Ketika Austin membuka matanya lagi, pemandangan di depannya benar-benar telah berubah. Dia ditidurkan di atas tempat tidur standar dengan pemandangan asing yang sedikit terasa akrab dalam ingatannya. Austin merasa akrab bukan karena dia pernah ada di tempat ini sebelumnya. Dia hanya tahu dia berada di rumah sakit, karena dia terbiasa untuk tinggal di sana semenjak penyakitnya diketahui oleh orang-orang.Austin melihat pemandangan yang tidak dikenal di depannya dan ingin berbicara, tetapi secara tidak sengaja malah menimbulkan perasaan nyeri yang akrab dari bagian dadanya. Austin tidak pernah terbiasa dengan rasa sakit semacam itu. Jadi dengan cepat, remaja itu kembali menutup mulutnya untuk mengingat kembali apa yang sebenarnya terjadi sampai dia bisa terbangun di rumah sakit saat ini. Austin jelas ingat bahwa setelah dia selesai minum obatnya dan istirahat sebentar di ruang kesehatan sekolah, dia pergi ke tempat berkumpul teman-temannya di atap sekolah untuk menjernihkan pikirannya
ClekMasuk ke kamarnya sendiri, Della menghela napas berat saat dia akhirnya bisa lepas dari jeratan keluarganya. Waktu hampir menunjukan tengah malam saat mereka akhirnya kembali ke rumah. Della lelah baik fisik maupun mental. Dia harus tersenyum sepanjang hari, dan menahan diri untuk tidak pingsan karena suara-suara berisik yang ada di sekitarnya. Gadis itu langsung menjatuhkan diri ke kasurnya begitu dia kembali ke pemandangan yang akrab selama belasan tahun ini. Hanya ketika Della berada di kamarnya sendiri, dia akhirnya bisa menjadi dirinya sendiri. Gadis itu mengerang untuk melampiaskan rasa lelahnya. Dia ingin mandi dan segera tidur. Namun tumpukan emosi di pikirannya, tampaknya akan kembali mencegahnya untuk tidur pada hari juga. Selesai acara kakaknya, seperti biasa masing-masing anggota keluarga akan mengeluarkan hadiah mereka sebagai ucapan selamat atas keberhasilan lainnya. Namun seperti sebelum-sebelumnya, kakaknya bahkan tidak berterima kasih saat giliran Della yang me
Tidak seperti dungeon pertamanya yang terlihat seperti hutan lebat yang indah, Daratan Kematian sebenarnya lebih terlihat seperti tempat para iblis tinggal di film-film. Tempatnya didominasi warna gelap dan merah. Dan monster-monster yang tinggal di sana juga, sangat jelek sampai mereka terlihat seperti iblis. Della tidak menunggu lama saat dia langsung berjalan untuk mencapai titik yang dia inginkan. Namun malang baginya, Della baru saja maju beberapa langkah saat dia melihat bahwa jalan yang akan dia lewati ternyata dihalangi oleh monster besar yang terlihat seperti Orc. Melihat ke status yang melayang di atas kepala mereka, Della bisa tahu bahwa rata-rata monster itu memiliki level 80 sampai 90. Mereka jelas bukan lawan Della yang baru mencapai level 50. Gadis itu baru saja hendak mengarahkan karakternya untuk mengambil jalan memutar, saat sebuah serangan besar tiba-tiba menghantam kumpulan monster kuat itu. [Sistem: Selamat, rekan tim Anda telah mengalahkan monster dungeon, Blac
"Tidak ada yang boleh masuk tanpa membayar uang keamanan!"Tidak pernah sekali pun, Della melupakan suara menyebalkan itu. Pakaian mahal itu, dan emblem menyebalkan itu, semua itu merupakan tanda pengenal semua anggota tingkat atas Guild Domination. Dan kebetulan, orang yang baru saja bicara merupakan orang yang dulu selalu mengikutinya dan memanggilnya kakak seperti seorang pengikut setia. Dia adalah pemain yang Della bantu secara pribadi sejak dia baru saja bermain game Tales of Dungeon. Della juga yang merekomendasikannya masuk ke Guild Domination, sampai anak yang dulu tidak bisa apa-apa itu menjadi salah satu pemain top game ini. Lucius, pemain sialan itu adalah salah satu orang yang paling semangat ikut memfitnahnya setelah dia ditendang dari grupnya sendiri setelah Della pernah menegurnya sekali karena membully pemain baru. Pemain tidak tahu terima kasih itu adalah duri dalam daging Della, yang membuat Della ingin menghabisinya sampai menjadi bubur di kesempatan keduanya ini.
