Hari-hari selanjutnya juga berjalan dengan cukup damai setelah itu. Karena kakaknya sudah kembali pergi dan orang tuanya mulai sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, Della akhirnya bisa sedikit bernapas lagi dan tidak mengalami masalah apa pun selama dia tetap menjalani rutinitas yang diatur untuknya seperti biasa. Semakin banyaknya hari yang terlewat, Della juga bergaul semakin akrab dengan Austin. Karena Adam tampaknya masih menolak untuk bicara padanya, Della hanya bisa merasa canggung saat dia memasuki ruang OSIS dan melihat bahwa suasana menjadi tidak enak karena perselisihan antara dia dan Adam. Bergaul dengan teman-temannya tampaknya tidak memungkinkan lagi. Jadi beberapa hari ini, Della benar-benar menghabiskan waktu luangnya di sekolah dengan Austin. Beberapa bahkan mulai membenarkan rumor tentang mereka berpacaran karena itu. Namun Della sudah tidak peduli lagi. Waktu mereka di sekolah tidak lebih dari beberapa bulan lagi. Della berpikir rumor itu tidak akan berpengar
Keesokan harinya, Della yang biasanya keluar pagi untuk berolahraga di hari libur lebih memilih menggunakan kemeja dan rok tiga perempat yang cantik untuk datang ke pesta yang disebutkan Adam kemarin. Sebenarnya, pesta yang mereka lakukan tidak seperti pesta yang dipikirkan oleh banyak orang. Mereka hanya akan makan bersama, dan berjalan-jalan sambil mengenang apa saja yang sudah mereka lalui tiga tahun ini. Della adalah orang yang sangat taat pada aturan. Semua orang tahu bahwa dia pasti tidak akan datang, jika seseorang hendak mengundangnya pada acara yang aneh. "Kamu mau ke mana?"Ketika Della hampir menyapa pintu, suara yang cukup tegas muncul dari arah ruang ruang keluarga yang letaknya tidak jauh dari tempat Della berdiri. Della berhenti berjalan untuk berbalik dan menatap orang tuanya itu. Mereka yang bekerja sepanjang waktu biasanya belum bangun sepagi ini. Della juga sudah mengirimkan pesan pada ibunya kemarin tentang rencananya hari ini. Jadi awalnya, dia pikir dia tidak per
Duduk di depan laptop, Della hampir ragu-ragu untuk mengklik ikon Tales of Dungeon yang ada di layar utama laptopnya. Sebulan terlewat dalam sekejap sejak Guild Domination menyatakan perang terhadap guild kecilnya. Selama itu, semua orang telah bekerja keras untuk meningkatkan kekuatan mereka masing-masing dan membuat rencana untuk mengalahkan guild besar tersebut dalam perang yang akan datang. Dengan kerja keras semua orang, Della sebenarnya sudah tidak terlalu khawatir lagi dengan perang yang akan datang. Namun hal lain telah menganggunya belakangan ini. Dan itu benar-benar menyiksa Della sampai dia mulai ragu untuk memainkan permainan favoritnya lagi. Della tahu ini bukan hanya perasaannya. Akhir-akhir ini, Zee benar-benar menghindari bermain dengannya. Pria itu memiliki waktu online yang singkat dan segera offline ketika pria itu selesai dengan kegiatan guild. Sekalipun Della mencoba mengajaknya bicara, Zee hanya membalas seperlunya dengan bahasa yang kaku pula. Tidak ada lagi uc
Della dengan cepat segera memakan semua makanan dengan efek buff kuat begitu perang secara resmi dimulai. Sesuai rencana, karakter Della akan masuk ke dalam tim yang bertugas mencari tempat di mana musuh menyembunyikan bendera mereka. Kelasnya sebagai warrior sangat cocok untuk bekerja sebagai tank. Ditambah dengan pengalamannya, tidak sulit bagi Della untuk menumbangkan beberapa pemain menengah dengan kemampuan karakternya saat ini. Dia juga bertugas mengamankan jalan para pencuri bendera sampai mereka berhasil mengambil bendera musuh. Tugasnya sangat penting karena di antara semua pemain yang maju, Della dianggap sebagai yang terkuat untuk saat ini. [Zeus: Di mana bajingan yang menyebut dirinya yang terkuat di permainan ini huh? Lihat teman-temanmu sekarang! Mereka semua mati dan akan kehilangan guild mereka karena ulahmu!]Menggunakan efek panggilan universal, Zeus mulai berteriak saat dia tampaknya senang sekali melihat notifikasi bahwa anggota guildnya terus saja membunuh anggo
[Star: Ya ampun, kita benar-benar menang!][Sun: Selamat semuanya! Ini semua berkat kerja keras semua anggota.][Zee: Permainan yang bagus!][Loren: Ah ... Aku benar-benar tidak menyangka kita bisa menang melawan mereka.]Della tersenyum saat dia membaca semua pesan dalam obrolan guild dengan hati yang hangat. Berlawanan dengan ekspetasi semua orang, guild yang hanya peringkat 50 dari 60 guild benar-benar bisa menang melawan guild nomor 1 di dalam game Tales of Dungeon saat ini. Bukan hanya di obrolan guild, bahkan obrolan dunia juga dibanjiri dengan ucapan para pemain yang benar-benar tidak menyangka Guild Golden Clover akan menang pada perang antar guild kali ini. Awalnya mereka berpikir guild itu tidak ada apa-apanya tanpa Zee. Dan dengan rencana Guild Domination untuk memojokan Zee, kemenangan seharusnya jatuh pada Guild Domination. Tidak ada yang berpikir bahwa semua anggota Guild Golden Clover akan saling bekerja sama dan meningkatkan kemampuan mereka dalam waktu singkat ini. P
"Kalian tidak bisa melakukan ini!"Ketika Zeus akhirnya sembuh dari perasaan terkejut kalah untuk pertama kalinya setelah sekian lama, pria itu sontak berteriak di voice call universal sehingga suaranya terdengar oleh semua orang yang ada di dekatnya. Pria itu terlihat seperti kehilangan akal sehatnya, saat dia berteriak pada semua orang yang ada di sana. "Kalian, guild rendahan seperti kalian tidak berhak meminta pembubaran guild besar seperti kami! Kemenangan kalian tidak adil! Cheater! Kalian semua cheater bukan?!"Della menggeleng pelan saat Zeus jelas hanya mempermalukan dirinya sendiri dengan terus berteriak saat ini. Semuanya percuma selama sistem sudah memproses bahwa Guild Domination akan hilang dalam waktu 24 jam. Guild Domination tidak akan ada lagi, selama Zeus tidak membangun kekuatannya lagi dari nol. Belum lagi karena siaran perang mereka ditayangkan secara langsung, semua orang bisa melihat bahwa Guild Golden Clover tidak menggunakan trik curang apa pun untuk melawan
"Austin, bisa kita bicara?"Selesai perjanjian antara Guild Golden Clover dan Guild Domination, telepon Austin langsung berbunyi hingga Austin terpaksa meninggalkan permainan untuk mengangkat panggilan tersebut. Seperti yang diharapkan, panggilan tersebut berasal dari sepupunya, Rafa. "Austin, seperti janjiku, aku sudah mencari tahu tentang siapa itu Athena sebenarnya. Hah, kamu pasti tidak akan menyangka ini," ujarnya dengan semangat. Austin sedikit gugup dengan pikirannya sendiri. Jauh di dalam hatinya, dia sudah tahu Athena itu sebenarnya siapa. Namun memikirkan bagaimana dia selalu menggoda dan mengucapkan hal-hal memalukan pada Della itu hanya membuat Austin berharap Athena itu orang lain dan bukan Della. "Siapa dia?" tanya Austin. Rafa tertawa saat dia bisa mendengar suara Austin sedikit gugup. Rasanya, langka sekali dia bisa membuat sepupunya sampai segugup ini. Namun ketika dia ingat bahwa Austin akan marah jika dia menggodanya terlalu lama, Rafa langsung berdehem dan menghe
" ... La."" ... Della.""Della!"Della tersentak dari lamunannya saat Tamara memanggilnya dengan suara yang sedikit lebih keras. Melihat ke sekelilingnya, Della baru menyadari bahwa dia tengah belajar bersama teman-temannya ketika dia tanpa sadar malah melamun. Della memijit hidungnya dengan ringan. Gadis itu tidak menyangka, efek penolakan Zee padanya akan menyebar seperti ini. Ketika Della tidak memikirkan apa pun, pemikiran tentang apa yang salah, apa yang mungkin dia lakukan pada Zee mengambil alih seluruh pikiran Della. Della sendiri memang tidak menyangka pengaruh Zee akan sebesar ini dalam hidupnya. Mungkin karena Zee adalah orang pertama yang tahan dengan sifat aslinya ... Della tanpa sadar sangat bergantung pada Zee selama ini. "Kamu baik-baik saja? Kamu terus saja melamun sejak tadi."Adam, sebagai pria yang paling memerhatikan Della mulai berkomentar saat Della akhirnya disadarkan oleh Tamara. Della menghela napas panjang, sebelum menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja.