“Kamu nanti nginep di sini ya, Sayang.”
“Nggak bisalah, aku nggak bisa sering-sering nginep di sini. Nanti bisa-bisa Mama sama Papa curiga,” sahut Jasmine.
“Jadi kapan aku bisa menemui orangtua kamu buat melemar kamu?” tanya Jagat.
Saat ini Jagat dan Jasmine baru saja selesai melakukan satu sesi percintaan mereka di kamar yang baru saja mereka putuskan untuk menjadi kamar mereka. Sebelumnya Jasmine selalu tak ingin kalau Jagat memintanya untuk memasuki kamar ini karena Jasmine menganggap kamar ini adalah kamar milik Jagat bersama Aakriti.
“Aku masih belum siap, lagipula Kakak aku juga masih belum punya pasangan dan dia juga masih belum mau nikah jadi aku harus menunggu dulu,” sahut Jasmine.
“Kita sudah menjalin hubungan selama empat bulan kan, ini sudah lebih dari cukup.”
“Baru empat bulan, Jagat. Pasangan di luaran sana juga banyak yang pacaran selama bertahun-tahun tapi teta
Jasmine menunggu Jagat dengan cemas di dalam kamar. Saat pintu kamar terbuka, ia langsung menghampiri Jagat.“Jagat, bagaimana?” tanya Jasmine.“Mama sudah pulang.”“Kamu nggak bicara yang macam-macam kan sama Mama kamu?” tanya Jasmine cemas.“Nggak , kamu tenang aja. Oh iya, kamu jadi nginap di sini kan?”“Nggak ah, aku pulang aja.”“Tunggu sampai makan malam, kita makan malam bersama,” pinta Jagat.“Ya udah. Kalau gitu aku mau ke kamar Shagun dulu, aku mau ngecek belajarnya Shagun dulu.” Jasmine keluar dari kamar menuju kamar Shagun.Sampai di kamar Shagun ternyata Shagun memang masih belajar.“Ada kesulitan? Ada yang mau kamu koreksikan sama Kak Jasmine?” tanya Jasmine.“Iya, Kak. Tolong koreksikan tugasku yang ini.” Shagun menyodorkan sebuah buku tuli miliknya pa
Jasmine merasa cemas memikirkan tentang perjodohan yang akan dilakukan oleh keluarga Jagat. Jika itu sampai terjadi maka ia harus sanggup kehilangan Jagat untuk selama-lamanya. Dan itu tak akan pernah ia biarkan terjadi karena selamanya Jagat hanyalah miliknya. Jagat sudah mengambil harta berharga yang selama ini sudah ia jaga dan selama empat bulan berpacaran ia juga sudah memiliki gaya pacaran yang kelewat batas.Diakui atau tidak, saat ini Jasmine memang sudah sangat merasa nyaman dengan Jagat. Jagat tak hanya berperan sebagai pacar namun juga sebagai sahabat dan kakak laki-laki untuknya karena selama dirinya menjalin hubungan dengan Jagat, Jagat selalu mengayomi dirinya, melindungi dan melimpahkan semua cinta dan kasih sayang kepadanya.Pusing memikirkan soal Jagat, akhirnya Jasmine memutuskan untuk keluar dari kamarnya lalu menuju dapur.Sampai di dapur ia langsung menyalakan lampu karena rumah sudah sangat sepi di tengah malam seperti ini. Ia mencari-cari
“Dengan keluarga pasien?” Seorang perawat baru saja keluar dari ruang IGD.“Saya, Suster. Saya suaminya, istri saya sudah sadar?” sahut Jagat.“Sudah, Pak. Silakan masuk, Dokter ingin bicara pada Anda.”“Baik.” Jagat mengikuti perawat itu memasuki ruangan.“Bagaimana, Dokter?” tanya Jagat.“Bu Jasmine hanya syok, jadi tidak perlu khawatir. Emm setelah saya periksa sepertinya istri Anda sedang hamil.”“Hamil?!” seru Jasmine dan Jagat bersamaan.“Iya, untuk pemeriksaan lebih lanjut Anda bisa mmebawa istri Anda ke dokter kandungan.”“Ba-baik, Dokter. Terima kasih.” Dengan senyuman yang terbit di bibirnya, Jagat menjabat tangan Dokter.“Permisi.” Jasmine turun dari rajang lalu keluar dari ruangan bersama Jagat.“Ayo, Sayang, kita daftar ke poli kandunga
