Usai mendapatkan persetujuan dari Gery, Ny. Daphne segera mengirimkan pesan pada Sofia. Pesan yang berisi perintah untuk menyiapkan beberapa hal serta barang penting yang nantinya akan mereka bawa ketika datang ke rumah Eve saat acara lamaran nanti.Sofia yang berada di ruangannya dan sedang duduk di kursinya seketika bangkit dan bersorak gembira. Kabar yang begitu ditunggunya akhirnya keluar juga."Huh, tidak sia-sia aku memberikan saran itu pada Nyonya Daphne tadi. Jika begini aku ikut bahagia mendengarnya. Tidak sabar sekali rasanya!" Lagi, Sofia berseru dengan wajah yang sarat akan rasa bahagia.Saat sudah sedikit berhasil menguasai diri dari keterjutan juga rasa gembiranya, Sofia pun bergegas keluar dan melakukan perintah Oma Gery itu. Dengan begitu antusias dan senyuman lebar, Sofia menyiapkan segalanya. Bahkan berulang kali pula Sofia memeriksa kembali beberapa barang yang sudah disiapkannya.Sofia menatap penuh binar ke arah barang yang sudah ada di hadapannya. Semuanya terlih
Langkah kaki jenjang mengenakan sepatu stiletto heels memasuki ruangan. Pemiliknya hari itu berangkat bekerja dengan wajah berseri-seri. Usai memutuskan menerima pertunangan dengan Gery, senyuman tak pernah lolos dari bibir Eve.Kali ini Eve merasa sudah mengambil keputusan tepat. Meskipun sempat dikalungi kebimbangan, karena tidak yakin Gery menyukainya, bahkan bersikap sangat menyebalkan, tak ia pungkiri, Gery pria menyenangkan dan layak dicintai.Tak ada satu kabar pun yang lolos dari dinding Vinestra. Sejak pertama kali Eve menampakkan wajah cerahnya, semua mata mengarah kepadanya.Eve sedikit heran, kenapa semua orang mengarahkan pandangan aneh padanya. Tanda tanya besar mulai terbit di hatinya saat Dixne, salah satu rekannya, tiba-tiba tertawa lebar sambil memeluknya erat.“Luar biasa, kamu jadi pemenangnya! Congrats, Dear,” ucap Dixne sambil tertawa lebar. Tak lama kemudian rekan-rekannya sudah berdiri mengelilinginya.“Hei, ada apa ini? Apa yang kalian lakukan di sini?” tanya
Menantang BahayaDunia seolah berakhir bagi Cheryl, setelah menyadari nomornya diblokir oleh Gery. Gadis itu tidak fokus pada pekerjaannya. Ia membanting ponselnya.“Sial! Gerry nggak bisa ngelakuin ini! Dia tidak menganggap aku! Nggak bisa, ini nggak bisa dibiarkan.”Cheryl ingin datang ke kantor Gery, tapi ia ingat hari ini ada pameran busana di hotel mewah pusat kota. Dengan wajah cemberut Cheryl segera mengemudikan mobilnya menuju ke hotel itu.Hari itu Cheryl tidak fokus tampil dalam peragaan busana. Beberapa kali langkahnya nyaris tersandung karpet lantai. Salah satu rekannya menegur.“Jaga langkahmu Cheryl! Jangan semaunya, kamu merusak formasi,” tegur gadis berambut pirang.“Tutup mulutmu! Jangan mengatur aku! Aku tahu apa yang aku lakukan.” Sheryl membalasnya dengan tatapan tajam.Setelah tiga jam, acara peragaan busana pun usai. Cheryl bernapas lega dan segera mengganti bajunya. Gadis itu mengenakan celana jeans dan kemeja tanpa lengan, dilengkapi dengan sepatu boot menuju
Cheryl tersenyum senang kala mendengar Jonathan berhasil membujuk Gery untuk menjemputnya ke bar tersebut. Perempuan itu memang sengaja mabuk, tetapi masih punya kesadaran penuh dan semua yang ia lakukan merupakan sebuah rencana untuk menghancurkan hubungan Gery dan Eve.“Kena kamu!” gumam Cheryl tersenyum licik.Jonathan yang tidak tahu menahu tentang rencana Cheryl, hanya bisa membopong perempuan itu ke sebuah sofa yang berada di ruangan VIP. Lalu ia menunggu Gery datang menjemput perempuan berparas cantik itu.Benar saja, tak berselang lama. Gery datang menggunakan mobilnya ke bar tersebut, ia langsung menghampiri Jonathan dan bertanya tentang apa yang sebenarnya tekah terjadi.“Selamat malam Jo, mana Cheryl?” tanya Gery dengan wajah memerah.“Malam, dia ada di ruangan VIP. Aku sengaja memindahkannya agar tidak mengacau di sini,” balas Jonathan.“Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa dia seperti itu?” tanya Gery.“Aku juga tidak tahu, yang jelas saat masuk ke sini suasana hatinya se
Pagi itu suasana hati Eve untungnya masih dalam keadaan baik, sebab gadis itu belum melihat televisi ataupun ponselnya. Karena gadis itu juga bangun kesiangan, jadi buru-buru ia bersiap dan pergi ke kantor.Sesampainya di kantor pun tak ada yang membahas perihal berita yang tengah panas beredar itu, mereka disibukkan dengan tumpukan pekerjaan, hingga akhirnya jam makan siang pun tiba. Eve bersama rekan-rekan kantornya pergi ke kantin untuk makan siang.“Eve ayo ke kantin bersama,” ajak salah satu rekan Eve.“Tunggu sebentar, ada berkas lagi yang harus aku selesaikan. Setelah ini aku akan menyetorkannya pada Pak Gery,” jawab Eve.“Tapi sepertinya Pak Gery tidak datang hari ini,” timpal Linda.“Eh?” Eve terdiam beberapa saat lalu menatap ruangan Gery. “Benar, sedari tadi aku di sini, belum lihat dia lewat. Ke mana ya dia? Apa dia sakit? Tapi kalau sakit pasti ada yang kasih tahu aku, ini?” pikir Eve penuh tanya.“Eve?” panggil Linda menepuk pundak Eve pelan.“Eh iya! Maaf-maaf, aku seda
Eve kini tengah melakukan perjalanan pulang menggunakan mobil biru kesayangannya. Hatinya bergemuruh, perasaannya berkecamuk sekarang. Eve merasa telah dibohongi oleh Gery. Sungguh, dia kecewa pada Gery setelah melihat berita yang beredar."Aku sungguh kecewa padamu," ucap Eve pelan.Wajah Eve tampak lesu, hal itu bisa dilihat dari kaca yang berada di depan sopir. Sang sopir taksi tak berani bertanya apa pun pada penumpangnya, dia tahu keadaan Eve.'Gadis ini sepertinya sedang tidak baik-baik saja,' batin sopir.Sopir tersebut kembali fokus menatap jalanan, keselamatan penumpang adalah hal utama baginya. Lagi pula, gadis seusia Eve biasanya rawan putus cinta. Sopir itu menduga Eve juga mengalami hal serupa. Entahlah, aura patah hati seseorang seolah terpancar dari wajah Eve."Aku kecewa padamu, Gery."Suara Eve yang mengungkapkan kekecewaan ditambah menyebutkan nama seseorang membuat sopir merasa dugaannya benar. Sopir taksi mengerutkan keningnya, dia mendengar nama yang diucapkan ole
Cheryl berada di dalam ruang make up, dia tengah dirias oleh MUA dan penata rambut. Senyuman terpatri di wajahnya, Cheryl merasa senang hari ini."Warna bibirnya mau yang terang atau gelap?" tanya MUA.Cheryl berpikir sejenak seraya melihat wajahnya di hadapan cermin. MUA menunggu jawaban dari Cheryl, tetapi sepertinya dia kebingungan.MUA bertanya terkait warna dress yang akan dikenakan oleh Cheryl kepada stylish. Ternyata warna yang akan dikenakan oleh Cheryl untuk pemotretan adalah Burgundy."Warna dress yang akan dikenakannya Burgundy. Aku rasa lebih cocok kalau polesan di bibir juga cenderung gelap," ujar MUA."Baiklah, lakukan," timpal Cheryl dengan santai.Bukan tanpa alasan MUA bertanya terlebih dahulu kepada Cheryl. Memang terkadang ada kalanya dia bertanya pada kliennya. Khawatir warna yang dipilihnya tidak disukai oleh Cheryl.Sementara itu, hairdo tengah meng-curly rambut Cheryl. Rambut Cheryl dibuat curly hanya bagian bawahnya saja. Setelah itu, bagian samping kanan dipak
Gery yang sedang duduk di kursinya terus merasa gelisah. Bagaimana tidak, kini seluruh media sudah memberitakan hak tersebut dan dirinya pun tidak bisa mengelaknya karena pada kenyataannya dirinya memang mengantarkan Cheryl menuju apartemen wanita itu. Dia benar-benar bingung sekarang."Jika saja tahu kejadiannya akan begini, maka aku tak akan sudi menjemput Cheryl dan mengantarnya ke apartemen! Ck, jika sudah begini maka aku harus bagaimana? Dasar, Cheryl! Selalu saja membuatku berada dalam masalah saja!" Gery terus menggerutu. Tangannya pun terus mengepal hingga buku-buku harinya memutih. Tatapannya lurus ke depan dengan wajah yang merah padam menahan amarah yang membara.Sungguh, Gery amat menyesal karena menerima panggilan dari kelab waktu itu. Jika saja waktu bisa diputar kembali, maka dirinya akan lebih memilih mengabaikannya. Dan jika itu terjadi, maka sekarang ini hidupnya akan tenang, damai tanpa ada desas-desus yang sungguh memekakkan telinganya.Gery sendiri tidak merasa k
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Maaf, aku minta maaf karena belum bisa peka dengan apa yang kamu rasakan. Maaf karena sudah membuatmu cemburu dan sakit hati, Eve,” bisik Gery pelan. Sekarang ini keduanya masih berpelukan, bahkan pelukan itu semakin menguat saat Gery membisikkan kata-kata itu.Gery merasa bersalah. Sebab kemarin pun tadi dirinya tidak menjelaskan apa pun pada Eve. Walaupun apa yang Eve lihat tadi tidak sepenuhnya benar. Eve sepertinya memang tidak melihat kejadian itu sampai akhir hingga akhirnya menyimpulkan begitu.Saat merasa jika Eve sudah lebih tenang, Gery pun mencoba melepas pelukan keduanya. Laki-laki itu menatap dalam dan penuh kasih ke arah netra Eve. Eve lagi-lagi dibuat tersipu karena mendapatkan perlakuan manis dari Gery. Eve lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Kedua tangannya juga saling bertautan dan memelintir ujung bajunya. Gery tersenyum tipis saat melihat bagaimana gemetarnya tangan Eve itu.Entah apa yang membuat Eve begitu malu. Gery tidak tahu. En
“Aku tidak bisa diam saja. Eve kasihan sekali. Dia terlihat sangat sedih tadi. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga!” putus Cindy cepat.“Enak saja mereka sudah buat sahabatku sakit hati tapi tidak merasa bersalah sedikit pun. Dan Gery juga kurang ajar sekali! Dasar laki-laki!” Cindy bersungut-sungut. Rasa kesalnya sungguh tidak bisa ditahan lagi.Dia hanya tidak mau jika sahabatnya bersedih karena Gery atau siapa pun itu. Walaupun Gery adalah kekasih Eve tetapi dia sangat tidak rela jika laki-laki itu menyakiti Eve. Cindy tidak akan tinggal diam jika hal itu terjadi.Cindy masih teringat bagaimana sembab juga merahnya wajah Eve tadi. Ucapannya pun begitu menyayat hati. Rasanya, sahabatnya itu terlihat buruk sekali. Eve sendiri sudah pulang sekarang ini. Karena itulah dirinya berani berkata-kata kasar juga mengumpati kekasih Eve itu.Tanpa menunggu lagi, Cindy bergegas bangkit dari kursinya dan menuju mobilnya. Cindy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah dua ouluh m
Di perjalanan, tepatnya di dalam mobil Gery yang sedang menuju kantor Eve hanya diam membisu. Gery yang melihatnya pun sedikit heran, tetapi dia tidak berniat sedikit pun untuk bertanya. Dia berpikir jika mungkin saja Eve sedang tidak ingin berbicara.Sampai di kantor, Eve pun tak juga bersuara. Wanita cantik itu bahkan langsung turun tanpa berpamitan pada Gery yang masih duduk di kursi kemudi. “Ada apa sebenarnya dengan Eve? Kenapa sikapnya begitu berbeda?” Gery bertanya-tanya, tetapi tak berlangsung lama. Laki-laki itu menggeleng kemudian turun dan masuk ke ruangannya. Di ruangannya, Eve langsung mendudukkan dirinya dengan sedikit kasar di kursi kerjanya. Hatinya sakit. Perasaannya tak keruan sekarang. Dirinya pun bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri padahal tadi dia sendirilah yang menyetujui permintaan Ny. Andrews. Akan tetapi, sekarang dirinya malah merasa menyesal.Sebenarnya, Eve tidak ingin jika Gery menyadari sikap cemburunya. Namun, entah kenapa sangat sul
Pagi ini, Eve dan Gery memang sudah memiliki janji untuk menjenguk Cheryl yang masih berada di rumah sakit. Keduanya akan pergi bersama. Semua itu atas inisiatif Eve yang ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Cheryl sekarang ini. Sebagai sesama wanita, Eve pun merasa sangat iba pada Cheryl. Apalagi setelah tahu jika selama ini wanita cantik berprofesi sebagai model itu tidak terlalu mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hati Eve ikut sesak mendengarnya. Eve sekarang ini sedang bersiap di kamarnya. Dia sengaja melakukan semua rutinitasnya dengan santai karena Gery sendiri tidak keberatan jika harus menunggunya. Karena itulah Eve sedikit memanfaatkannya untuk bersantai ria.Dering ponselnya membuat Eve harus meletakkan bedak yang baru saja akan dipakainya. Dengan sedikit malas, Eve mengambil ponselnya. Namun, sedetik kemudian senyumnya mengembang saat tahu siapa yang meneleponnya sekarang.Tanpa membuang waktu, Eve lantas menerimanya dan bersuara. “Halo?”“Halo, Eve. Apa ka
“Saya pamit. Semoga Cheryl segera pulih supaya tidak menjadi beban bagi orang lain lagi,” ucap Ny. Daphne seraya menyindir.Ny. Andrews menampilkan senyumannya, dari raut wajahnya tampak dia terpaksa. Ucapan Ny. Daphne memang menohok, cukup membuat Ny. Andrews tak berkutik.“Terima kasih telah berkenan menjenguk Cheryl, Ny. Daphne,” balas Ny. Andrews.“Sama-sama. Sampaikan salam saya ketika dia sadar,” ujar Ny. Daphne.“Baik, Ny. Daphne. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas kunjungannya.”Ny. Daphne keluar meninggalkan ruangan bersama Sofia. Ny. Andrews mengantarnya hingga depan pintu ruangan. Ny. Andrews menatap kepergian Ny. Daphne dan Sofia hingga mereka menghilang dari pandangannya.Ny. Andrews kembali masuk ke dalam ruangan putrinya. Dia menatap Cheryl dengan intens. Ny. Andrews menginginkan Cheryl segera pulih, dia ingin putrinya kembali seperti sedia kala.Ny. Andrews duduk di samping ranjang. Melihat putrinya yang tak berdaya serta dipenuhi alat medis di badannya memb
Sudah tiga hari Gery rutin menjenguk Cheryl. Dia sebenarnya ingin berhenti saja, tetapi Ny. Andrews terus mengiba. Ny. Andrews ingin Cheryl kembali pulih secepatnya.“Saya sudah berusaha, Tante, tapi Cheryl belum juga pulih seperti semula. Memangnya mau sampai kapan saya harus begini?”Gery tentu saja kesal, karena pekerjaannya juga menjadi terganggu. Eve mengelus tangan Gery, berharap dia lebih sabar lagi untuk membantu kesembuhan Cheryl.“Saya minta maaf karena waktumu terganggu. Tapi mohon, bantu saya sedikit lagi. Saya yakin Cheryl akan segera pulih jika kamu terus menjenguknya ke sini,” ujar Ny. Andrews.“Iya, Gery. Sedikit lagi saja, aku juga yakin Cheryl akan segera pulih,” tambah Eve.Mereka kini tengah berada di rumah sakit, tepatnya dalam ruangan di mana Cheryl dirawat. Gery melirik ke arah Cheryl yang masih terbaring lemah, belum sepenuhnya sadar. Dalam hatinya, Gery berharap Cheryl segera pulih supaya dia tidak perlu berurusan lagi dengan Ny. Andrews.“Baiklah,” ucap Gery
“Eve!” panggil Bu Kate seraya mengetuk pintu kamar putrinya.“Iya, Ibu,” sahut Eve dari dalam.“Ibu boleh masuk?” tanya Bu Kate.“Masuk saja, Ibu,” balas Eve.Eve sedang merias wajahnya dengan sedikit polesan make up. Gadis itu duduk di hadapan cermin, wajahnya tampak sangat cantik. Bu Kate tersenyum ketika melihat putrinya.“Gery sudah menunggu di depan,” ujar Bu Kate.“Benarkah?” tanya Eve.Bu Kate mengangguk, Eve segera merampungkan riasan pada wajahnya. Eve tak mau Gery terlalu lama menunggunya. Eve mengambil tas selempangnya, lalu memakai sepatu.“Kalau begitu, Eve pergi dulu,” pamit Eve.Eve berpamitan pada Bu Kate, dia berjalan menuju depan rumahnya. Ternyata benar saja, Gery sudah duduk ditemani secangkir kopi.“Sudah selesai?” tanya Gery.Eve mengangguk, Gery tersenyum tipis. Gery masuk ke dalam terlebih dahulu untuk berpamitan pada Bu Kate. Setelahnya, Gery dan Eve berjalan menuju mobil yang telah terparkir.Gery membukakan pintu mobil untuk Eve. Setelah itu, dia mengitari m