan dan menyerahkan putri bungsunya itu kepada pria yang akan menjadi suami dari putrinya.Tepuk tangan riuh menyambut kedatangan Jasmine dan Benjamin. Alunan musik juga turut mengiringi langkah kaki pasangan ayah dan anak itu.Dengan penuh haru, Jagat berdiri menatap Jasmine yang berjalan bersama Benjamin menuju ke arahnya. Impiannya untuk menjadikan Jasmine sebagai istrinya beberapa detik lagi akan terlaksana. Dalam hatinya ia berjanji akan selalu mencintai, membahagiakan, menjaga dan menghargai Jasmine sebagai istrinya dan sebagai ibu dari anak-anaknya.Begitu sampai di hadapan Jagat, Benjamin menyerahkan tangan Jasmine kepada Jagat.“Aku menyerahkan putri kecilku kepadamu. Berjanj
Jasmine dan Jagat berjalan menuju meja yang dimaksud oleh Mardina tadi. Saat sedang berjalan, tak sengaja ia mendengar seseorang sedang membicarakannya. Ia pun kembali menajamkan pendengarannya.“Gila aja, aku yang naksir duluan kenapa Bu Jasmine yang dapatin Pak Jagat sih?! Sial kan jadinya?! Cantikan juga aku, seksi aku juga. Fisik aku lebih juara daripada dia, tapi Pak Jagat malah milih Bu Jasmine.”“Emangnya kamu naksir sama suaminya Bu Jasmine?”“Gimana nggak naksir, orang sempurna gitu. Hanya perempuan bodoh aja yang nggak mau naksir sama Pak Jagat. Mungkin Bu Jasmine yang selama ini udah ngejar-ngejar Pak Jagat, jadi apa boleh buat, akhirnya Pak Jagat terpaksa terima Bu Jasmine deh.”“Ya udah kalau gitu selamat patah hati aja ya, Bu Clara. Mereka kan sudah menikah.” Ucap orang yang Clara ajak bicara itu seraya tertawa.“Pak Jagat nggak tahu aja, kalau aku juga mau dihamilin duluan kayak B
Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.Jagat memperhatikan Jasmine ya
Ponsel Jasmine berdering membuat aktifitasnya melihat-lihat baju terhenti.“Bentar ya, Kak. Aku angkat telpon dulu, ini dari sekolahannya Shagun.”“Iya.” “Iya, halo. Apa? Iya, saya segera ke sana!” seru Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ada apa, Jasmine?” tanya Rosaline yang juga ikut panik.“Kak, aku harus ke sekolahan Shagun sekarang. Shagun brantem sama teman sekelasnya,” ucap Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ya Tuhan, kenapa bisa begitu?” tanya Rosaline yang sekarang ini juga ikut panik.“Nggak tahu. Kakak nggak pa-pa kan kalau aku tinggal pergi ke sekolahannya Shagun?”“Nggak pa-pa, kamu nggak
“Hai, Sayang. Tumben rumah sepi, anak-anak di mana?” Tanya Jagat saat ia memasuki rumah.Jasmine tersenyum menyambut kepulangan Jagat dari kantor. “Anak-anak ada di kamar. Mau aku buatkan teh?”“Boleh, tapi minta pelayan saja yang membuatnya. Kita ke kamar saja,” ucap Jagat.Jasmine menoleh ke arah pelayan yang berdiri menunduk di belakangnya. “Tolong buatkan teh untuk Tuan lalu bawa ke kamar.”“Baik, Nyonya.” Pelayan itu segera masuk ke dapaur.Jasmine mengambil alih tas Jagat untuk ia bawa. Ia berjalan beriringan dengan Jagat menuju ke kamar mereka. Setelah sampai kamar Jasmine membantu Jagat melepas jasnya saat Jagat melepas dasinya.“Kamu mandi dulu sana,” ucap Jasmine. “Kita mandi bersama.”“Aku udah mandi, Sayang. Besok pagi saja kita mandi bersamany
Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, namun mata Jagat masih saja terfokus dengan layar handphonenya.Keluar dari kamar mandi rupanya Jasmine sudah berganti pakaian dengan menggunakan lingerie sexy berwarna merah kesukaan Jagat. Ia berjalan lenggak-lenggok seperti seorang model menuju ke arah ranjang.Mengetahui ada sedikit hal yang tak beres, Jagat segera menarik pandangannya dari layar handphonenya menuju ke arah istrinya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Sontak saja mulut Jagat menganga lebar dan kedua matanya melotot hingga biji matanya hampir keluar. Ia langsung meletakan handphonenya ke atas nakas. Pikiran dan matanya saat ini terfokus pada Jasmine yang sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju ke ranjang.Jasmine pura-pura tak menyadari jika saat ini Jagat sedang memperhatikannya dan sudah meneteskan banyak air liurnya karena melihat keseksian tubuh Jasmine yang dibalut dengan pakaian mini. Ditambah lagi pakaian ini terasa lebih sesak dibandi
Setiap hari Jasmine selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan Jagat dan Shagun. Semakin hari keahlian memasaknya semakin bertambah. Banyak kreasi menu masakan yang akan ia hidangkan untuk keluarganya di setiap harinya.Semenjak menikah Jasmine sudah jarang keluar rumah untuk hal yang tak perlu. Apalagi sekarng ini ia sudah memiliki Myesha. Hari-harinya akan disibukan dengan mengurus putrinya yang sudah berumur dua bulan itu.Masih dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kucel, Jagat turun dengan menggendong Myesha yang menangis. Ia berjalan menghampiri Jasmine yang masih asik berkutat di dapur.Mendengar tangisan putri kecilnya, membuat Jasmine menghentikan aktifitas dapurnya. Ia lalu mencuci tangannya sebelum ia menghampiri putrinya. “Hai, Sayang anaknya Mami. Kenapa nangis? Cari Mami ya?” Jasmine mengambil alih Myesha dari gendongan Jagat.“Sayang, sebaiknya kamu nggak usah masak dulu deh. Urusan dapur biar diselesaikan sama pelayan
Satu bulan semenjak Jasmine melahirkan bayinya, hari ini di rumahnya ia dan Jagat mengadakan acara satu bulanan sekaligus acara pemberian nama untuk bayi mereka. Jasmine dan Jagat sepakat untuk memberikan nama bayi mereka dengan nama Myesha Chalendra Jagat Paraduta.Jasmine dan Jagat mengundang banyak teman, keluarga dan relasi bisnis mereka. Tapi sayangnya Mardina dan Benjamin tak bisa hadir ke acara syukuran sekaligus acara pemberian nama bayi karena mereka harus menemani Rosaline yang saat ini memutuskan untuk sementara waktu tinggal di luar negri setelah masalah yang datang menimpanya.Jasmine sudah cantik mengenakan gaun indah berwarna merah muda, begitu pula dengan Jagat, Shagun dan Myesha. Mereka kompak menyambut para tamu dengan pakaian yang senada. Mereka juga menyeragamkan para tamu undangan untuk memakai pakaian yang berwarna putih.Rumah mewah mereka sudah sejak kemarin dihias dengan sedemikian rupa untuk mendukung acara hari ini.“Sayan
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb