Sepanjang meeting berlangsung, Gery terlihat tenang dan masih menguasai dirinya. Ia terus mencoba fokus dengan data-data yangs edang dipresentasikan oleh salah seorang manager yang ia pantau juga dari berkas yang ada di hadapannya.
Beberapa kali kelebat gadis manis tadi membayang di ingatan tapi cepat-cepat diusirnya. Ia harus fokus ke meeting itu karena kalau tidak nanti saat ditanyai oleh sang nenek, ia bisa gagap bila tak memahami semuanya dengan detail.Ya, neneknya adalah sang penguasa tunggal di Vinestra. Memang dia lah CEO-nya, tapi sebenarnya pemegang keputusan tertinggi masih neneknya. Nyonya Daphne Foster, meskipun sudah berusia lanjut, tetap masih bisa berpikir kritis dan tak mau menyerahkan semua urusan perusahaan kepada cucunya karena beberapa alasan. Khususnya karena ada sedikit kelabilan sifat pada cucunya itu oleh sebab kejadian masa silam yang cukup membuat siapa pun mengalami traumatis yang parah.Itulah sebabnya Nyonya Daphne masih terus mengawal jalannya kepemimpinan Gery. Meskipun selama ini Gery menunjukkan perbaikan dari segi profesionalitas dan hasil kinerjanya, tetapi karena telah terbiasa memantau dari jauh, Nyonya Daphne tetap dalam konteksnya sebagai pengawas untuk cucunya itu.Hingga kahirnya sata meeting usai dan ia telah menguasai isi meeting tersebut di kepalanya untuk nanti dilaporkan serta didiskusikan dengan sang nenek, Gery kembali ke ruangannya. Di sana, kembali ingatan soal keinginan memecat Eve muncul lagi. Ia melirik jam dan sudah lewat jauh jam masuk kantor untuk karyawan umum sekitar dua jam tadi.“Huh! Kelewat tenang pasti gadis itu karena tak kunjung ada surat pemecatan di mejanya! Sial!” gerutu Gery lantas menelepon asistennya untuk memberinya instruksi.“Cepat lakukan apa yang kusuruh tadi! Pergi ke bagian HRD dan katakan pada managernya untuk memecat gadis yang tadi!” titahnya tanpa ada nada ragu sedikit pun.Sang asisten tak punya pilihan lain selain mematuhi perintah sang atasan. Ia sesungguhnya juga kasihan bila melihat kerasnya perlawanan gadis tadi. Apalagi wajahnya manis dan tubuhnya itu ... begitu langsing menggoda. Bentuknya seperti gitar spanyol yang melekuk indah di bagian-bagian yang tepat. Sungguh menggugah setiap pria normal untuk memberinya perlindungan. Astaga!Saat ia menemui sang manager HRD dan menyampaikan perintah dari Gery, sang manager cukup terheran bertanya mendetail tentang apa yang diperbuat Eve hingga ia harus dipecat di hari pertamanya bekerja. Untuk memastikan karena sang asisten Gery itu tak menyebutkan nama Eve karena ketidaktahuannya, sang manager berinisitif untuk memanggil yang bersangkutan.“Sebentar, apa tidak ada kekeliruan? Benar karyawan yang ini yang dimaksudkan oleh Pak Gery?” tanya sang manager sambil menunjuk ke arah Eve yang kini berjalan masuk ke ruangannya setelah menerima panggilan via telefon intra-office.Dave—sang asisten CEO-mengangguk meskipun dengan agak terpaksa.“Apa yang sudah kamu lakukan sampai harus dipecat oleh Pak Gery langsung, kalau saya boleh tahu?” tanya manager HRD berkepala botak itu kepada Eve.Eve memasang wajah tegas dan menjawab nyaring, “Saya belum melakukan kesalahan apa pun di sini, Pak. Ini hanya soal kesalah-pahaman yang terjadi di antara kami beberapa waktu lalu, di tempat lain.”Tampak sang manager dan Dave saling berpandangan. Antara heran dan bingung mau menindaklanjuti perintah absurd dari sang CEO tapi nurani kurang setuju dan diselipi iba pula dengan nasib Eve.“Mungkin sebaiknya Anda menemui Pak Gery lalu menjelaskan permasalahan yang salah paham itu secara gamblang dulu. Tapi mohon dengan cara yang sopan, bukan dengan sikap Anda yang menantang seperti di kantin tadi, Nona.” Akhirnya Dave memberi saran untuk Eve.Eve menatap Dave dengan pandangan memprotes. “Tapi bos Anda tadi memang terus mengintimidasi saya hingga saya kelepasan untuk bersikap melawan, Pak!”“Astaga! Dia juga bos Anda, by the way,” Dave mengingatkan dan kini mulai mengerti akan sikap Gery yang terpancing emosi menghadapi gadis ini. Sikap Eve memang cukup menantang dan memantik kemarahan, pikirnya menggeleng-gelengkan kepalanya heran.“Coba ikuti dulu saran dari Dave. Mungkin saja kalau sedikit merendahkan diri dan meminta maaf, Pak Gery akan memberimu kesempatan, Eve.” Manager HRD ikut pula menguatkan saran dar asisten Gery tadi.“Tapi, Pak! Bukankah syaa baru saat saya diterima bekerja di sini saya sudah menandatangani surat perjanjian kontrak kerja di mana di situ tertera dengan jelas apa saja hak saya dan juga apa saja yang bisa membuat saya diberhentikan? Dan saya cukup yakin meskipun belum membacanya secara keseluruhan bahwa di situ tidak tercantum klausul soal saya akan dipecat bila memiliki urusan pribadi di masa lalu dengan bos di sini!” Eve memilih memprotes sang manager HRD. Karena memang urusan karyawan menurut hematnya adalah di bawah kekuasaannya dan bukan dari CEO sendiri.“Tapi kalau Pak Gery menyatakan Anda bersikap tidak sopan kepada atasan, saya tidak bisa membela, Eve. Anda tetap akan dipecat,” jawab manager HRD dengan wajah non sense.Ia sudah tua dan tentu tak berminat untuk mencari perkara dengan bos yang berkemungkinan bisa membuat masalah dalam pekerjaannya. Bisa-bisa malah posisinya yang ikut terancam gara-gara membela Eve yang rupanya juga tak kalah keras kepalanya.“Kalau begitu kakatan siapa yang bisa membela hak saya?” tanya Eve tanpa segan. Sunggu tekadnya semakin bulat untuk membela dirinya sendiri kala dilihatnya bahwa bahkan semua orang di perusahaan ini seakan-akan tak berkutik di hadapan kuasa Gery.Hening menguar beberapa saat lamanya di ruangan tersebut. Dan kemudian barulah Dave menyahut pelan, seolah ragu akan mengatakannya atau tidak. Namun, itu cukup terdengar di telinga Eve.“Nyonya Daphne Foster.”Tampang sang manager HRD berubah sengit. Ia melempar tatapan menegur ke arah Dave yang hanya mengedikkan bahunya bingung. Rasanya Dave tak bisa menolak pesona Eve dan malah membocorkan jalan bagi gadis muda energik itu untuk melakukan perlawanannya terhadap Gery.“Dan dia adalah ...?” tanya Eve mendekati Dave sambil memasang wajah penuh antusias. Kalau saja Dave adalah perempuan, ia pasti akan langsung memeluknya untuk mengucapkan rasa terima kasihnya yang tak berhingga. Setidaknya ada harapan untuknya bisa membela haknya untuk tetap bekerja di sana.“Dia adalah nenek dar Pak Gery. Kau akan bisa menemuinya di ruangan utama di lantai tujuh, bertuliskan nama beliau. Tapi ruangan itu berseberangan dengan ruangan Pak Gery—“ Belum sampai usai kalimat Dave saat memberi informasi, Eve sudah bergegas pamit dari ruangan itu dan setengah berlari ke lift untuk menuju ke tempat yang disebutkan oleh Dave barusan.“Nyonya Daphne Foster, semoga Anda tidak sepicik cucu Anda yang tengil itu,” bisiknya seraya terus mengayun langkah setelah keluar dari lift di lantai tujuh, mencari ruangan yang ada nama wanita bangsawan yang disebutnya itu.