Benjamin terdiam, dan pandangannya pun kosong menatap Jagat yang masih bersimpuh di kakinya. Ia masih sangat tak percaya dengan apa yang telah Jagat katakan kepadanya. Mendadak pikirannya kosong dan telinganya pun terasa tuli. Ia bahkan tak bisa menggerakan bibirnya sekedar untuk mengeluarkan satu patah katapun.
Sedangkan Mardina saat ini tengah menangis. Mendadak ia mengingat kejadian ganjil yang Jasmine alami selama beberapa bulan terakhir ini. Selama beberapa bulan yang lalu Jamsine kehilangan nafsu makannya sampai tubuh Jasmine menjadi kurus. Jika ditanya putrinya itu akan menjawab kalau dia sedang diet. Tapi dua bulan belakangan ini nafsu makan Jasmine meningkat dan bentuk tubuhnya juga berubah drastis, putrinya itu menjadi dua kali lipat lebih gemuk dari yang sebelumnya.
Mardina menutup mulutnya yang menganga dengan telapak tangannya. “Ya Tuhan ... apa benar itu yang terjadi?” lirih Mardina.
Benjamin berdiri seraya mencengkeram kedua bahu
“Pak, Bu, ini janinnya sehat. Tidak perlu dikhawatirkan. Apa Anda ingin tahu jenis kelaminnya?”“Nggak perlu, Dokter!” Seru Jasmine langsung yang membuat terkejut Mardina dan Benjamin.“Kenapa, Bu Jasmine? Selama ini Anda dan suami Anda tidak pernah ingin mengetahui jenis kelamin bayi Anda. Apa Anda ingin semuanya menjadi kejutan?”Mardina dan Benjamin mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan dokter. Dari perkataan tadi, itu berarti Jasmine sudah sering memeriksakan kandungannya di sini bersama Jagat karena mereka tadi mendengar kata suami. Tapi ada hal yang tak kalah membuat mereka terkejut, Jasmine menolak dengan sangat keras saat dokter menawarkannya mengetahui jenis kelamin bayinya.“Bukan begitu, Dokter.” Jasmine bergantian menatap wajah kedua orangtuanya dan dokter yang sedang memeriksanya itu.“Ada apa, Sayang?” tanya Benjamin. 
Jagat tak langsung pulang ke rumahnya namun ia pulang ke rumah orangtuanya untuk mengatakan bahwa besok mereka harus melamar sekaligus membicarakan pernikahannya dengan Jasmine.“Selamat malam, Tuan.” Para pelayan terbelalak melihat wajah majikannya yang babak belur itu, namun meski begitu mereka tetap kompak menyambut kedatangan majikannya itu.Jagat melewati para pelayan itu begitu saja. Ia berjalan mencari keberadaan Monica dan Barmal.“Papi!” Shagun berteriak seraya berlari mengyongsong Jagat.Jagat tersenyum kepada Shagun agar tak membuat putrinya itu khawatir akan keadaannya. Seharusnya di saat yang seperti ini putrinya itu tak melihat keadaannya.Melihat wajah papinya yang babak belur dan sedikit mengeluarkan darah itu, membuat Shagun menangis kencang. Sebelumnya ia tak pernah melihat papinya dalam kondisi yang buruk seperti ini.“Papi kenapa?” tanya Shagun di tengah isakannya.“Papi ng
Pagi harinya Jagat bergegas membersihkan tubuhnya lalu berangkat menuju rumah orangtuanya. Sampai di sana, orangtuanya terkejut melihat Jagat.“Tumben kamu pagi-pagi ke sini? Kamu mau ngajak Papa berangkat ke kantor bareng atau mau ngantar Shagun ke sekolah?” Tanya Barmal saat ia melihat Jagat berjalan cepat menuju ke arahnya yang akan berjalan menuju ruang makan.“Papa ini gimana? Kita kan akan ke rumahnya Om Ben buat melamar Jasmine,” sahut Jagat.Barmal menoleh ke arah Monica. Setelah itu mereka sama-sama mendengus.“Kamu pasti belum sarapan kan?! Ayo kita sarapan dulu.” Monica menggandeng tangan Jagat untuk menuju ke meja makan. Ia mendudukan Jagat lalu mengambilkan roti untuk putranya itu.“Ma, aku nggak bisa makan sebelum semuanya beres. Makanya kita lebih baik ke sana sekarang saja,” ucap Jagat.“Kamu ini masih waras kan?! Kamu mau mati konyol di tangan Benjamin?! Kalau kamu ke rum
Bik Lastri berlari membukakan pintu tamu yang datang setelah memencet bel rumah.“Selamat pagi, kami ingin bertemu dengan Benjamin,” ucap Barmal.“Silakan masuk, Pak, Bu.” Bik Lastri mempersilakan ketiga tamu itu untuk duduk di sofa ruang tamu. Setelah itu ia masuk ke ruang tengah untuk memberitahu majikannya.“Pak, di depan ada tamu,” ucap Bik Lastri pada Benjamin.“Iya, tolong buatkan kami minum, Bik,” ucap Benjamin.“Baik, Pak.” Bik Lastri langsung berjalan menuju ke dapur.“Ayo kita ke luar, mereka sudah datang.” Benjamin berjalan mendahului Mardina dan Jasmine.“Ayo, Sayang.” Mardina merangkul bahu Jasmine dari samping lalu mengajaknya berjalan bersama.“Barmal,” sapa Benjamin.“Teman baikku, Ben.” Barmal berdiri memeluk tubuh Benjam
“Waktu Papa bicara tentang hal itu, waktu itu aku juga udah kenal sama Jagat, Pa. Malahan waktu itu aku benci banget sama Jagat. Soalnya aku kira dia pria hidung belang, Pa. Daia mendekati aku padahal aku tahunya dia itu udah punya istri dan anak. Apalagi aku kan guru lesnya Shagun,” ucap Jasmine. Ia bahkan sampai tersenyum kala mengingat kejadian waktu itu.Sontak saja mereka semua yang ada di sana tertawa mendengar pengakuan Jasmine.“Jadi kamu kenal Jagat karena kamu jadi guru lesnya Shagun?” tanya Mardina.“Iya, Ma. Setelah itu aku sering dgangguin terus sama Jagat,” sahut Jasmine.“Jasmine bahkan sempat marah sama saya, dan meminta saya menjauh darinya selama dua bulan, Tante. Dan atas permintaan Jasmine, akhirnya saya pun melakukannya. Saya terpaksa menjauhi Jasmine meskipun dalam hati saya meronta nggak terima. Tapi apa boleh buat, itu semua saya lakukan agar Jasmine nggak semakin ilfil sama saya, Tante.&rd
Sore harinya Rosaline berjalan memasuki rumahnya dengan disambut ramah oleh Bik Lastri.“Selamat datang kembali, Mbak Rosaline.”“Terima kasih, Bik Lastri. Oh iya, apa Papa udah pulang?”“Hari ini Bapak nggak berangkat kerja, Mbak.”Rosaline terkejut dengan ucapan Bik Lastri karena tak biasanya papanya tak berangkat ke kantor.“Terus sekarang Papa ada di mana?”“Sepertinya sedang ada di kamar, Mbak,” sahut Bik Lastri.“Ya udah aku ke kamar Papa dulu deh.”“Baik, Mbak.” Rosaline berjalan menuju kamar Benjamin lalu mengetuk pintu kamar papanya itu. Tak lama kemudian pintu kamar dibuka oleh Mardina.
“Halo, Sayang! Halo!” seru Jagat.Jagat berteriak saat sambungan telponnya diputus sepihak oleh Jasmine. Padahal ia masih ingin bicara banyak dengan calon istrinya itu. Tak diperbolehkan bertemu dengan Jasmine selama dua minggu adalah hukuman kejam dan terberat yang diberikan untuknya.“Sabar ... sabar, Jagat. Sebentar lagi kamu akan bareng-bareng terus sama Jasmine. Tinggal bareng, makan bareng, pergi bareng, tidur bareng, bahkan mandipun juga bareng.” Jagat tersenyum seraya menenangkan dirinya sendiri.Menjelang hari-hari pernikahannya, Jagat malah disibukan dengan banyaknya pekerjaan. Entah ini namanya rejeki menjelang hari pernikahan ataukan sial, ia pun tak bisa membedakan itu.“Kenapa malah banyak sekali pekerjaan?!” Seru Jagat melihat beberapa dokumen yang ada di atas mejanya.Tok tok tok
Sampai di dalam mobil, Rosaline terus saja terdiam. Hal itu tak luput dari perhatian Jasmine. Rosaline bahkan tak memprotes saat Jasmine meminta supir melajukan mobil menuju ke rumah.“Aku mau ke kamar dulu ya. Kamu juga istirahat, pasti kamu capek kan.” Rosaline berlalu meninggalkan Jasmine yang masih berdiri di ruang tamu.Dari ruang tamu Jasmine mendengar suara mama dan papanya yang menyapa Rosaline. Jasmine lalu berjalan menghampiri mama dan papanya yang ada di ruang tamu.“Kalian melewatkan makan malam. Kenapa lama sekali baru pulang?” tanya Mardina. Saat ini ia sedang duduk di sofa ruang tengah bersama Benjamin.“Aku terlalu antusias milih-milih, Ma. Tadi aku juga udah milihin buat Mama dan Papa. Besok kalau udah siap baru dikirim ke sini.”“Tadi kata Rose kalian sudah makan ya?” tanya Mardina.“Iya, Ma. Tadi aku sama Kakak udah makan di restoran soalnya aku udah nggak kuat nahan la
Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.Jagat memperhatikan Jasmine ya
Ponsel Jasmine berdering membuat aktifitasnya melihat-lihat baju terhenti.“Bentar ya, Kak. Aku angkat telpon dulu, ini dari sekolahannya Shagun.”“Iya.” “Iya, halo. Apa? Iya, saya segera ke sana!” seru Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ada apa, Jasmine?” tanya Rosaline yang juga ikut panik.“Kak, aku harus ke sekolahan Shagun sekarang. Shagun brantem sama teman sekelasnya,” ucap Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ya Tuhan, kenapa bisa begitu?” tanya Rosaline yang sekarang ini juga ikut panik.“Nggak tahu. Kakak nggak pa-pa kan kalau aku tinggal pergi ke sekolahannya Shagun?”“Nggak pa-pa, kamu nggak
“Hai, Sayang. Tumben rumah sepi, anak-anak di mana?” Tanya Jagat saat ia memasuki rumah.Jasmine tersenyum menyambut kepulangan Jagat dari kantor. “Anak-anak ada di kamar. Mau aku buatkan teh?”“Boleh, tapi minta pelayan saja yang membuatnya. Kita ke kamar saja,” ucap Jagat.Jasmine menoleh ke arah pelayan yang berdiri menunduk di belakangnya. “Tolong buatkan teh untuk Tuan lalu bawa ke kamar.”“Baik, Nyonya.” Pelayan itu segera masuk ke dapaur.Jasmine mengambil alih tas Jagat untuk ia bawa. Ia berjalan beriringan dengan Jagat menuju ke kamar mereka. Setelah sampai kamar Jasmine membantu Jagat melepas jasnya saat Jagat melepas dasinya.“Kamu mandi dulu sana,” ucap Jasmine. “Kita mandi bersama.”“Aku udah mandi, Sayang. Besok pagi saja kita mandi bersamany
Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, namun mata Jagat masih saja terfokus dengan layar handphonenya.Keluar dari kamar mandi rupanya Jasmine sudah berganti pakaian dengan menggunakan lingerie sexy berwarna merah kesukaan Jagat. Ia berjalan lenggak-lenggok seperti seorang model menuju ke arah ranjang.Mengetahui ada sedikit hal yang tak beres, Jagat segera menarik pandangannya dari layar handphonenya menuju ke arah istrinya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Sontak saja mulut Jagat menganga lebar dan kedua matanya melotot hingga biji matanya hampir keluar. Ia langsung meletakan handphonenya ke atas nakas. Pikiran dan matanya saat ini terfokus pada Jasmine yang sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju ke ranjang.Jasmine pura-pura tak menyadari jika saat ini Jagat sedang memperhatikannya dan sudah meneteskan banyak air liurnya karena melihat keseksian tubuh Jasmine yang dibalut dengan pakaian mini. Ditambah lagi pakaian ini terasa lebih sesak dibandi
Setiap hari Jasmine selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan Jagat dan Shagun. Semakin hari keahlian memasaknya semakin bertambah. Banyak kreasi menu masakan yang akan ia hidangkan untuk keluarganya di setiap harinya.Semenjak menikah Jasmine sudah jarang keluar rumah untuk hal yang tak perlu. Apalagi sekarng ini ia sudah memiliki Myesha. Hari-harinya akan disibukan dengan mengurus putrinya yang sudah berumur dua bulan itu.Masih dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kucel, Jagat turun dengan menggendong Myesha yang menangis. Ia berjalan menghampiri Jasmine yang masih asik berkutat di dapur.Mendengar tangisan putri kecilnya, membuat Jasmine menghentikan aktifitas dapurnya. Ia lalu mencuci tangannya sebelum ia menghampiri putrinya. “Hai, Sayang anaknya Mami. Kenapa nangis? Cari Mami ya?” Jasmine mengambil alih Myesha dari gendongan Jagat.“Sayang, sebaiknya kamu nggak usah masak dulu deh. Urusan dapur biar diselesaikan sama pelayan
Satu bulan semenjak Jasmine melahirkan bayinya, hari ini di rumahnya ia dan Jagat mengadakan acara satu bulanan sekaligus acara pemberian nama untuk bayi mereka. Jasmine dan Jagat sepakat untuk memberikan nama bayi mereka dengan nama Myesha Chalendra Jagat Paraduta.Jasmine dan Jagat mengundang banyak teman, keluarga dan relasi bisnis mereka. Tapi sayangnya Mardina dan Benjamin tak bisa hadir ke acara syukuran sekaligus acara pemberian nama bayi karena mereka harus menemani Rosaline yang saat ini memutuskan untuk sementara waktu tinggal di luar negri setelah masalah yang datang menimpanya.Jasmine sudah cantik mengenakan gaun indah berwarna merah muda, begitu pula dengan Jagat, Shagun dan Myesha. Mereka kompak menyambut para tamu dengan pakaian yang senada. Mereka juga menyeragamkan para tamu undangan untuk memakai pakaian yang berwarna putih.Rumah mewah mereka sudah sejak kemarin dihias dengan sedemikian rupa untuk mendukung acara hari ini.“Sayan
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb