Jasmine menunggu Jagat dengan cemas di dalam kamar. Saat pintu kamar terbuka, ia langsung menghampiri Jagat.
“Jagat, bagaimana?” tanya Jasmine.
“Mama sudah pulang.”
“Kamu nggak bicara yang macam-macam kan sama Mama kamu?” tanya Jasmine cemas.
“Nggak , kamu tenang aja. Oh iya, kamu jadi nginap di sini kan?”
“Nggak ah, aku pulang aja.”
“Tunggu sampai makan malam, kita makan malam bersama,” pinta Jagat.
“Ya udah. Kalau gitu aku mau ke kamar Shagun dulu, aku mau ngecek belajarnya Shagun dulu.” Jasmine keluar dari kamar menuju kamar Shagun.
Sampai di kamar Shagun ternyata Shagun memang masih belajar.
“Ada kesulitan? Ada yang mau kamu koreksikan sama Kak Jasmine?” tanya Jasmine.
“Iya, Kak. Tolong koreksikan tugasku yang ini.” Shagun menyodorkan sebuah buku tuli miliknya pa
Jasmine merasa cemas memikirkan tentang perjodohan yang akan dilakukan oleh keluarga Jagat. Jika itu sampai terjadi maka ia harus sanggup kehilangan Jagat untuk selama-lamanya. Dan itu tak akan pernah ia biarkan terjadi karena selamanya Jagat hanyalah miliknya. Jagat sudah mengambil harta berharga yang selama ini sudah ia jaga dan selama empat bulan berpacaran ia juga sudah memiliki gaya pacaran yang kelewat batas.Diakui atau tidak, saat ini Jasmine memang sudah sangat merasa nyaman dengan Jagat. Jagat tak hanya berperan sebagai pacar namun juga sebagai sahabat dan kakak laki-laki untuknya karena selama dirinya menjalin hubungan dengan Jagat, Jagat selalu mengayomi dirinya, melindungi dan melimpahkan semua cinta dan kasih sayang kepadanya.Pusing memikirkan soal Jagat, akhirnya Jasmine memutuskan untuk keluar dari kamarnya lalu menuju dapur.Sampai di dapur ia langsung menyalakan lampu karena rumah sudah sangat sepi di tengah malam seperti ini. Ia mencari-cari
“Dengan keluarga pasien?” Seorang perawat baru saja keluar dari ruang IGD.“Saya, Suster. Saya suaminya, istri saya sudah sadar?” sahut Jagat.“Sudah, Pak. Silakan masuk, Dokter ingin bicara pada Anda.”“Baik.” Jagat mengikuti perawat itu memasuki ruangan.“Bagaimana, Dokter?” tanya Jagat.“Bu Jasmine hanya syok, jadi tidak perlu khawatir. Emm setelah saya periksa sepertinya istri Anda sedang hamil.”“Hamil?!” seru Jasmine dan Jagat bersamaan.“Iya, untuk pemeriksaan lebih lanjut Anda bisa mmebawa istri Anda ke dokter kandungan.”“Ba-baik, Dokter. Terima kasih.” Dengan senyuman yang terbit di bibirnya, Jagat menjabat tangan Dokter.“Permisi.” Jasmine turun dari rajang lalu keluar dari ruangan bersama Jagat.“Ayo, Sayang, kita daftar ke poli kandunga
Kedatangan Monica dan Barmal disambut para pelayan di depan pintu rumah.“Di mana Jagat?” tanya Monica.“Tuan ada di kamarnya, Nyonya.”“Dia bersama siapa?”Mendengar pertanyaan Monica, para pelayan itu pun menundukkan kepalanya. Bekerja di rumah mewah ini patang bagi para pelayan mencampuri urusan majikannya apalagi sampai membocorkan hal yang dianggap rahasia oleh majikannya.Monica mendesah karena jengah dengan kebisuan pelayan di rumah putranya ini. Ia pun berjalan memasuki rumah mendahului suaminya.“Mama ini sebenarnya kenapa?” Tanya Barmal yang berjalan mengikuti langkah kaki Monica.“Papa tunggu di sini sebentar. Mama mau memastikan sesuatu dulu.” Monica melanjutkan langkah kakinya menuju kamar Jagat, sedangkan Barmal duduk di ruag tengah mengikuti intruksi Monica.Monica mengetuk pintu kamar Jagat seraya memanggil nama
Malam harinya seperti biasa, Jagat mengantarkan Jasmine pulang ke rumahnya. Sampai saat ini pun Jasmine masih belum memberikan ijin Jagat untuk menemui orangtuanya, apalagi jika sampai mengatakan tentang kehamilannya. Dan kali ini Jagat harus kembali menuruti keinginan kekasihnya.“Loh Jasmine, kamu udah pulang? Tapi Mama kok nggak dengar ada suara mobil kamu? Kamu juga nggak klakson minta dibukakan pintu gerbang.” Mardina menghampiri Jasmine yang tampak lemas.“Iya, Ma. Mobil aku di bengkel, akupulang sama teman.”“Di bengkel?!” seru Benjamin. Ia yang sedari tadi duduk di ruang tengah seraya mendengarkan percakapan anak dan istrinya langsung ikut angkat bicara.“Tadi aku nabrak orang,” ucap Jasmine.“Apa?! Tapi kamu nggak pa-pa kan?!” Mardina meneliti tubuh Jasmine.Benjamin langsung berjalan menghampiri Jasmine. “Gimana ceritanya? Kamu nggak ada luka kan?! Udah periksa ke ru
