"Kalian tidak bisa melakukan ini!"Ketika Zeus akhirnya sembuh dari perasaan terkejut kalah untuk pertama kalinya setelah sekian lama, pria itu sontak berteriak di voice call universal sehingga suaranya terdengar oleh semua orang yang ada di dekatnya. Pria itu terlihat seperti kehilangan akal sehatnya, saat dia berteriak pada semua orang yang ada di sana. "Kalian, guild rendahan seperti kalian tidak berhak meminta pembubaran guild besar seperti kami! Kemenangan kalian tidak adil! Cheater! Kalian semua cheater bukan?!"Della menggeleng pelan saat Zeus jelas hanya mempermalukan dirinya sendiri dengan terus berteriak saat ini. Semuanya percuma selama sistem sudah memproses bahwa Guild Domination akan hilang dalam waktu 24 jam. Guild Domination tidak akan ada lagi, selama Zeus tidak membangun kekuatannya lagi dari nol. Belum lagi karena siaran perang mereka ditayangkan secara langsung, semua orang bisa melihat bahwa Guild Golden Clover tidak menggunakan trik curang apa pun untuk melawan
"Austin, bisa kita bicara?"Selesai perjanjian antara Guild Golden Clover dan Guild Domination, telepon Austin langsung berbunyi hingga Austin terpaksa meninggalkan permainan untuk mengangkat panggilan tersebut. Seperti yang diharapkan, panggilan tersebut berasal dari sepupunya, Rafa. "Austin, seperti janjiku, aku sudah mencari tahu tentang siapa itu Athena sebenarnya. Hah, kamu pasti tidak akan menyangka ini," ujarnya dengan semangat. Austin sedikit gugup dengan pikirannya sendiri. Jauh di dalam hatinya, dia sudah tahu Athena itu sebenarnya siapa. Namun memikirkan bagaimana dia selalu menggoda dan mengucapkan hal-hal memalukan pada Della itu hanya membuat Austin berharap Athena itu orang lain dan bukan Della. "Siapa dia?" tanya Austin. Rafa tertawa saat dia bisa mendengar suara Austin sedikit gugup. Rasanya, langka sekali dia bisa membuat sepupunya sampai segugup ini. Namun ketika dia ingat bahwa Austin akan marah jika dia menggodanya terlalu lama, Rafa langsung berdehem dan menghe
" ... La."" ... Della.""Della!"Della tersentak dari lamunannya saat Tamara memanggilnya dengan suara yang sedikit lebih keras. Melihat ke sekelilingnya, Della baru menyadari bahwa dia tengah belajar bersama teman-temannya ketika dia tanpa sadar malah melamun. Della memijit hidungnya dengan ringan. Gadis itu tidak menyangka, efek penolakan Zee padanya akan menyebar seperti ini. Ketika Della tidak memikirkan apa pun, pemikiran tentang apa yang salah, apa yang mungkin dia lakukan pada Zee mengambil alih seluruh pikiran Della. Della sendiri memang tidak menyangka pengaruh Zee akan sebesar ini dalam hidupnya. Mungkin karena Zee adalah orang pertama yang tahan dengan sifat aslinya ... Della tanpa sadar sangat bergantung pada Zee selama ini. "Kamu baik-baik saja? Kamu terus saja melamun sejak tadi."Adam, sebagai pria yang paling memerhatikan Della mulai berkomentar saat Della akhirnya disadarkan oleh Tamara. Della menghela napas panjang, sebelum menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja.