***Ruangan pribadi Nyonya Daphne dirancang khusus untuk bersantai dan dibuat senyaman mungkin untuk manula bangsawan sepertinya. Dia sudah tak aktif mengurus perusahaan. Dia hanya bertindak mengontrol cucunya agar Gery Foster tidak kumat di masa labilnya saja. Wanita dengan tampilan khas bangsawan yang selalu rapi dengan busana kerja semi formalnya itu tengah menyesap teh herbal hangat siang itu. Ya, beliau tak lagi mau meminum minuman dingin karena terbukti itu bisa membahayakan tenggorokan tuanya. Sesiang dan segerah apa pun, minuman hangat selalu menjadi pilihannya untuk diminum. “Nyonya, ada yang ingin bertemu,” lapor seorang wanita separuh baya yang adalah asisten pribadinya baik di kantor maupun di rumah. Wanita itu sudah mengabdi sejak Nyonya Daphne masih berusia muda dan baru menikah dnegan Darren Foster, mendiang kakek Gery. Mereka berdua pasangan suami istri yang bahu membahu memperbesar perusahaan keluarga itu hingga akhirnya menjadi sebesar sekarang. Dan semakin besar di baw
Sang asisten telah ditugaskan memanggil Gery untuk datang ke ruangan Nyonya Daphne. Dan setelah beberapa lama Eve menunggu dengan hati berdebar kencang, akhirnya terdengar juga suara pintu dibuka dan langkah kaki sang CEO dingin itu masuk menuju ke arah di mana Eve duduk dan menunduk dalam.“Kamu?” seru Gery yang terheran dengan menampakkan kerutan dalam di keningnya melihat sosok gadis yang sedari tadi membuatnya murka itu telah berada di ruangan sang nenek.“Untuk apa gadis ini di sini, Oma?” tanya Gery beralih kepada Nyonya Daphne.Nyonya Daphne dengan santai menghirup minumannya dan memasang wajah tanpa ekspresi.“Apa begitu adab kamu menyambut tamu, Gery? Meskipun dia adalah bawahan kamu, tapi di ruangan ini dia adalah tamuku. Tidak sepatutnya kamu bersikap seperti itu di hadapan tamu.” Nyonya Daphne menegur sang cucu. Hal itu spontan membuat Eve sedikit terguncang. Rupanya benar kata Dave bahwa nenek Gery sepertinya tidak bersikap memihak pada Gery meskipun beliau adalah cucunya
“Yess! Nyonya Daphne memang keren banget sih. Duh, pengen peluk aja rasanya!” ujar Eve selama dalam perjalanannya kembali ke ruangan sendiri. Di sana, ia berpapasan kembali dengan Dave yang mungkin hendak ke ruangan bosnya. Segera saja Eve menghampiri pria muda yang wajahnya lumayan tampan meskipun dengan kacamata kerja yang modelnya kurang gaul. “Dave! Makasih banyak, ya!” Serta merta Eve menggenggam dua tangan Dave dan berlompatan mengajak pria itu menari-nari kegirangan. “Hei, kau berhasil? Keren!” Dave ikut bersorak karena kebahagiaan Eve yang terpancar jelas dari wajah gadis itu begitu menghipnotisnya, menular kepadanya. Eve hanya mengangguk penuh semangat lalu bersorak, “Dan itu semua karena bantuanmu! Untung saja kamu langsung menyebut nama sakti itu, Dave.” Sungguh, kalau saja Dave perempuan, Eve tak akan ragu untuk langsung memeluk atau bahkan menciumi kedua pipinya. Sayangnya dia pria sehingga hal itu tak mungkin dilakukan. “Haha, mungkin memang sudah takdirmu bekerja d
Pada sisa hari itu, Gery uring-uringan terus. Ia mengomeli Dave dan juga beberapa manager yang kebetulan ada kesempatan menemuinya sore itu. Semuanya sampai bertanya-tanya kenapa dengan bos mereka. Terlihat sekali kalau suasana hatinya sedang buruk.“Kenapa dengan Pak Gery?” tanya Bu Jenni, manager marketing yang adalah atasan Eve.Dave yang ditanyai hanya mengedikkan bahu. Ia sendiri pun jadi tak enak hati karena suasana kerja tak nyaman lagi. Tak biasa-biasanya Pak Gery seperti itu setelah kejadian sekitar dua tahun lalu ketika ada masalah sangat pribadi yang membelit pria itu.Wanita itu lantas melangkah masuk ke ruangan CEO untuk menemui Pak Gery yang tadi saat di sambungan paralel kantor memanggilnya dengan nada suara yang terdengar sangat geram. Ia jadi sedikit takut apakah telah berbuat kesalahan atau apa sehingga sampai dipanggil mendadak begitu tanpa ada perlu sebelumnya.Di dalam, tampak pria tinggi itu sedang duduk di balik meja kerjanya dengan tatapan menunduk ke arah berk
Keesokan paginya, Sofia menyerahkan dokumen hasil penyelidikannya mengenai Eve. Sebuah berkas tebal yang berisi data diri, riwayat pendidikan serta hasil wawancara psikologi dari perusahaan Vinestra ditambah dengan data lain yang dicari dan amati sendiri oleh orang suruhan Sofia lengkap di situ.Nyonya Daphne yang baru sjaa selesai menghabiskan teh hangat paginya langsung menerima dan memeriksa lembaran demi lembaran berkas tersebut. Beberapa kali ia tampak berdecak kagum atau berdehem sedikit, tapi matanya tetap fokus seolah tak ingin ada yang terlewat ia periksa.“Luar biasa! Sudah kuduga Eve ini gadis yang lumayan istimewa. Betul begitu, kan, Sofia?” komentar Nyonya Daphne setelah menghabiskan beberapa lama memeriksa berkas di tangannya.“Betul sekali, Nyonya. Hampir tidak ada cacat dalam catatan prestasi dan hasil nilai selama pendidikannya. Juga sikap di luaran dan di keluarga terbilang cukup baik dan harmonis. Untuk kehidupan sosialnya, ia banyak bergaul dengan teman kuliah yang
Dan malam itu Gery tak keluar rumah. Ia yang biasanya lebih suka menghabiskan malam di cafe atau studio langganannya untuk menghilangkan stres sehabis bekerja dengan main billiard dan minum-minum bersama teman atau para kolega bisnisnya pun harus mengalah dan diam di rumah untuk menanti jam makan malam bersama sang nenek tersayang.Sudah diduganya bahwa sang nenek punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan karena tak biasanya wanita itu memintanya makan malam di rumah. Ya, selama ini Nyonya Daphne memang memberikan kebebasan untuk Gery di malam hari karena seharian sudah menyetirnya selama di perusahaan. Wanita bijaksana itu tentu tahu bahwa pemuda seusia Gery pasti juga butuh waktu untuk sendiri, menikmati hidupnya sebagai pemuda tanpa kekangan dan pengawasan ketat dari neneknya.“Apa aku mengganggu rencana besarmu malam ini, Gery?” tanya Nyonya Daphne ketika mereka akhirnya berkumpul di ruang makan besar dengan meja lonjong besar nan mewah yang sayangnya hanya akan ditempati oleh
Telah beberapa hari ini Eve harus lembur hingga malam. Ia bahkan belum pernah dengar kalau karyawan baru di masa magang sudah boleh dipekerjakan hingga larut malam. Tapi karena tegasnya sikap Bu Jenny, ia tak berani membantah. Terlebih beberapa waktu belakangan memang dilihatnya wanita atasannya itu bersikap sedikit aneh terhadap dirinya. Sepertinya ada yang salah tapi entah apa.Meski menjalani hari-hari yang berat di kantor, Eve menganggapnya sebagai ujian saat magang. Mungkin Vinestra adalah tipe perusahaan yang menempa karyawan barunya di awal untuk menjadi pekerja yang tangguh sehingga langsung membebankan pekerjaan berat dengan jam lembur yang panjang. Mungkin saja memang itu cara mereka untuk mencari pegawai terbaik di antara yang terbaik, pikir Eve menghibur dan menyemangati dirinya sendiri.Dan ketika Bu Jenny semakin hari semakin bersikap buruk dengan menyalahkannya atas beberapa hal yang bukan salahnya sama sekali, Eve tetap bersabar.“Kenapa dia? Sepertinya sedang ada masa
“Tapi, Pak. Memangnya kenapa kalau saya merasa tertarik dengan Eve dan ingin dekat dengannya? Bukankah itu boleh-boleh saja asalkan tidak mengganggu pekerjaan saya?” tanya Dave akhirnya. Sungguh ia mulai heran dengan larangan yang barusan dikemukakan oleh sang bos. Mengapa pula ia dilarang keras mendekati Eve? Apa jangan-jangan? Pikirannya jadi melantur ke mana-mana.Mendengar protes dari sang asisten, Gery langsung berang. Dianggapnya itu adalah sebuah sikap pembangkangan yang disengaja.“Oh, jadi sekarang kau berani melawan perintahku, begitu? Padahal biasanya kau selalu mengiyakan apa pun yang kumau. Ada apa denganmu? Lihat kan kalau kau sudah berubah sejak mengenal gadis itu. Itulah sebabnya aku menyuruhmu menjauh darinya, Dave. Itu semua demi kebaikanmu sendiri!” sergah Gery bertahan dengan pendapatnya bahwa semua adalah salah Eve.Dave semakin curiga. “Selama ini saya menuruti segala perintah Anda karena memang patut untuk dituruti, Pak. Tapi untuk kali ini maaf kalau saya harus
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Maaf, aku minta maaf karena belum bisa peka dengan apa yang kamu rasakan. Maaf karena sudah membuatmu cemburu dan sakit hati, Eve,” bisik Gery pelan. Sekarang ini keduanya masih berpelukan, bahkan pelukan itu semakin menguat saat Gery membisikkan kata-kata itu.Gery merasa bersalah. Sebab kemarin pun tadi dirinya tidak menjelaskan apa pun pada Eve. Walaupun apa yang Eve lihat tadi tidak sepenuhnya benar. Eve sepertinya memang tidak melihat kejadian itu sampai akhir hingga akhirnya menyimpulkan begitu.Saat merasa jika Eve sudah lebih tenang, Gery pun mencoba melepas pelukan keduanya. Laki-laki itu menatap dalam dan penuh kasih ke arah netra Eve. Eve lagi-lagi dibuat tersipu karena mendapatkan perlakuan manis dari Gery. Eve lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Kedua tangannya juga saling bertautan dan memelintir ujung bajunya. Gery tersenyum tipis saat melihat bagaimana gemetarnya tangan Eve itu.Entah apa yang membuat Eve begitu malu. Gery tidak tahu. En
“Aku tidak bisa diam saja. Eve kasihan sekali. Dia terlihat sangat sedih tadi. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga!” putus Cindy cepat.“Enak saja mereka sudah buat sahabatku sakit hati tapi tidak merasa bersalah sedikit pun. Dan Gery juga kurang ajar sekali! Dasar laki-laki!” Cindy bersungut-sungut. Rasa kesalnya sungguh tidak bisa ditahan lagi.Dia hanya tidak mau jika sahabatnya bersedih karena Gery atau siapa pun itu. Walaupun Gery adalah kekasih Eve tetapi dia sangat tidak rela jika laki-laki itu menyakiti Eve. Cindy tidak akan tinggal diam jika hal itu terjadi.Cindy masih teringat bagaimana sembab juga merahnya wajah Eve tadi. Ucapannya pun begitu menyayat hati. Rasanya, sahabatnya itu terlihat buruk sekali. Eve sendiri sudah pulang sekarang ini. Karena itulah dirinya berani berkata-kata kasar juga mengumpati kekasih Eve itu.Tanpa menunggu lagi, Cindy bergegas bangkit dari kursinya dan menuju mobilnya. Cindy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah dua ouluh m
Di perjalanan, tepatnya di dalam mobil Gery yang sedang menuju kantor Eve hanya diam membisu. Gery yang melihatnya pun sedikit heran, tetapi dia tidak berniat sedikit pun untuk bertanya. Dia berpikir jika mungkin saja Eve sedang tidak ingin berbicara.Sampai di kantor, Eve pun tak juga bersuara. Wanita cantik itu bahkan langsung turun tanpa berpamitan pada Gery yang masih duduk di kursi kemudi. “Ada apa sebenarnya dengan Eve? Kenapa sikapnya begitu berbeda?” Gery bertanya-tanya, tetapi tak berlangsung lama. Laki-laki itu menggeleng kemudian turun dan masuk ke ruangannya. Di ruangannya, Eve langsung mendudukkan dirinya dengan sedikit kasar di kursi kerjanya. Hatinya sakit. Perasaannya tak keruan sekarang. Dirinya pun bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri padahal tadi dia sendirilah yang menyetujui permintaan Ny. Andrews. Akan tetapi, sekarang dirinya malah merasa menyesal.Sebenarnya, Eve tidak ingin jika Gery menyadari sikap cemburunya. Namun, entah kenapa sangat sul
Pagi ini, Eve dan Gery memang sudah memiliki janji untuk menjenguk Cheryl yang masih berada di rumah sakit. Keduanya akan pergi bersama. Semua itu atas inisiatif Eve yang ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Cheryl sekarang ini. Sebagai sesama wanita, Eve pun merasa sangat iba pada Cheryl. Apalagi setelah tahu jika selama ini wanita cantik berprofesi sebagai model itu tidak terlalu mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hati Eve ikut sesak mendengarnya. Eve sekarang ini sedang bersiap di kamarnya. Dia sengaja melakukan semua rutinitasnya dengan santai karena Gery sendiri tidak keberatan jika harus menunggunya. Karena itulah Eve sedikit memanfaatkannya untuk bersantai ria.Dering ponselnya membuat Eve harus meletakkan bedak yang baru saja akan dipakainya. Dengan sedikit malas, Eve mengambil ponselnya. Namun, sedetik kemudian senyumnya mengembang saat tahu siapa yang meneleponnya sekarang.Tanpa membuang waktu, Eve lantas menerimanya dan bersuara. “Halo?”“Halo, Eve. Apa ka
“Saya pamit. Semoga Cheryl segera pulih supaya tidak menjadi beban bagi orang lain lagi,” ucap Ny. Daphne seraya menyindir.Ny. Andrews menampilkan senyumannya, dari raut wajahnya tampak dia terpaksa. Ucapan Ny. Daphne memang menohok, cukup membuat Ny. Andrews tak berkutik.“Terima kasih telah berkenan menjenguk Cheryl, Ny. Daphne,” balas Ny. Andrews.“Sama-sama. Sampaikan salam saya ketika dia sadar,” ujar Ny. Daphne.“Baik, Ny. Daphne. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas kunjungannya.”Ny. Daphne keluar meninggalkan ruangan bersama Sofia. Ny. Andrews mengantarnya hingga depan pintu ruangan. Ny. Andrews menatap kepergian Ny. Daphne dan Sofia hingga mereka menghilang dari pandangannya.Ny. Andrews kembali masuk ke dalam ruangan putrinya. Dia menatap Cheryl dengan intens. Ny. Andrews menginginkan Cheryl segera pulih, dia ingin putrinya kembali seperti sedia kala.Ny. Andrews duduk di samping ranjang. Melihat putrinya yang tak berdaya serta dipenuhi alat medis di badannya memb
Sudah tiga hari Gery rutin menjenguk Cheryl. Dia sebenarnya ingin berhenti saja, tetapi Ny. Andrews terus mengiba. Ny. Andrews ingin Cheryl kembali pulih secepatnya.“Saya sudah berusaha, Tante, tapi Cheryl belum juga pulih seperti semula. Memangnya mau sampai kapan saya harus begini?”Gery tentu saja kesal, karena pekerjaannya juga menjadi terganggu. Eve mengelus tangan Gery, berharap dia lebih sabar lagi untuk membantu kesembuhan Cheryl.“Saya minta maaf karena waktumu terganggu. Tapi mohon, bantu saya sedikit lagi. Saya yakin Cheryl akan segera pulih jika kamu terus menjenguknya ke sini,” ujar Ny. Andrews.“Iya, Gery. Sedikit lagi saja, aku juga yakin Cheryl akan segera pulih,” tambah Eve.Mereka kini tengah berada di rumah sakit, tepatnya dalam ruangan di mana Cheryl dirawat. Gery melirik ke arah Cheryl yang masih terbaring lemah, belum sepenuhnya sadar. Dalam hatinya, Gery berharap Cheryl segera pulih supaya dia tidak perlu berurusan lagi dengan Ny. Andrews.“Baiklah,” ucap Gery
“Eve!” panggil Bu Kate seraya mengetuk pintu kamar putrinya.“Iya, Ibu,” sahut Eve dari dalam.“Ibu boleh masuk?” tanya Bu Kate.“Masuk saja, Ibu,” balas Eve.Eve sedang merias wajahnya dengan sedikit polesan make up. Gadis itu duduk di hadapan cermin, wajahnya tampak sangat cantik. Bu Kate tersenyum ketika melihat putrinya.“Gery sudah menunggu di depan,” ujar Bu Kate.“Benarkah?” tanya Eve.Bu Kate mengangguk, Eve segera merampungkan riasan pada wajahnya. Eve tak mau Gery terlalu lama menunggunya. Eve mengambil tas selempangnya, lalu memakai sepatu.“Kalau begitu, Eve pergi dulu,” pamit Eve.Eve berpamitan pada Bu Kate, dia berjalan menuju depan rumahnya. Ternyata benar saja, Gery sudah duduk ditemani secangkir kopi.“Sudah selesai?” tanya Gery.Eve mengangguk, Gery tersenyum tipis. Gery masuk ke dalam terlebih dahulu untuk berpamitan pada Bu Kate. Setelahnya, Gery dan Eve berjalan menuju mobil yang telah terparkir.Gery membukakan pintu mobil untuk Eve. Setelah itu, dia mengitari m