Seperti biasanya, pagi ini Jagat kembali menunggu Jasmine di dalam mobil yang sudah terparkir di depan pagar rumah Jasmine. Tak lama kemudian ia melihat Jasmine yang baru saja keluar dari pintu gerbang rumah.
“Selamat pagi, Sayang.” Sapa Jagat setelah Jasmine memasuki mobilnya. Mobil pun mulai melaju membelah jalanan kota. “Wajah kamu kelihatan pucat, kamu baik-baik aja?”
“Keadaan aku nggak baik, Jagat. Tadi pagi aku mual dan muntah, pagi kemarin juga. Aku rasa aku udah mulai ngalamin gejala perempuan hamil deh.”
“Apa aja yang kamu rasain? Kamu lagi ada pengen makan sesuatu?” tanya Jagat.
“Enggak lagi pengen makan sesuatu. Aku lagi cemas, aku takut kalau kehamilanku ketahuan sama Mama dan Papa,” lirih Jasmine.
“Maka itu sebelum Mama dan Papa kamu tahu dengan sendirinya secepatnya kita harus jujur sama mereka. Jangan sampai kita membuat mereka menjadi semakin kecewa dengan kediaman ki
Jagat menyukai sikap Jasmine yang semakin manja kepadanya. Itu adalah merupakan sebuah keberuntungan untuknya. Sebelum ini ia akan dengan sekuat tenaga dan harus memutar otaknya lebih keras hanya untuk membuat Jasmine dekat dan merasa tergantung padanya agar dirinya bisa tetap diandalkan Jasmine akapanpun dan di manapun kekasihnya itu berada.Seharian ini Jasmine terus bergelayut manja di pangkuan Jagat. Meskipun Jagat merasa susah untuk bergerak, namun ia tetap tak mempermasalahkannya. Justru dirinya merasa sangat senang. Bahkan saat Joana atau Adrian masuk ke ruangnnya pun Jasmine juga tak ingin turun dari pangkuannya.Pintu ruagan Jagat kembali terbuka dan Jasmine masih tetap berada di pangkuan Jagat tanpa memperdulikan siapa yang datang.“Mama?” sapa Jagat.Mendengar ucapan Jagat membuat Jasmine membelalakan matanya. Ia menoleh ke arah pintu dan ternyata benar, ia mendapati Monica sedang berdiri di ambang pintu. Sontak saja ia turun dari p
Jagat mengkhawatirkan keadaan Jasmine. Sejak dua hari yang lalu ia tak bisa menghubungi Jasmine karena ponsel Jasmine yang tak aktif. Ini bukan pengalam pertama baginya dalam menghadapi wanita hamil yang memiliki perasaan yang lebih sensitif dari biasanya. Namun pengalamannya dulu ternyata tak ia gunakan sebaik mungkin. Ia malah membuat Jasmine marah dan kecewa padanya gara-gara kalimat yang ia tuduhkan pada Jasmine.Tak tahan lagi, Jagat memutuskan untuk datang ke rumah Jasmine. Sampai di luar pintu gerbang, ia melihat jika pintunya terkunci sehingga ia tak bisa masuk. Sekali lagi ia mencoba menghubungi ponsel Jasmine dan ternyata kali ini telponnya tersambung.“Halo, Sayang. Akhirnya kamu angkat juga telpon dari aku.” Jagat tersenyum lega setelah bisa berbicara dengan kekasih pujaan hatinya itu. “Aku khawatir sama kamu, makanya sekarang ini aku mau ke rumah kamu, mau lihat kondisi kamu tapi ternyata pintu gerbangnya di kunci,” sambung Jagat.
Jagat berlari mencari keberadaan Jasmine ketika ia sampai di rumah sakit. Dengan langkah gontai ia berjalan menghampiri Jasmine yang terbaring lemah di atas ranjang. Ia menyesal karena ia tak ada di saat-saat terburuk wanitanya, padahal wanita ini sedang mengandung darah dagingnya.Jagat sedikit membungkuk sikunya bertumpu pada ranjang agar tangannya bisa membelai rambut Jasmine. Air matanya menetes merasakan kepedihan hatinya karena tak ada yang bisa ia lakukan untuk kekasihnya.Jasmine perlahan membuka matanya saat ia merasa tidurnya sedikit terusik. Keningnya mengkerut saat ia melihat wajah Jagat yang hanya berjarak beberapa cm dari wajahnya.“Kamu?! Ngapain kamu di sini?!” Sentak Jasmine seraya menarik kepalanya menjauh dari Jagat.“Kamu udah bangun? Maaf ya aku udah ganggu istirahat kamu,” lirih Jagat. Senyuman hangatnya menyapa Jasmine yang menatapnya sinis.“Kamu tahu dari mana aku ada di sini?” Jasmine me
“Mama ... Papa.” Jagat mendekat menyapa Monica dan Barmal yang baru saja memasuki ruang inap Jasmine.Monica dan Barmal melihat ke arah ranjang di mana calon menantunya sedang beristirahat di sana.“Jagat, gimana keadaannya Jasmine?” tanya Monica.“Ya begini ini, Ma. Nggak ada makanan yang bertahan lama di perut, apa yang dia makan selalu dimuntahin makanya sampai dia lemes dan harus dirawat di sini,” sahut Jagat.“Ini Jasmine tidur ya?” tanya Barmal.“Iya, Pa. Katanya semenjak hamil dia bawaannya ngantuk terus.”“Mungkin itu bawaan bayi. Kasihan dia,” timpal Monica.Jasmine perlahan mulai membuka matanya saat sayup-sayup ia mendengar percakapan beberapa orang di sekitarnya. Keningnya mengerut melihat Monica dan Barmal yang berdiri di sisi ranjangnya. Melihat orangtua Jagat ada di hadapannya, tentu saja membuat Jasmine bangkit dari berbaringnya karena ia pikir tak
Keesokan paginya setelah diperiksa oleh Dokter, Jasmine sudah diperbolehkan pulang. Jagat membantu Jasmine berkemas, sebenarnya tak ada yang harus dikemas karena Jasmine tak membawa pakaian selain pakaian yang ia pakai saat datang ke rumah sakit, dan pakaian itu pun juga sudah kotor. Di rumah sakit ia memakai pakaian rumah sakit, jadi kemarin ia tak terlalu memusingkan hal itu.Jasmine ingin meminta tolong Bik Lastri untuk membawakan pakaian ganti untuknya, namun ia tak ingin merepotkan Bik Lastri. Jika ia ingin meminta tolong pada Jagat pun ia sedang tak ingin. Semalam kekasihnya itu sudah membentaknya dengan begitu keras hingga ia syok. Tadi malam sampai detik ini ia masih belum ingin bicara pada Jagat. Bahkan saat tadi pagi ia muntah-muntah pun ia tak ingin melibatkan Jagat, meskipun pada akhirnya Jagat jugalah yang menggendongnya menuju ranjang rumah sakit. Dan Jagat jugalah yang membuatkannya teh hangat.“Aku udah belikan baju buat kamu pakai pulang. M
Hubungan Jagat dan Jasmine mulai membaik. Sekarang sudah satu bulan setelah Jasmine pulang dari rumah sakit. Karena Jasmine sudah tak lagi mengajar di sekolah, ia pun sering ikut ke kantor untuk menemani Jagat, tentu saja itu atas permintaan Jagat. Dan kalaupun Jasmine tak datang ke kantor, pasti ia berada di rumah Jagat. Jasmine sudah seperti nyonya sah di rumah mewah itu, ia juga sudah mulai mengatur ini dan itu di sana.Meski sudah tak bekerja di sekolahan seperti dulu, Jagat tetap menjemput Jasmine saat pagi hari. Dan Jasmine pun juga tak mengatakan jika dirinya sudah tak lagi bekerja di sekolahan kepada orangtuanya. Berangkat pagi dan pulang sore ketika hari sudah akan gelap, Jasmine menjalani rutinitasnya seperti biasanya, namun satu bulan terakhir ini ia tak berangkat ke sekolah akan tetapi berangkat ke rumah Jagat atau ke kantor Jagat.Banyak pertimbangan mengapa Jasmine menyetujui Jagat untuk tetap dijemput saat pagi hari. Salah satunya adalah saat pagi Jasmin
Sampai di rumah, Jasmine langsung mengganti pakaiannya dengan daster pendek selutut. Di lemari banyak tersedia daster pendek beraneka warna, tentu saja Jagat-lah yang menyiapkannya untuk Jasmine.“Lihat ini, masa kamu pakai kayak gini?! Kamu kan lagi hamil.” Jagat mengangkat kamisol yang baru dilepas Jasmine lalu meleparkannya begitu saja di tong sampah.“Kamu apaan sih pakai lemar-lempar begitu. Jangan dilempar, itu dikasih orang. Nggak enak sama orangnya kalau dia sampai tahu barang pemberiannya dilempar kayak gini.” Jasmine berjalan memungut kamisol yang telah masuk ke tong sampah.“Mau kamu apakan lagi?”“Biar dicuci pelayan, setelah itu baru aku simpan. Sayangkan, orang masih baru kok.”“Sayang, aku bisa belikan itu satu toko kalau kamu mau, tapi kamu nggak perlu memungut barang yang udah aku buang ke tempat
Mobil beserta supirnya sudah menunggu Jasmine di depan pintu gerbang. Selama dua bulan terakhir ini Jasmine melarang Jagat untuk menjemputnya. Jasmine meminta agar hanya supir saja yang menjemputnya.Semenjak Jasmine hamil, ia sudah tak lagi bekerja sebagai tenaga pendidik di sekolah dan karena keadaan tubuhnya yang lemah dan sering mengantuk akhirnya ia juga terpaksa menyerahkan bimbel pada Mira. Ia juga telah menyediakan ruangan khusus untuk Mira. Sesekali ia akan datang untuk mengontrol keadaan tempat usaha yang sudah menjadi cita-citanya sejak ia masih duduk di bangku kuliahan itu.“Jasmine, kamu nggak sarapan dulu?” Tanya Benjamin saat Jasmine hanya berdiri untuk berpamitan padanya dan pada Mardina.“Nggak usah, Pa. Aku lagi diet,” sahut Jasmine.“Iya Mama memang suka kalau kamu diet tapi kalau untuk sarapan ya kamu harus makan sarapan soalnya buat energi juga kan,” ucap Mardina.“Nanti aku makan kalau
Kebahagiaan Jasmine semakin meningkat setiap harinya. Di kehamilannya yang kedua Jasmine melahirkan bayi perempuan lagi yang mereka beri nama Grizelle Clemira Jagat Paraduta. Sedikit rasa kecewa namun tak mengurangi rasa bahagianya. Dalam hatinya sebenarnya ia ingin memberikan cucu laki-laki untuk suami dan mertuanya, namun Tuhan berkehendak lain. Ia tak perlu berlarut memusingkan hal itu karena orangtuanya dan mertuanya menerima putri keduanya ini dengan penuh rasa bahagia.Dua tahun setelah Jasmine melahirkan Grizelle, ia kembali melahirkan buah hatinya. Kali ini Jasmine melahirkan seorang bayi laki-laki yang ia beri nama Aryan Gentala Jagat Paraduta. Lengkap sudah hidup Jasmine. Sekarang ini dirinya sudah memiliki tiga putri dan satu putra.Setiap hari Monica mengusahakan agar bisa berkunjung ke rumah Jagat agar ia bisa bermain dengan cucu-cucunya. Jika di akhir pekan, ia akan mengajak Barmal untuk menginap di rumah anaknya itu.Jagat memperhatikan Jasmine ya
Ponsel Jasmine berdering membuat aktifitasnya melihat-lihat baju terhenti.“Bentar ya, Kak. Aku angkat telpon dulu, ini dari sekolahannya Shagun.”“Iya.” “Iya, halo. Apa? Iya, saya segera ke sana!” seru Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ada apa, Jasmine?” tanya Rosaline yang juga ikut panik.“Kak, aku harus ke sekolahan Shagun sekarang. Shagun brantem sama teman sekelasnya,” ucap Jasmine dengan raut wajah yang panik.“Ya Tuhan, kenapa bisa begitu?” tanya Rosaline yang sekarang ini juga ikut panik.“Nggak tahu. Kakak nggak pa-pa kan kalau aku tinggal pergi ke sekolahannya Shagun?”“Nggak pa-pa, kamu nggak
“Hai, Sayang. Tumben rumah sepi, anak-anak di mana?” Tanya Jagat saat ia memasuki rumah.Jasmine tersenyum menyambut kepulangan Jagat dari kantor. “Anak-anak ada di kamar. Mau aku buatkan teh?”“Boleh, tapi minta pelayan saja yang membuatnya. Kita ke kamar saja,” ucap Jagat.Jasmine menoleh ke arah pelayan yang berdiri menunduk di belakangnya. “Tolong buatkan teh untuk Tuan lalu bawa ke kamar.”“Baik, Nyonya.” Pelayan itu segera masuk ke dapaur.Jasmine mengambil alih tas Jagat untuk ia bawa. Ia berjalan beriringan dengan Jagat menuju ke kamar mereka. Setelah sampai kamar Jasmine membantu Jagat melepas jasnya saat Jagat melepas dasinya.“Kamu mandi dulu sana,” ucap Jasmine. “Kita mandi bersama.”“Aku udah mandi, Sayang. Besok pagi saja kita mandi bersamany
Terdengar suara pintu kamar mandi dibuka, namun mata Jagat masih saja terfokus dengan layar handphonenya.Keluar dari kamar mandi rupanya Jasmine sudah berganti pakaian dengan menggunakan lingerie sexy berwarna merah kesukaan Jagat. Ia berjalan lenggak-lenggok seperti seorang model menuju ke arah ranjang.Mengetahui ada sedikit hal yang tak beres, Jagat segera menarik pandangannya dari layar handphonenya menuju ke arah istrinya yang sedang berjalan ke arahnya itu. Sontak saja mulut Jagat menganga lebar dan kedua matanya melotot hingga biji matanya hampir keluar. Ia langsung meletakan handphonenya ke atas nakas. Pikiran dan matanya saat ini terfokus pada Jasmine yang sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju ke ranjang.Jasmine pura-pura tak menyadari jika saat ini Jagat sedang memperhatikannya dan sudah meneteskan banyak air liurnya karena melihat keseksian tubuh Jasmine yang dibalut dengan pakaian mini. Ditambah lagi pakaian ini terasa lebih sesak dibandi
Setiap hari Jasmine selalu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan Jagat dan Shagun. Semakin hari keahlian memasaknya semakin bertambah. Banyak kreasi menu masakan yang akan ia hidangkan untuk keluarganya di setiap harinya.Semenjak menikah Jasmine sudah jarang keluar rumah untuk hal yang tak perlu. Apalagi sekarng ini ia sudah memiliki Myesha. Hari-harinya akan disibukan dengan mengurus putrinya yang sudah berumur dua bulan itu.Masih dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kucel, Jagat turun dengan menggendong Myesha yang menangis. Ia berjalan menghampiri Jasmine yang masih asik berkutat di dapur.Mendengar tangisan putri kecilnya, membuat Jasmine menghentikan aktifitas dapurnya. Ia lalu mencuci tangannya sebelum ia menghampiri putrinya. “Hai, Sayang anaknya Mami. Kenapa nangis? Cari Mami ya?” Jasmine mengambil alih Myesha dari gendongan Jagat.“Sayang, sebaiknya kamu nggak usah masak dulu deh. Urusan dapur biar diselesaikan sama pelayan