"Permisi ...."Untuk pertama kalinya, masuk ke kelas Della rasanya seperti hukuman mati saja bagi Austin. Karena perasaan gugupnya, jantungnya mulai berdegup kencang sampai dia harus menahan sakit di bagian dadanya walaupun Austin telah minum obat seperti biasanya. Wajahnya sedikit pucat, saat matanya menatap ke sekeliling dengan hati gelisah. Bahkan dalam pertandingan internasional, Austin tidak pernah merasa sampai segugup ini. Remaja itu bahkan hampir mengumpat pada dirinya sendiri, saat diam-diam hatinya merasa lega saat dia tidak melihat keberadaan Della di kelasnya. "Austin? Ah, ayo masuk ke sini! Kami juga tengah belajar bersama."Dikagetkan dengan suara Tamara, Austin akhirnya kembali ke kenyataan. Pria itu terlihat linglung sejenak, sebelum dia akhirnya berhasil mengendalikan pikiran dan emosinya. "Della, di mana dia?"Walaupun pemandangan Austin bertanya dan mencari Della dengan kemauannya sendiri memang sangat langka, Tamara sama sekali tidak berniat menggoda Austin kare
"Maaf aku menjauhimu akhir-akhir ini. Kamu tidak pernah salah apa pun. Aku yang salah, aku hanya tidak bisa jujur padamu dan malah berakhir membuatmu salah paham."Di dekat pintu rooftop, Adam berhenti berjalan saat samar-samar dia mendengar suara Austin. Hati kecilnya berteriak bahwa dia tidak bisa menganggu pembicaraan Della saat ini. Pria itu tanpa sadar memilih bersembunyi, saat dia mendengar semua pembicaraan Della dari tempat persembunyiannya. "Berjanjilah padaku bahwa kamu tidak akan memberi tahu siapa pun bahwa aku bermain game. Dan jangan keluar dari game juga. Semua orang itu ingin menjadi kamu tahu."Adam menutup mulutnya saat dia tidak percaya instingnya untuk mengikuti Austin akan berakhir dengan fakta bahwa Zee yang selama ini dipuja banyak orang dalam game adalah Austin, dan Athena yang dituduh sebagai pengkhianat Guild Domination ternyata Della. Adam terdiam dengan frustrasi saat sebagai teman terdekat Della, Adam tidak pernah tahu mengenai fakta ini. Dia pikir dia ad
Ketika Della turun untuk berangkat ke sekolah keesokan harinya, langkah kakinya sempat tersedat di tengah jalan saat suara berisik yang berasal dari ruang makan sampai ke telinganya. Tanpa perlu diberi tahu, Della sudah tahu bahwa sang kakak kemungkinan besar pulang secara mendadak lagi dan tengah asik berbicara dengan orang tua mereka. Della mengepalkan tangannya saat tubuhnya selalu bereaksi begini tiap kali dia mendengar suara kakaknya. Tangannya jelas-jelas bergetar. Tidak. Seluruh tubuh Della bergetar hanya karena dia mendengar suara kakaknya di pagi hari. Dihadapkan dengan penolakan berkali-kali, Della tanpa sadar tahu bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi tiap kali dia bertemu dengan kakaknya. Ingin sekali, Della pergi dari rumah tanpa bertemu dengan kakaknya. Namun peraturan untuknya sudah sangat jelas. Dia harus berpamitan pada orang tuanya, tiap kali dia akan berangkat sekolah dan orang tuanya berada di rumah. Dengan langkah berat, Della tetap membawa kakinya ke ruang maka
Di lain sisi, dari kejauhan Austin sudah tersenyum saat dia melihat Della berjalan dengan cepat ke arahnya. Setelah mereka jujur satu sama lain, Austin benar-benar berharap hubungan mereka akan membaik mulai saat ini. Mereka bahkan banyak mengobrol kemarin. Namun dari ekspresinya saja, Austin sudah tahu bahwa sesuatu yang salah terjadi pada Della semakin dekat gadis itu menghampirinya. "Della-""Ikut aku."Austin terkejut saat suara Della terdengar bergetar saat tanpa persetujuannya, gadis itu segera menyeretnya ke tempat sepi. Dari cengkeramannya saja, Austin sudah bisa tahu bahwa Della tengah marah padanya saat ini. Namun dia benar-benar tidak tahu apa yang salah. Mereka masih baik-baik saja kemarin, mereka bahkan berpisah sambil tersenyum setelah saling betukar nomor telepon. "Della, apa yang-"Ucapan Austin terpotong saat Della tiba-tiba menghempaskan tangan yang sebelumnya dicengkram oleh gadis itu erat-erat. "Aku seharusnya tahu ...," bisik gadis itu pelan. "Aku seharusnya t
Della berjalan dengan lunglai setelah dia selesai meninggalkan Austin. Dengan mata memerah karena habis menangis ditambah ekspresi yang berantakan, Della tahu dia tidak bisa kembali ke kelas. Tujuan keduanya adalah ruang kesehatan. Lagipula karena ini hari pembagian hasil ujian, tidak akan ada pelajaran apa pun lagi setelah ini. Della berusaha menghindari semua orang untuk sampai ke ruang kesehatan. Dia mengetuk pintu ruangan itu tiga kali, sebelum seorang wanita berumur membuka pintunya dan menampakan wajah terkejut saat melihat ekspresi Della. Wanita itu buru-buru mengijinkan Della masuk, sebelum menutup pintu ruang kesehatan lagi. Setelah diijinkan masuk, Della langsung duduk di salah satu ujung ranjang sakit yang ada di sana. Gadis itu menutup wajahnya sendiri dengan kedua tangan, ketika dia membuang napas panjang yang terdengar lelah. Wanita itu tahu ada sesuatu yang salah jika Della sampai mendatangi ruang kesehatan dengan kehendaknya sendiri seperti ini. Wanita itu duduk di s