“Ayo jalan-jalan, aku udah siap.” Jasmine keluar dari toilet dan dengan bangganya memperlihatkan setelan pakaian barunya yang belum sempat ia pakai saat di kota tempat tinggalnya.
Jagat terbatuk-batuk saat baru saja ia menyeruput kopinya. Bagaimana tidak, saat ini di hadapannya, Jasmine sudah memakai rok pendek dengan atasan tanpa lengan yang memperlihatkan hampir keseluruhan lekuk tubuhnya. Pakaian yang dipakai Jasmine juga memperlihatkan sebagian perutnya yang putih mulus.
Jagat meletakan cangkirnya ke atas meja lalu berdiri menghampiri Jasmine. “Baju apa yang kamu pakai ini, Jasmine?!” seru Jagat.
Jasmine mengerutkan keningnya lalu meneliti pakaian yang ia kenakan ini. “Ada apa? Ada yang salah?” tanya Jasmine bingung.
“Ganti. Cari baju yang lain. Pakai kaos oblong sama celana panjang aja. Kalau bisa yang ukurannya agak longgar,” ucap Jagat.
“Kamu ini kenapa sih?! Kita ini kan mau pergik
Jagat tertidur dengan sangat lelap. Ia merasa bahwa di lebih dari lima tahun terakhir ini tidurnya tak senyenyak kali ini. Ia merasa jika ada seorang malaikat penjaga tidurnya seperti dongeng yang mamanya ceritakan di saat dirinya kecil dulu.Mungkin benar jika malaikat penjaga tidur itu benar ada, nyatanya saat ini Jagat benar-benar nyata memeluk malaikat itu. Malaikat itu sangat nyata hinga saat ini tangannya juga bisa merasakann bagaimana hangat dan lembutnya tubuh malaikat yang kini ada dalam dekapannya. Untuk tidurnya kali ini ia tak ingin membuka matanya. Biarlah ia tidur sampai puas.Setelah tadi siang sampai sore puas bermain air pantai, kini Jasmine tidur dengan sangat nyenyak. Ditambah lagi dengan pelukan hangat dari seseorang yang entah siapa ia tak tahu. Ia semakin mendekap tubuh yang kini juga sedang mendekapnya. Pelukan ini hampir sama nyamannya dengan pelukan papanya saat dulu ia masih kecil. Saat waktu kecil dulu, ia tak akan mau tidur jika tak ada papa
Jasmine membelalakan matanya saat ia merasakan ada lengan kokoh yang membelit tubuhnya. Ia melirikan matanya dan ia kembali mendapati pemandangan dada berbulu di samping tubuhnya. Tak ada pergerakan lagi yang ia lakukan selain menghela nafasnya dalam-dalam.Jasmine terdiam seraya mengingat semua kilasan kejadian yang tadi ia lakukan bersama Jagat. Bagaimana bisa ia menyerahkan dirinya begitu saja pada pria yang baru saja ia kenal. Dirinya baru mengenal Jagat semala beberapa bulan terakhir dan kini ia malah sudah berakhir mengenaskan di atas ranjang tanpa pakaian apapun bersama pria tersebut.Setetes cairan bening keluar dari matanya. Ia menyesali perbuatannya. Rasa takut, malu, bingung dan bersalah kini bercampur untuk mengaduk perasaannya. Selama ini ia sudah sebaik mungkin menjaga kehormatannya sebagai seorang perempuan, kini hanya sedikit sentuhan dan ungkapan rasa cinta dari seorang pria sudah meluluhlantahkan hatinya hingga ia rela menyerahkan miliknya yang paling
“Sayang.” Jagat berjalan mendekati Jasmine yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Jangan panggil aku sayang! Hanya dengan menyebutku Sayang, kamu udah langsung bisa membuat aku seperti ini dan aku nggak suka hal itu!” seru Jasmine seraya menatap tajam Jagat. Ia berjalan dengan sekuat tenaganya menahan rasa nyeri di area pangkal pahanya. Dan rasa kesakitannya ini gara-gara pria menyebalkan di hadapannya ini.“Oke ... Jasmine. Aku udah pesan sarapan buat kita. Sebaiknya kita sarapan dulu.” Jagat harus ekstra bersabar menghadapi Jasmine. Selain dirinya yang merasa bersalah, ia juga tak ingin jika sampai Jasmine meninggalkannya hanya gara-gara ia terus-menerus menentang perkataan Jasmine.“Aku mau siap-siap pulang.” Jasmine mencari keberadaan ponselnya untuk memesan tiket pesawat. Kali ini ia akan mengurus kepulangannya sendiri tanpa ingin melibatkan Jagat.“Mama? Mama khawatir sama aku. Maafin aku, Ma,
“Dasar Duda nggak tahu diuntung, nggak tahu diri! Baru tiga jam pergi udah cari yang lain aja.” Jasmine memasukan semua barang-barangnya di dalam koper.“Sayang.” Jagat mengikuti setiap gerakan Jasmine.“Ini yang kamu bilang cinta?! Ini yang kamu bilang kalau kamu nggak bakalan ninggalin aku, iya?! Kamu baru pergi tiga jam dan udah segampang itu kamu cari perempuan lain? Kamu hobi koleksi perempuan?!” seru Jasmine.“Sayang, dengerkan penjelasan aku dulu. Dia itu teman lama yang nggak sengaja ketemu di sini, lagipula dia di sana tadi juga sama suaminya.” Jagat mencoba menjelaskan kepada Jasmine yang sebenarnya namun sepertin ya kekasihnya itu sudah gelap mata hingga tak ingin mendengarkan apapun lagi.“Oke, kalau kamu ngga percaya, aku bisa bawa dia sama suaminya datang ke sini buat ketemu sama kamu.” Sambung Jagat karena ia tak mendapat respon apapun dari Jasmine.Jasmine sudah selesai men
Jasmine terkejut saat ia merasakan pelukan dari belakang tubuhnya. Ia merutuki kebodohannya karena ia lupa mengunci pintu kamarnya dan kamar mandi sehingga Jagat bisa menyusul dirinya di kamar mandi seperti ini.“Kamu kenapa ke sini?”“Aku kan juga mau mandi.” Jagat tak ingin melepaskan pelukannya dari tubuh Jasmine.“Kamu bisa mandi di kamar kamu atau di mana saja kan? kenapa harus mandi di sini?”“Karena aku mau mandi sama kamu.” Jagat membalikan tubuh Jasmine agar menghadap ke arahnya.Jasmine membuang mukanya saat Jagat menatapnya intens. Namun Jagat kembali mengarahkan wajah Jasmine agar menghadap ke arahnya.“Jagat, aku malu. Kamu keluar sana.”“Gimana aku bisa keluar kalau aku aja belum masuk.” Jagat mengecup bibir Jasmine seraya memajukan miliknya yang sudah menegang hingga mengenai perut Jasmine.Bulu
Tak terasa dua bulan sudah berlalu, kini hubungan Jagat dan Jasmine semakin dekat. Kini Jagat tak perlu lagi mengantar jemput Jasmine karena sudah mulai satu bulan yang lalu Jasmine mulai mengemudikan mobilnya sendiri. Meskipun hal itu membuat Jagat khawatir namun ia tetat tak bisa melakukan apa-apa karena itu sudah menjadi keputusan Jasmine.Sayangnya sampai detik ini Jasmine masih tak ingin membuka hubungannya dengan Jagat pada khalayak umum termasuk pada orangtuanya sendiri dan orangtua Jagat. Dan Jagat pun terpaksa harus menuruti keinginan Jasmine karena Jasmine selalu saja mengancamnya akan mengakhiri hubungan mereka.Jagat mengangkat kepalanya saat ia menyadari kalau pintu ruangannya terbuka. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia sudah tahu siapa yang saat ini sedang mengunjunginya karena hanya ada dua orang yang tak ingin repot mengetuk pintu saat memasuki ruang kerjanya dan kedua orang itu adalah ppa dan mamanya.“Papa ingin mengajak kamu makan
“Kamu nanti nginep di sini ya, Sayang.”“Nggak bisalah, aku nggak bisa sering-sering nginep di sini. Nanti bisa-bisa Mama sama Papa curiga,” sahut Jasmine.“Jadi kapan aku bisa menemui orangtua kamu buat melemar kamu?” tanya Jagat.Saat ini Jagat dan Jasmine baru saja selesai melakukan satu sesi percintaan mereka di kamar yang baru saja mereka putuskan untuk menjadi kamar mereka. Sebelumnya Jasmine selalu tak ingin kalau Jagat memintanya untuk memasuki kamar ini karena Jasmine menganggap kamar ini adalah kamar milik Jagat bersama Aakriti.“Aku masih belum siap, lagipula Kakak aku juga masih belum punya pasangan dan dia juga masih belum mau nikah jadi aku harus menunggu dulu,” sahut Jasmine.“Kita sudah menjalin hubungan selama empat bulan kan, ini sudah lebih dari cukup.”“Baru empat bulan, Jagat. Pasangan di luaran sana juga banyak yang pacaran selama bertahun-tahun tapi teta
Jasmine menunggu Jagat dengan cemas di dalam kamar. Saat pintu kamar terbuka, ia langsung menghampiri Jagat.“Jagat, bagaimana?” tanya Jasmine.“Mama sudah pulang.”“Kamu nggak bicara yang macam-macam kan sama Mama kamu?” tanya Jasmine cemas.“Nggak , kamu tenang aja. Oh iya, kamu jadi nginap di sini kan?”“Nggak ah, aku pulang aja.”“Tunggu sampai makan malam, kita makan malam bersama,” pinta Jagat.“Ya udah. Kalau gitu aku mau ke kamar Shagun dulu, aku mau ngecek belajarnya Shagun dulu.” Jasmine keluar dari kamar menuju kamar Shagun.Sampai di kamar Shagun ternyata Shagun memang masih belajar.“Ada kesulitan? Ada yang mau kamu koreksikan sama Kak Jasmine?” tanya Jasmine.“Iya, Kak. Tolong koreksikan tugasku yang ini.” Shagun menyodorkan sebuah buku tuli miliknya pa