Kedatangan Monica dan Barmal disambut para pelayan di depan pintu rumah.“Di mana Jagat?” tanya Monica.“Tuan ada di kamarnya, Nyonya.”“Dia bersama siapa?”Mendengar pertanyaan Monica, para pelayan itu pun menundukkan kepalanya. Bekerja di rumah mewah ini patang bagi para pelayan mencampuri urusan majikannya apalagi sampai membocorkan hal yang dianggap rahasia oleh majikannya.Monica mendesah karena jengah dengan kebisuan pelayan di rumah putranya ini. Ia pun berjalan memasuki rumah mendahului suaminya.“Mama ini sebenarnya kenapa?” Tanya Barmal yang berjalan mengikuti langkah kaki Monica.“Papa tunggu di sini sebentar. Mama mau memastikan sesuatu dulu.” Monica melanjutkan langkah kakinya menuju kamar Jagat, sedangkan Barmal duduk di ruag tengah mengikuti intruksi Monica.Monica mengetuk pintu kamar Jagat seraya memanggil nama
Malam harinya seperti biasa, Jagat mengantarkan Jasmine pulang ke rumahnya. Sampai saat ini pun Jasmine masih belum memberikan ijin Jagat untuk menemui orangtuanya, apalagi jika sampai mengatakan tentang kehamilannya. Dan kali ini Jagat harus kembali menuruti keinginan kekasihnya.“Loh Jasmine, kamu udah pulang? Tapi Mama kok nggak dengar ada suara mobil kamu? Kamu juga nggak klakson minta dibukakan pintu gerbang.” Mardina menghampiri Jasmine yang tampak lemas.“Iya, Ma. Mobil aku di bengkel, akupulang sama teman.”“Di bengkel?!” seru Benjamin. Ia yang sedari tadi duduk di ruang tengah seraya mendengarkan percakapan anak dan istrinya langsung ikut angkat bicara.“Tadi aku nabrak orang,” ucap Jasmine.“Apa?! Tapi kamu nggak pa-pa kan?!” Mardina meneliti tubuh Jasmine.Benjamin langsung berjalan menghampiri Jasmine. “Gimana ceritanya? Kamu nggak ada luka kan?! Udah periksa ke ru
Jasmine keluar dari kamar setelah ia merasa bosan. Saat membuka pintu, dirinya disambut oleh senyum lembut Jagat.“Hai, Sayang.”“Aku mau pulang aja. Aku bosen ada di sini, aku juga nggak nyaman.” Jasmine berdiri di samping Jagat seraya menatap kekasihnya itu dengan memelas.“Kita nanti akan pulang bersama. Kita makan siang dulu.”“Aku lagi males makan.” “Nggak bisa gitu dong, Sayang. Kamu kan lagi hamil jadi kamu harus makan tepat waktu.” Jagat meletakan bolpoinnya lalu menarik Jasmine agar duduk di pangkuannya.“Jagat, gimana kalau ada orang yang lihat?!” seru Jasmine.“Nggak akan ada yang lihat.” Jaga
Setelah mengetahu jika sekarang ini dirinya sedang mengandung, kini Jasmine harus memutar otaknya agar ia bisa membicarakan kehamilannya ini dengan keluarganya.Sepulang dari kantor Jagat ia mencoba untuk menemui kakak satu-satunya yang ia miliki. Barangkali saja kakaknya itu bisa memberikannya solusi.Jasmine menaiki taksi menuju apartemen Rosaline. Ia hanya akan bisa bicara jika ia mengunjungi kakaknya itu ke apartemen tempat tinggal kakaknya.Jasmine melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah jam lima tapi kakaknya itu juga belum pulang ke apartemen. Padahal ia sudah menunggu kepulangan Rosaline sejak setengah jam yang lalu.“Sabar aja, Jasmine. Bentar lagi Kak Rose pasti pulang kok,” gumam Jamsine untuk dirinya sendiri.Jasmine terus menundukan kepalanya menunggu kepulangan Rosaline.“Jasmine?!”Jasmine menolehkan kepalanya. Ia tersenyum lega saat akhirnya Rosaline datang.“Kak
“Jasmine!”Jasmine menghentikanlangkah kakinya saat ia mendegar ada seseorang yang memanggil namanya.“Jasmine. Ah maksud saya Bu Jasmine, dari tadi saya memanggil Anda.” Ucap Leo saat ia sudah berdiri di hadapan Jasmine. Merasa banyak mata yang melihat ke arahnya dan Jasmine membuat ia tersadar jika ia harus memanggil nama Jasmine dengan semestinya.Jasmine mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya. Seperti biasanya, ia paling tak suka ada orang yang nantinya akan menggunjingkan dirinya, apalagi menggunjingkannya karena terlihat dekat dengan Leo, sang pemilik yayasan.“Ada apa, Pak Leo?”“Saya ingin bicara sebentar dengan Anda,” ucap Leo.“Selamat pagi, Pak.” Beberapa guru dan murid silih berganti melewati Leo seraya menyapa. Dan tentu saja Leo membalas salam mere