Jasmine keluar dari kamar setelah ia merasa bosan. Saat membuka pintu, dirinya disambut oleh senyum lembut Jagat.“Hai, Sayang.”“Aku mau pulang aja. Aku bosen ada di sini, aku juga nggak nyaman.” Jasmine berdiri di samping Jagat seraya menatap kekasihnya itu dengan memelas.“Kita nanti akan pulang bersama. Kita makan siang dulu.”“Aku lagi males makan.” “Nggak bisa gitu dong, Sayang. Kamu kan lagi hamil jadi kamu harus makan tepat waktu.” Jagat meletakan bolpoinnya lalu menarik Jasmine agar duduk di pangkuannya.“Jagat, gimana kalau ada orang yang lihat?!” seru Jasmine.“Nggak akan ada yang lihat.” Jaga
Setelah mengetahu jika sekarang ini dirinya sedang mengandung, kini Jasmine harus memutar otaknya agar ia bisa membicarakan kehamilannya ini dengan keluarganya.Sepulang dari kantor Jagat ia mencoba untuk menemui kakak satu-satunya yang ia miliki. Barangkali saja kakaknya itu bisa memberikannya solusi.Jasmine menaiki taksi menuju apartemen Rosaline. Ia hanya akan bisa bicara jika ia mengunjungi kakaknya itu ke apartemen tempat tinggal kakaknya.Jasmine melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam lima tapi kakaknya itu juga belum pulang ke apartemen. Padahal ia sudah menunggu kepulangan Rosaline sejak setengah jam yang lalu.“Sabar aja, Jasmine. Bentar lagi Kak Rose pasti pulang kok,” gumam Jamsine untuk dirinya sendiri.Jasmine terus menundukan kepalanya menunggu kepulangan Rosaline.“Jasmine?!”Jasmine menolehkan kepalanya. Ia tersenyum lega saat akhirnya Rosaline datang.“Kak
“Jasmine!”Jasmine menghentikanlangkah kakinya saat ia mendegar ada seseorang yang memanggil namanya.“Jasmine. Ah maksud saya Bu Jasmine, dari tadi saya memanggil Anda.” Ucap Leo saat ia sudah berdiri di hadapan Jasmine. Merasa banyak mata yang melihat ke arahnya dan Jasmine membuat ia tersadar jika ia harus memanggil nama Jasmine dengan semestinya.Jasmine mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Seperti biasanya, ia paling tak suka ada orang yang nantinya akan menggunjingkan dirinya, apalagi menggunjingkannya karena terlihat dekat dengan Leo, sang pemilik yayasan.“Ada apa, Pak Leo?”“Saya ingin bicara sebentar dengan Anda,” ucap Leo.“Selamat pagi, Pak.” Beberapa guru dan murid silih berganti melewati Leo seraya menyapa. Dan tentu saja Leo membalas salam mere
Seperti biasanya, pagi ini Jagat kembali menunggu Jasmine di dalam mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah Jasmine. Tak lama kemudian ia melihat Jasmine yang baru saja keluar dari pintu gerbang rumah.“Selamat pagi, Sayang.” Sapa Jagat setelah Jasmine memasuki mobilnya. Mobil pun mulai melaju membelah jalanan kota. “Wajah kamu kelihatan pucat, kamu baik-baik aja?”“Keadaan aku nggak baik, Jagat. Tadi pagi aku mual dan muntah, pagi kemarin juga. Aku rasa aku udah mulai ngalamin gejala perempuan hamil deh.”“Apa aja yang kamu rasain? Kamu lagi ada pengen makan sesuatu?” tanya Jagat.“Enggak lagi pengen makan sesuatu. Aku lagi cemas, aku takut kalau kehamilanku ketahuan sama Mama dan Papa,” lirih Jasmine.“Maka itu sebelum Mama dan Papa kamu tahu dengan sendirinya secepatnya kita harus jujur sama mereka. Jangan sampai kita membuat mereka menjadi semakin kecewa dengan kediaman ki
Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.Jagat memperhatikan Jasmine ya
Ponsel Jasmine berdering membuat aktifitasnya melihat-lihat baju terhenti.“Bentar ya, Kak. Aku angkat telpon dulu, ini dari sekolahannya Shagun.”“Iya.” “Iya, halo. Apa? Iya, saya segera ke sana!” seru Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ada apa, Jasmine?” tanya Rosaline yang juga ikut panik.“Kak, aku harus ke sekolahan Shagun sekarang. Shagun brantem sama teman sekelasnya,” ucap Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ya Tuhan, kenapa bisa begitu?” tanya Rosaline yang sekarang ini juga ikut panik.“Nggak tahu. Kakak nggak pa-pa kan kalau aku tinggal pergi ke sekolahannya Shagun?”“Nggak pa-pa, kamu nggak
“Hai, Sayang. Tumben rumah sepi, anak-anak di mana?” Tanya Jagat saat ia memasuki rumah.Jasmine tersenyum menyambut kepulangan Jagat dari kantor. “Anak-anak ada di kamar. Mau aku buatkan teh?”“Boleh, tapi minta pelayan saja yang membuatnya. Kita ke kamar saja,” ucap Jagat.Jasmine menoleh ke arah pelayan yang berdiri menunduk di belakangnya. “Tolong buatkan teh untuk Tuan lalu bawa ke kamar.”“Baik, Nyonya.” Pelayan itu segera masuk ke dapaur.Jasmine mengambil alih tas Jagat untuk ia bawa. Ia berjalan beriringan dengan Jagat menuju ke kamar mereka. Setelah sampai kamar Jasmine membantu Jagat melepas jasnya saat Jagat melepas dasinya.“Kamu mandi dulu sana,” ucap Jasmine. “Kita mandi bersama.”“Aku udah mandi, Sayang. Besok pagi saja kita mandi bersamany
Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, namun mata Jagat masih saja terfokus dengan layar handphonenya.Keluar dari kamar mandi rupanya Jasmine sudah berganti pakaian dengan menggunakan lingerie sexy berwarna merah kesukaan Jagat. Ia berjalan lenggak-lenggok seperti seorang model menuju ke arah ranjang.Mengetahui ada sedikit hal yang tak beres, Jagat segera menarik pandangannya dari layar handphonenya menuju ke arah istrinya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Sontak saja mulut Jagat menganga lebar dan kedua matanya melotot hingga biji matanya hampir keluar. Ia langsung meletakan handphonenya ke atas nakas. Pikiran dan matanya saat ini terfokus pada Jasmine yang sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju ke ranjang.Jasmine pura-pura tak menyadari jika saat ini Jagat sedang memperhatikannya dan sudah meneteskan banyak air liurnya karena melihat keseksian tubuh Jasmine yang dibalut dengan pakaian mini. Ditambah lagi pakaian ini terasa lebih sesak dibandi
Setiap hari Jasmine selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan Jagat dan Shagun. Semakin hari keahlian memasaknya semakin bertambah. Banyak kreasi menu masakan yang akan ia hidangkan untuk keluarganya di setiap harinya.Semenjak menikah Jasmine sudah jarang keluar rumah untuk hal yang tak perlu. Apalagi sekarng ini ia sudah memiliki Myesha. Hari-harinya akan disibukan dengan mengurus putrinya yang sudah berumur dua bulan itu.Masih dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kucel, Jagat turun dengan menggendong Myesha yang menangis. Ia berjalan menghampiri Jasmine yang masih asik berkutat di dapur.Mendengar tangisan putri kecilnya, membuat Jasmine menghentikan aktifitas dapurnya. Ia lalu mencuci tangannya sebelum ia menghampiri putrinya. “Hai, Sayang anaknya Mami. Kenapa nangis? Cari Mami ya?” Jasmine mengambil alih Myesha dari gendongan Jagat.“Sayang, sebaiknya kamu nggak usah masak dulu deh. Urusan dapur biar diselesaikan sama pelayan
Satu bulan semenjak Jasmine melahirkan bayinya, hari ini di rumahnya ia dan Jagat mengadakan acara satu bulanan sekaligus acara pemberian nama untuk bayi mereka. Jasmine dan Jagat sepakat untuk memberikan nama bayi mereka dengan nama Myesha Chalendra Jagat Paraduta.Jasmine dan Jagat mengundang banyak teman, keluarga dan relasi bisnis mereka. Tapi sayangnya Mardina dan Benjamin tak bisa hadir ke acara syukuran sekaligus acara pemberian nama bayi karena mereka harus menemani Rosaline yang saat ini memutuskan untuk sementara waktu tinggal di luar negri setelah masalah yang datang menimpanya.Jasmine sudah cantik mengenakan gaun indah berwarna merah muda, begitu pula dengan Jagat, Shagun dan Myesha. Mereka kompak menyambut para tamu dengan pakaian yang senada. Mereka juga menyeragamkan para tamu undangan untuk memakai pakaian yang berwarna putih.Rumah mewah mereka sudah sejak kemarin dihias dengan sedemikian rupa untuk mendukung acara hari ini.“Sayan
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb