Ditengah malam, Conan mengalami sakit yang luar biasa, Lukas, dan Jay begitu panik, kala memanggil dokter untuk memeriksa Conan.
Conan berkata dengan lirih, "Aku tidak apa-apa, hanya sedikit sakit!"
Lukas berkata, "Bertahanlah, sebentar lagi dokter akan datang." Lukas mencoba menenangkan Conan.
Lukas bertanya dengan tidak sabar, "Jay, apa yang mereka lakukan? Kenapa dokter, dan perawat belum juga tiba? Conan sudah sangat kesakitan!"
Jay menjawab, "Saya sudah memanggil mereka, mereka mengatakan akan segera datang kemari!"
Conan meringkuk kesakitan, wajahnya memperlihatkan rasa sakit luar biasa, yang membuat orang jika melihat raut wajahnya saja membuat mereka mengerti betapa sakitnya itu.
Lukas menggemgam tangan kecil itu dengan erat. Berkata dengan lirih, "Aku mohon bertahanlah sedikit lagi."
Tak lama berselang dokter jaga pun datang, mereka cukup terkejut kala, Conan meringkuk kesakitan dalam diamnya. Dokter memeriksa d
Di pagi harinya Conan terbangun, dia menatap Lukas yang masih tertidur di sofa, Conan baru pertama kali melihat keadaan Lukas yang begitu berantakan. Conan hanya tersenyum, dalam benaknya terlintas, "Mungkin dirinya tidak akan pernah lagi melihat ayahnya dalam keadaan seperti itu, takkan merasakan lagi bagaimana dia mencintainya dengan tulus, Conan merasa waktunya semakin menipis." Tok... tok... suara pintu kamar di ketuk dari luar. "Selamat pagi, apakah tidurmu nyenyak?" Ucap seorang perawat wanita. Conan dengan sedikit berbisik berkata, "Bisakah kau bicara dengan pelan? Ayahku baru saja tertidur." Sang perawat pun, mengalihkan pandangannya pada ranjang sebelah, dan terlihatlah pemandangan yang membuat wanita salah tingkah. Lukas tertidur dengan kancing kemeja yang terbuka, yang mana memperlihatkan dada bidang milik Lukas, walaupun dalam keadaan tertidur, namun wajahnya tetap terlihat tampan, penampilan berantakan Lukas bahkan masih menarik pe
Berpindah ke Mansion, Jam antik besar yang berada di ruang tamu menunjukan pukul 22:00 malam, didalam kamar Clarisa tidur dengan gelisah, dia memimpikan Conan. "Ibu, disini sangat menyakitkan, aku ingin beristirahat ibu." Clarisa bergunam dalam tidurnya, "Ada apa, Nak? Apa yang terjadi? Mengapa kau berbicara seperti itu? Katakan pada ibu yang mana yang sakit?" Didalam mimpinya Conan berteriak memanggil dirinya, "Ibu tolong, ibu... selamatkan aku! Conan pun hilang di telan kegelapan. Clarisa berteriak, dia terbangun dikamar Lukas, keringat membasahi tubuhnya, terlihat Clarisa begitu ketakutan. Dia menangis sendirian dikamar. Pelayan yang mendengar teriakan Clarisa berkumpul dipintu kamarnya, mereka saling berbisik. "Bagaimana ini? Apakah nyonya baik-baik saja?" "Apakah kita harus membangunkan tuan kecil, dan memintanya untuk masuk memeriksa keadaan nyonya?" "Aku takut jika sesuatu terjadi pada nyonya?
Berpindah ke Quebec, Kanada. Dihotel semua staff sangat sibuk, bahkan para pengunjung hotel dibuat bingung oleh tingkah para staff hotel, mereka begitu sibuk, dan panik. Manager, mengumpulkan semua staff hotel di lobi. Manager bertanya, "Apakah kamar presdir sudah selesai?" Staff kebersihan berkata, "Sudah manager, sudah selesai." "Apakah perlengkapan tuan muda sudah tersedia?" Privat buttler berkata, "Sudah manager, sudah selesai." Manager kembali bertanya, "Buah, makanan ringan, dan minuman kesukaan tuan muda, apakah sudah di sediakan didalam kamar?" Salah satu staff hotel berkata, "Sudah manager, semua nya telah selesai." Manager berkata, "Bagus, ingat kita semua harus menjaga tuan muda selama berada disini! Jangan sampai kejadian seperti kemarin terulang kembali, jika kesalahan itu terulang kalian tahu bukan bagaimana sifat presdir? Presdir tidak akan pernah memaafkan siapapun yang menyakiti putranya! Sekali
"Ayah." Conan yang terbangun berusaha memanggil ayahnya Lukas.Lukas sedang berada diruang kerja. Tidak mendengar teriakan putranya.Dengan perlahan dia berjalan keluar kamar, dia mencoba mençari seseorang untuk membantunya."Ayah...""Ayah...""Ayah..."Conan berusaha memanggil Ayahnya. Namun tak ada sahutan.Athes yang mendengar suara Conan pun bergegas keluar kamar untuk memeriksa keadaan Conan.Yang terlihat olehnya adalah seorang anak laki-laki yang sedang duduk menatap keluar kaca jendela. Terlihat wajahnya cukup pucat.Athes mencoba menghampirinya, seraya berkata, "Tuam muda, ada yang bisa aku bantu?"Conan memalingkan pandangannya, seraya berkata, "Ahh, Mr. Athes, apakah kau melihat ayahku?"Athes menjawab, "Mungkin presdir berada di ruang kerja nya."Conan bangkit dari duduknya, seraya berkata, "Tolong bantu aku berjalan. Aku ingin menemui Ayahku!"Athes mendekat se
Disisi lain Clarisa, menjalani hari-harinya tanpa kehadiran Conan, dan Lukas. Kini dia mulai terbiasa akan keadaan itu. Namun saat dia pulang kerja, entah kenapa dia tiba-tiba sangat merindukan Lukas, dan Conan. Clarisa menatap Ponselnya, namun tidak ada satu pun pesan dari Lukas, Clarisa bergunam sendiri, "Ahhh, kenapa dia tidak mengabariku? Aku sangat merindukannya. Sungguh!" Tiba-tiba saja, terlintas bayangan saat sebelum dia dekat dengan Lukas seperti saat ini. Dahulu, sebelum dirinya bersama Lukas, dia berpikir jika Lukas tidak menyukai perempuan, dengan sikap yang sombong, dan angkuh itu semakin mebuatnya sulit untuk didekati. Semakin lama dia membayangkan banyak kenangan manis tentangnya dan Lukas, namun tiba-tiba Clarisa meneteskan air matanya begitu saja, dia berkata, "Kenapa? Kenapa aku sangat merindukannya? Padahal mereka bicara hanya pergi sebentar saja. Tapi sudah 1 bulan mereka tak kembali!" "Ibu, ada apa?" Christian
Clarisa pergi hanya membawa sedikit uang disakunya, dengan linglung dia, menaiki taksi menunju rumah Joana Lei. Ting dong... ting dong... Suara bell berbunyi, dengan berlinangan air mata Clarisa menekan bell apartement Joana. Cekrek... suara pintu dibuka. Dengan kaget Joana bertanya, "Clarisa apa yang terjadi denganmu?" Clarisa hanya menangis sesegukkan, didepan pintu Apartemen Joana. Joana mencoba menenangkan Clarisa, dengan lembut dia berkata, "Masuklah, kau pasti kedinginan!" Joana Lei membawa masuk Clarisa, memberikan secangkir minuman hangat pada Clarisa, dengan lembut Joana kembali bertanya, "Apakah sesuatu telah terjadi?" "Bicaralah padaku, mungkin aku bisa mengurangi bebanmu!" Clarisa mencoba membuat dirinya tenang, setelah beberapa lama, akhirnya Clarisa mengeluarkan suaranya. Dengan sedikit terisak dia bertanya, "Apa yang harus aku lakukan?" Joana menjawab, "Apa maksudmu? J
Disisi lain, Lukas yang berada dikamarnya sedang merenungi kejadian hari ini, hari dimana dia mengungkapkan kebenaran pada Clarisa, wanita yang mampu menyentuh hatinya yang dingin. Lukas merasa begitu hampa kala Clarisa meninggalkannya, saat dia memalingkan pandangan nya pada Christian, Lukas merasakan sedikit kehangatan untuk sejenak. Lukas beranjak pergi menuju Bar miliknya yang berada di kawasan Elit, dengan cepat dia melajukan mobil Maserati hitamnya yang menambah kesan dingin. Setiba nya di sana, Lukas disambut oleh Raymond sahabatnya. Mereka pun memasuki ruang VVIP di sana sudah ada, Gerald, Yo Han, Marvel. “Yo... Saudara kita Lukas, bagaimana kabarmu?” Seru Marvel yang sedari tadi memperhatikan Lukas. Lukas tak mengatakan sepatah kata pun, dengan dingin dia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Yo Han yang melihat Lukas pun memberanikan diri, dengan hati-hati dia bertanya, “Apakah terjadi sesuatu?” Lukas melirik Yo
Bab 58 Di tengah malam, Christian terbangun, dan mendapati dirinya tidur dikamar Lukas, terasa begitu sepi. Christian mencoba keluar kamar untuk mencari ayahnya Lukas, namun setelah berkeliling pun dia tidak menemukannya dimana pun. Akhirnya Christian menuju dapur, mencari apakah ada makanan di kulkas. “Aku sangat lapar.” Gunam Christian yang berada di dapur sendirian. Tiba-tiba sebuah suara terdengar, dan cukup mengagetkan dirinya. “Tuan kecil, Anda sedang apa?” Kepala pelayan bertanya dengan sedikit bingung. “Astaga... kau membuatku kaget.” Christian yang kaget pun berkata, “Akh aku, aku sedikit lapar sehingga aku mencari sedikit makanan di sini. Apakah aku tidak boleh berada di sini? Pada jam tengah malam seperti ini?” Kepala pelayan hanya tersenyum, dengan lembut dia berkata, “Seharusnya Anda tidak boleh berada di dapur pada jam ini.” “Karena tuan muda Lukas, menerapkan peraturan yang mana dia pulang l
Kabar kematian Conan sudah tersebar pada keluarga maupun para sahabat Lukas. Bahkan Yo Han yang menghilang sejak setahun lalu pun mendengar kabar tentang putra sulung Tuan muda Jiang yang meninggal. Yo Han begitu kaget saat mendapat pesan dari salah satu orangnya yang mengatakan bahwa Putra sulung Lukas meninggal. Yo Han segera naik jet pribadinya untuk sampai ke Jincheng, sedangkan yang lainnya sudah berdatangan ke rumah duka. Lukas terduduk lemah di depan Altar ia bagaikan mayat hidup Lukas kehilangan gairah hidupnya. “Bagaimana dengan Clarisa apa dia sudah tahu tentang kabar Conan?” Joana begitu khawatir tentang mental Clarisa. “Lukas belum memberi tahunya, lagi pula Clarisa masih tidak sadarkan diri setelah menjalani operasi.” Sahut Gerald. “Aku tidak tahu bagaimana perasaan Lukas saat ini yang jelas itu sangatlah menyakitkan.” Raymond menatap iba pada Lukas yang terus memberi hormat pada setiap pelayat. Gerald mengedarkan pandangannya ia
2 bulan penuh Conan berada di rumah sakit, Conan sendiri lebih tahu tentang kondisi tubuhnya ketimbang orang lain. Ia tetap berusaha seceria mungkin dan sesering mungkin ia tersenyum dan tertawa walau hanya gurauan yang garing. Ia terlihat lebih menikmati hidupnya. Conan di pulangkan karena ia ingin tinggal dan dirawat di rumah. Semua orang di mansion menyambutnya, kebahagian mulai menyelimuti keluarga Lukas karena Clarisa juga tengah mengandung anak ketiga Lukas. Orang-orang begitu bahagia begitu pula dengan Conan dan Christian yang akan menjadi calon kakak bagi adiknya saat lahir kelak. “Betapa beruntungnya dia saat lahir nanti sudah memiliki dua Kakak yang sangat tampan dan bisa diandalkan. Aku sangat iri padamu.” Ucap Joana saat berada di mansion. Clarisa hanya tersenyum tipis jika mengingat Conan yang mungkin tidak akan sempat melihat adik kecilnya lahir ke dunia. Lukas masih terus berusaha mencari-cari rumah sakit di luar negeri yang bisa menyembuhkan C