Satu bulan semenjak Jasmine melahirkan bayinya, hari ini di rumahnya ia dan Jagat mengadakan acara satu bulanan sekaligus acara pemberian nama untuk bayi mereka. Jasmine dan Jagat sepakat untuk memberikan nama bayi mereka dengan nama Myesha Chalendra Jagat Paraduta.Jasmine dan Jagat mengundang banyak teman, keluarga dan relasi bisnis mereka. Tapi sayangnya Mardina dan Benjamin tak bisa hadir ke acara syukuran sekaligus acara pemberian nama bayi karena mereka harus menemani Rosaline yang saat ini memutuskan untuk sementara waktu tinggal di luar negri setelah masalah yang datang menimpanya.Jasmine sudah cantik mengenakan gaun indah berwarna merah muda, begitu pula dengan Jagat, Shagun dan Myesha. Mereka kompak menyambut para tamu dengan pakaian yang senada. Mereka juga menyeragamkan para tamu undangan untuk memakai pakaian yang berwarna putih.Rumah mewah mereka sudah sejak kemarin dihias dengan sedemikian rupa untuk mendukung acara hari ini.“Sayan
Jasmine membuka tiga kancing pakaiannya agar dirinya bisa mengeluarkan payudaranya dan bisa menyusui bayinya. Ia tersenyum manakala bayinya langsung melahap ASInya.“Rasanya kayak gimana gitu ... nyusuin bayi.” Jasmine tersenyum seraya terus saja memperhatikan wajah bayinya yang imut dan cantik. Wajah bayinya ini di dominasi oleh wajah Jagat. Mulai dari hidungnya, matanya, bibirnya, semuanya milik Jagat.“Enakan mana nyusuin bayi sama nyusuin papinya bayi?” tanya Jagat.“Kamu ini ngomong apaan deh, Sayang?!” Ketus Jasmine membuat Jagat tertawa.Jagat duduk di pinggiran ranjang Jasmine menghadap ke arah Jasmine. Matanya fokus ke arah bayinya.“Aku sangat bersyukur kita bisa kembali berkumpul lagi seperti ini, Sayang. Waktu kamu masuk ruang persalinan tadi pikiran aku udah nggak karuan. Rasa takut itu kembali datang, entah mengapa hal-hal buruk bisa menguasai pikiranku. Padahal aku terus berdoa untuk keselama
Orangtua Jasmine dan Jagat berkumpul di ruang inap Jasmine. Mereka tampak antusias menyambut anggota baru di keluarga mereka. Mardina yang menggendong bayi Jasmine terlebih dulu, ia merasa bahagia sekaligus terharu kala dirinya saat ini nyata menggendong cucu pertamanya yang lahir dari rahim putri bungsunya. Tak ia sangka jika cucunya akan terlahir sehat dan tanpa kekurangan sesuatu hal apapun, mengingat bagaimana rapatnya Jasmine menyembunyikan tentang kehamilannya dulu.Mardina dan Benjamin meneteskan air mata haru sekaligus bahagia. Mereka berdua merasa bahagia atas keberhasilan putri bungsunya melahirkan anak pertama, namun di lain sisi mereka juga merasa sedih merasakan derita putri sulungnya yang saat ini juga sedang mengandung dengan pria yang masih berstatus suami dari wanita lain. Terlebih keluarga dari pihak pria itu juga tak menginginkan putri sulung mereka untuk dijadikan bagian dari keluarga mereka.“Kalian sudah menyiapkan nama untuknya?” tany
“Mama? Mama di sini?” tanya Jagat.“Ada apa? Siapa yang sakit?” tanya Mardina panik.“Jasmine akan melahirkan, Ma. Ini aku baru mau menghubungi Mama dan Papa,” sahut Jagat. Ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.“Jasmine mau melahirkan?!” seru Mardina panik.“Iya, baru saja dia masuk ke ruang persalinan,” sahut Jagat.“Ya Tuhan, berikan kelancaran untuk persalinan Jasmine. Mama akan menghubungi Papa kamu dulu.” Jasmine mengambil ponselnya dari dalam tasnya lalu menghubungi Benjamin.“Halo, Pa. Mama ada di bawah. Mama ketemu sama Jagat. Ternyata Jasmine sedang melahirkan.”“Apa?! Kalau begitu Papa ke sana sekarang.”“Tapi bagaimana dengan Rosaline?” “Ada apa, Pa?” Terdengar suara lemah Rosaline dari samb