Ketika kebanyakan orang sudah beristirahat di tengah malam, untuk guild gila seperti Guild Domination, para pemain atasnya kembali online setelah berita keberadaan pemain level tertinggi yang mengalahkan salah satu petinggi guild tersebar ke mana-mana. Mereka semua berkumpul di markas guild, membuka ruang obrolan guild, dan saling berbicara satu sama lain. Mereka semua menanggapi berita itu dengan sangat serius, seakan hidup asli mereka benar-benar terancam hanya karena keberadaan satu orang. "Sialan! Orang bodoh mana yang berani menganggu guild terdahulu seperti kita?! Apakah mereka ingin menjadi target selanjutnya guild ini?"Seorang pemain dengan pakaian mencolok mulai menyumpah ketika obrolan guild resmi dibuka. Di atas karakternya, tertulis jabatannya sebagai pengawas dalam guild tersebut. Tidak peduli siapa dia di kehidupan nyata, sosoknya benar-benar ditakuti banyak pemain di permainan Tales of Dungeon. Karena reputasinya itu, dia benar-benar senang bertindak seenaknya di dal
"Della, kita berencana belajar bersama untuk ujian nanti. Kamu mau ikut?"Ketika waktu pulang telah tiba, Della yang tengah bersiap untuk pulang dihentikan oleh Adam yang datang bersama teman-temannya. Seharian ini, Della sudah berusaha mati-matian untuk fokus pada studinya dan melupakan masalah Tales of Dungeon untuk sementara waktu. Namun pikirannya tetap tidak dapat dibohongi. Seharian ini, dia tetap khawatir pada Zee dan anggota guild yang lainnya. Dia ingin segera log in ke game Tales of Dungeon lagi, dan membicarakan apa yang seharusnya dia bicarakan selama ini. Lagipula guild itu telah menaunginya dengan baik dan merupakan guild dengan potensi yang bagus jika saja mereka diijinkan untuk berkembang. Della tidak ingin guild semacam itu mati begitu saja. Apalagi setelah kejadian ini, di mata Della terjadi karena dia mengajak Zee untuk menemaninya ke Daratan Kematian pada hari itu. "Ah, aku tidak bisa ikut kali ini. Aku ada urusan lain, maaf ya."Dengan nada menyesal, Della menya
"Jadi, apa yang ingin kamu katakan? Kamu bahkan sampai membuat suara serius itu pada kami."Dengan tenang, Zee mulai bertanya untuk memulai pembicaraan. Melihat bahwa Star tidak malah dengan Zee yang memimpin pembicaraan, Della menduga bahwa keduanya cukup dekat selama ini. Dia tidak lagi ragu, saat dia membeberkan semuanya pada mereka. "Maaf aku dengan egois meminta kalian membuat ruang obrolan baru. Namun aku tahu Guild Domination tidak pernah membiarkan bahkan guild kecil tanpa mata-mata mereka. Aku tidak ingin mata-mata itu mendengar pembicaraan ini, jadi aku menyarankan pemisahan ruang obrolan ini."Kini, Della sudah benar-benar yakin baik Star maupun Zee sudah menebak secara garis besar siapa dia sebenarnya. Namun mereka tetap diam, jadi Della belum tahu apa mereka mau mendengarkan kata-katanya atau tidak saat ini."Pemain aktif Guild Domination itu sedikit, tetapi mereka sangat kuat karena kebanyakan dari mereka telah bermain sejak awal permainan ini diluncurkan. Mungkin tidak
Selesai mematikan komputer, Austin melirik obat yang disimpan di meja belajarnya lalu bangun untuk mengambil segelas air dan meminum obatnya seperti biasa.Selesai meminum obatnya, Austin menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur lalu menatap langit kamarnya dengan tatapan kosong. Saat dia mendengar suara Athena sebelumnya, suara lembut itu secara tidak sadar terdengar akrab di telinganya. Austin tanpa sadar mengerutkan alisnya saat dia berpikir. Satu wajah terbayang di pikirannya. Namun Della jelas gadis menyebalkan yang selalu menggunakan nada sarkastik saat bicara dengannya. Suaranya jelas berbeda dari suara Athena yang terdengar lembut. Austin menghapus tebakannya sendiri, dia dia tiba-tiba berdiri untuk meraih telepon genggamnya. Menelepon salah satu nomor dalam kontaknya, tidak perlu waktu lama sebelum seseorang mengangkat panggilannya."Tumben sekali kamu bersedia meneleponku di luar game begini. Kita baru saja bicara sebelumnya bukan?"Austin belum sempat mengatakan apa pun saat R