Di depan ruang IGD semua orang menunggu dengan cemas, saat dibawa ke rumah sakit Conan sudah kehilangan kesadarannya. Christian masih shock dengan apa yang menimpa Conan tubuhnya yang basah membuatnya menggigil. Karena terburu-buru mereka melupakan Athes dan juga Christian yang dalam keadaan basah kuyup. “Anakku, tidak apa-apa. Conan pasti baik-baik saja.” Clarisa mendekap Christian dengan rasa takut yang menyelimuti hatinya. “Sebaiknya kalian berdua berganti pakaian, Jay sudah membawakan pakaian ganti untuk kalian. Pergilah.” Athes dan Christian dibawa pergi oleh Jay sementara Lukas dan Clarisa amasih menunggu kabar tentang Conan. Kaca-kaca yang ada di mata Clarisa pecah begitu saja menyisakan luka bagi Lukas. “Apa ini akhirnya?” Clarisa bertanya dengan terbata-bata. “Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kita belum tahu persis keadaannya. Jangan pesimis seperti itu pada hidup Putra kita.” Dokter yang bertugas di IGD datang menghampiri ke
Satu tahun setelah pernikahan Gerald dan Joana keduanya hidup bahagia bersama dengan malaikat kecilnya yang telah mengisi hari-hari keduanya. Suasana rumah Gerald begitu hangat kala suara tangis memenuhi seisi rumah. Walau Gerald sibuk dengan urausan pekerjaan ia tidak pernah mengabaikan putrinya yang belum genap setahun itu. Hari demi hari berlalu dengan begitu cepat tak terasa sudah satu tahun sejak Conan menjalani kemoterapinya. Bukannya semakin membaik kondisi Conan malah memburuk. Kanker yang awalnya stadium 2 kini telah menjadi stadium 3 semakin tipis harapan Conan untuk sembuh sepenuhnya. Clarisa sudah pasrah akan kondisi putra sulungnya setiap malam ketika tak ada seorang pun di kamar ia akan menangis hingga larut malam sampai Lukas pulang ke mansion. Christian yang selalu ceria kini berubah menjadi pendiam ia tak lagi banyak bicara, terkadang ia juga sering menangis di halaman belakang menangisi Conan yang tidak pernah sembuh. Setiap kali ia teringat bagaima
Gerald terdiam membeku ia bagaikan disambar petir di siang bolong saat mendengar pengakuan Joana gelas anggur yang ada di tangannya bahkan lepas dan terjatuh hingga pecahannya bertebaran dimana-mana. Gerald berdiri dari duduknya ia menatap Joana dengan penuh arti sedangkan Joana sendiri hanuya mampu menundukkan kepalanya ke bawah ia takut akan kenyataan jika Gerald tidak menerima kehadiran dah dagingnya sendiri.Hal yang selalu ditakutkan olehnya itu tidak pernah terjadi. Kaca-kaca di dalam mata Gerald telah menggenangi bola matanya yang coklat ia setengah berlutut sembari memegang tangan Joana.“Apa yang kau katakan itu benar adanya?”“Apa kau sedang mengandung anakku?”“Kau tidak bercanda bukan?” Gerald bertanya penuh pengharapan pada jawaban Joana.“Ya, aku mengandung Anakmu.” Ucapnya pelan.Ekspresi Gerald tidak terduga ia begitu bahagia kala mendengar kabar itu. Ia bahkan berjingkrak
Di pagi hari yang cerah Joana terbangun di dalam kamarnya, ia meraih bungkusan kecil dan membawanya masuk ke toilet dengan perasaan deg-degan Joana memberanikan dirinya untuk memeriksa dirinya sendiri. Joana membuka bungkusan test pack dengan tangan gemetar ia memasukannya dalam tempat yang sudah menampung urine nya sendiri. Belakangan ini Joana selalu merasa mual tiap pagi hari, ia juga tidak mendapatkan menstruasinya sudah dua bulan ini ia sedikit cemas. Joana memejamkan matanya ia sedikit takut dengan hasilnya, perlahan ia membuka matanya dan terlihat dengan jelas di alat tes kehamilan itu menunjukkan dua garis merah yang artinya dia positif hamil. Joana tentu saja bergembira akan hal itu namuan, sedetik kemudian ia kembali terdiam. Dirinya tidak tahu bagaimana reaksi Gerald setelah ia tahu bahwa dirinya telah mengandung darah dagingnya. “Bagaimana ini? Aku takut mengatakannya.” Joana berpikir cukup keras tentang apa yang harus ia katakan pada Gerald.
Selepas bersedih Lukas dan Clarisa turun secara bersamaan menuju meja makan karena sudah waktunya sarapan. Conan dan Christian sudah kembali dalam keadaan yang semula seakan tidak ada yang terjadi hanya mata sembab Christian yang tidak bisa berbohong. Dari arah lain Athes masuk menuju ruang tamu dengan membawa obat-obatan yang harus diminum oleh Conan ia meletakannya di meja ruang tamu tampak pemandangan yang sedikit menyakitkan bagi yang melihatnya. "Ayo, makanan sudah siap!" Lukas mengajak semua orang untuk menuju meja makan. Di sana telah banyak hidangan dari mulai makanan pembuka hingga makanan penutup ada di atas meja. Aroma masakan yang tercium semakin membuat orang menjadi lapar kala menghirupnya. Semua orang mulai berjalan menuju meja makan untuk menikmati hidangannya. “Makanlah yang banyak.” Lukas menaruh lauk pada mangkuk kedua putranya tanpa ada yang dibedakan. Christian tersenyum saat menerima lauk yang diberikan oleh ayahnya.
Hari telah berganti menjadi malam sepanjang perjalanan menuju mansion Conan hanya memejam kan matanya. Ia sudah terlalu lelah hari ini Lukas memandangnya dengan tatapan sendu. Sesampainya di mansion Clarisa telah menunggu kedatangan mereka berdua bersama Conan. Terlihat juga Athes ada di ruang tamu menemani Christian. “Apakah tidur?” Clarisa menghampiri Conan. Ia mengangkat sedikit kupluk yang menutupi wajahnya benar saja Conan sudah tertidur. “Ayah,” Christian berhambur memeluk pinggangnya. Lukas melihatnya dengan mengulas senyum hangat. “Bersabarlah, Ayah akan menidurkan Conan lebih dulu. Baru menemnimu sebentar.” Lukas mengusap puncak kepala Christian kemudian berlalu menuju lantai dua dimana kamar Conan berada. “Ibu,” Christian beralih memandang pada Clarisa yang berdiri. Clarisa segera menghampiri Christian ia berusaha menenangkannya. “Tidak apa-apa, Conan hanya kelelahan saja besok pagi ia akan bangun seperti biasanya.” Mendengar
Lukas berjalan dengan anggun menuju tempat Conan berada raut wajah yang tadinya tidak baik itu seketika berubah saat Conan mengulas senyum hangat padanya. Wajah pias itu masih kentara di antara senyum yang menghiasinya. Lukas semakin mendekati keberadaan Conan. Ia setengah berlutut di hadapan Conan. “Apakah sudah lebih baik?” “Eng,” Conan menganggukkan kepalanya pelan sebagai balasan dari pertanyaan Lukas. “Lalu apa kau masih ingin pergi memotong rambutmu?” Lukas kembali bertanya dengan suara yang sedikit bergetar. Senyum hangat itu kembali muncul di wajahnya tangan kecilnya menyentuh pipi Lukas terasa lembut dan begitu dingin saat disentuh olehnya, Lukas menatap matanya yang sendu. “Dingin sekali?” “Aku hanya sedikit kedinginan saja Ayah, tidak perlu dikhawatirkan!” Conan beranjak dari duduknya ia mencoba mencoba menarik tangan besar Lukas agar segera menuju tempat dimana ia akan memotong rambutnya. Lukas menguatkan hatinya lalu mengikuti kem