“Tuan Jay... “ Conan yang terbangun dari tidurnya mencoba memanggil Jay.
Namun tak ada seorang pun yang datang menghampirinya.
Dengan kondisinya yang masih lemah dia mencoba meraih gelas yang berada di nakas samping tempat tidur.
Namun karena kondisinya yang masih lemah itu tak sengaja Conan menjatuhkan gelasnya hingga pecah.
“Ah,” Conan mencoba untuk turun dari ranjangnya.
JAY dan Athes yang mendengar keributan di dalam kamar Conan pun segera berlari menuju kamar Conan.
Saat Jay mendorong pintu, di saat itu dia melihat Conan yang sudah terduduk membersihkan pecahan gelas yang berserakan di lantai kamarnya.
Wajahnya pucat pasi, namun tetap memberikan senyuman yang hangat pada keduanya. Seraya berkata. “Maaf. Aku tidak sengaja menjatuhkannya.”
Jay dengan segera mengangkat Conan untuk naik ke ranjangnya. Seraya berkata. “Apa yang tuan butuh kan? Biarkan aku atau Mr. Athes yang mengambilkannya.”
“Aku sudah mencoba
Dua minggu kemudian Lukas telah keluar dari rumah sakit, Clarisa beserta Christian yang selalu menemaninya, dia begitu bahagia. Namun di satu sisi dia juga merasa sedih, karena ketiadaan putra sulungnya Conan. Lukas sangat senang kala mendengar Conan ingin kembali ke mansion nya. Namun di satu sisi juga dia takut. Takut akan kenyataan saat Clarisa mengetahui kondisi Conan yang sebenarnya. Dan kondisi mentalnya tidak kuat menerima kenyataannya. Lukas yang duduk di ranjang sedikit melamun. Dirinya ingin memberi tahu Clarisa namun dia juga tak ingin melukainya. “Ada apa?” sebuah suara yang menyadarkannya dari lamunan. Lukas sedikit terkejut namun dia berusaha untuk tenang kembali. Saat dia menatap Clarisa tiba-tiba saja dia menjadi bergairah kala melihat Clarisa memakai gaun tidur yang sangat seksi itu. Napas Lukas kini sedikit memburu. Sedangkan Clarisa dengan tampang tanpa dosa mengitari Lukas, dan sesekali menggodanya. Seraya b
Di hari ini Lukas bertekad untuk memberi tahu Clarisa tentang penyakit yang di derita oleh Conan. Walaupun sebenarnya dia tak kuasa kala ingin memberitahunya. Namun demi kebaikan semuanya dia harus memberanikan dirinya. Ada pergolakan dalam dirinya. Lukas membayangkan bagaimana dirinya saat pertama kali tahu Conan sakit. Itu sangatlah menyakitkan. Apalagi rasa sakit yang akan di rasakan oleh Clarisa nanti. Lukas menguatkan hatinya. Mencoba untuk tetap tenang kala mengatakan kebenaran pada Clarisa. “Lukas. Apa yang kau pikirkan?” ucap Clarisa, membuyarkan lamunan Lukas. Lukas segera tersadar, dan menatap nanar Clarisa yang berada di ambang pintu. Lukas berkata. “Kemarilah ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu,” ucapnya. Clarisa sedikit bingung, dengan heran di berjalan menghampiri Lukas yang berada di depan Jendela bergaya prancis itu. “Ada apa?” Tanya Clarisa yang sedikit kebingungan. “Apakah kau menya
Di dalam kamar masih dipenuhi isak tangis Clarisa. Lukas bahkan ikut menangis bersama Clarisa. Ingin sekali menghiburnya namun dirinya sama sekali tahu cara menghibur orang.Lukas hanya mengusap lembut puncak kepala Clarisa seraya berkata. “Semuanya akan baik-baik saja. Tenanglah,” ucapnya.Lukas berusaha menenangkannya dengan mengusap pelan serta lembut punggungnya seraya berkata. "Percayalah Tuhan tidak pernah meninggalkan kita.”Clarisa hanya membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Lukas.Setelah dirinya puas menangis kini dirinya dapat bersandar di tubuh Lukas.Dia bertanya dengan lirih. “Apakah kondisinya baik-baik saja?” ucapnya.Lukas menjawabnya. Suaranya begitu lembut kala bicara pada Clarisa. “Tentu saja dia baik. Dia bahkan memiliki seorang perawat pribadi,” ungkapnya.Clarisa sedikit memaksakan senyumannya seraya berkata. “Syukurlah jika Conan baik. Aku harap dia bi
Di ruang tamu Lukas sedang menunggu putranya turun dari kamarnya. Terlihat seorang pria berdiri menghadap jendela. Di sela jarinya yang lentik dan indah itu terselip sebatang rokok. Ya. Itu adalah Lukas. Dengan anggun nya dia menghisap kembali rokok di tangannya. Drrrttt... Drrrttt... ponsel Lukas bergetar. Terlihat di layar ponselnya panggilan luar negeri. Saat Lukas menjawab panggilannya terdengar suara di seberang telepon. “Ayah. Bagaimana kabarmu?” sebuah suara terdengar. Lukas terdiam sejenak, dalam batinnya dia berkata. “Ah sial. Aku melupakan putraku yang satunya lagi,” ucapnya. Lukas berkata. “Sayang ada apa? Apa kau membutuhkan sesuatu?” “Kabar ayah baik, bagaimana denganmu?” Tanyanya. “Aku baik-baik saja,” ungkapnya. “Ayah. Apakah kau sedang sibuk? Aku ingin bicara sebentar,” pintanya. Lukas berkata. “Ada apa? Katakanlah apa yang kau butuh kan?” “Begini ayah, apakah aku bisa memintamu unt
Hari telah menjelang gelap. Lukas dan Christian masih dalam perjalanan pulang. Saat berada di perjalanan Christian ingin membeli kudapan, serta kue kesukaan ibunya, Clarisa. Ketika tiba di Arion Cafe, Lukas menggandeng Christian dengan begitu eratnya. Saat memasuki kafe. Orang-orang yang berada di sana berdecak kagum kala melihat rupa keduanya. “Lihatlah bukankah itu Tuan Muda Lukas Jiang?” “Kau benar, siapa anak itu? Dia begitu tampan.” “Bukankah tuan muda tidak memiliki anak dari pernikahannya bersama Nona besar keluarga Chu? Lalu siapa anak yang bersamanya hari ini?” “Jangan-jangan anak dari selingkuhannya?” “Hati-hati jika berucap. Jika tuan muda tahu apa yang kau katakan barusan habislah kau,” ancamnya. “Perhatikanlah, baru kali ini aku melihat sikap hangat tuan muda.” “Tuan muda terlihat seperti Daddy goals, benar-benar idaman wanita.” “Wanita mana yang beruntung bisa mendapatkan benih
Lukas kembali menidurkan Clarisa. Dia berjalan keluar kamar. Di luar sudah ada Christian yang sedang berdiri di luar kamar.Lukas menundukkan kepalanya, saat melihat wajah Christian.Christian bertanya. “Apakah ibu tidak bangun?”Lukas menggelengkan kepalanya.“Aku akan mencoba bicara pada ibu,” ucapnya.“Christian Ayah mohon bujuklah ibumu,” ucapnya lirih.Christian sedikit terdiam, baru kali ini dia melihat ayahnya begitu putus asa.Christian tersenyum seraya berkata. “Tenanglah ayah,” ucapnya.Christian mendorong pintu kamar, dia melihat ibunya yang terbaring di tempat tidur.Christian mendekat, di ciumnya kening ibunya dengan lembut seraya berkata. “Ibu bangunlah. Ibu harus makan. Jika tidak makan ibu akan sakit,” ucapnya.“Tidak benar bukan jika ibu terpuruk di sini? Sedangkan Conan sedang berjuang di sana.”“Dia pasti
Masih di Quebec, Kanada.Conan terlihat dingin, seakan -akan dia kembali pada kepribadiannya yang tenang, serta dingin, tak ada senyuman yang terlihat dari wajah tampannya.Semua orang memperhatikan dirinya. Bahkan Jay dan Athes pun kebingungan karena nya. Sebelumnya dia baik-baik saja. Namun sekarang wajahnya tanpa ekspresi.Jay hanya menundukkan kepalanya. Tidak tahu harus berbuat apa?Jay bertanya. “Apakah kau ingin makan sesuatu?”Conan menjawab dengan dingin. “Tidak,” ucapnya.“Lalu apa yang kau inginkan?” Tanyanya.“Entahlah,” ucapnya.Gerald dan yang lainnya saling memandang satu sama lain.“Bagaimana bisa dia bicara sedingin itu?” bisiknya.“Gerald bertanya. “ Bagaimana jika kita pergi ke suatu tempat?” ucapnya.“Ya. Ya kau benar mari pergi ke sana,” ucap Marvel.“Kita akan pergi ke Old Quebec,&rdq
Setelah puas berjalan-jalan keliling kota. Mereka pun memutuskan untuk kembali ke Hotel. Terlihat Conan sudah cukup lelah karena perjalanan yang cukup panjang.Sesampainya di hotel Conan masih tertidur. Jay akan mengambil alih Conan. Namun di hentikan oleh Gerald.Gerald berkata. “Biarkan aku yang menggendongnya,” ucapnya.Jay hanya menyerahkan Conan ke pangkuan Gerald.Gerald menatap sendu pada Conan. Rasanya seperti dia sedang menggendong kembali putri kecilnya.“Tidurlah. Aku akan membawamu ke kamar,” bisiknya.Yang lainnya di belakang seakan nostalgia pada momen dimana Gerald masih bersama putrinya, dia selalu menggendongnya hingga akhir hayat putrinya.“Mengapa aku jadi sedih seperti ini?” ucap Marvel.“Aku seperti merasakan kerinduan Gerald yang tak berujung,” ucap Raymond.Yo Han hanya menatap nanar pada Gerald saat menggendong Conan. Rasanya dia pernah melihat hal s
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem