Pada sisa hari itu, Gery uring-uringan terus. Ia mengomeli Dave dan juga beberapa manager yang kebetulan ada kesempatan menemuinya sore itu. Semuanya sampai bertanya-tanya kenapa dengan bos mereka. Terlihat sekali kalau suasana hatinya sedang buruk.“Kenapa dengan Pak Gery?” tanya Bu Jenni, manager marketing yang adalah atasan Eve.Dave yang ditanyai hanya mengedikkan bahu. Ia sendiri pun jadi tak enak hati karena suasana kerja tak nyaman lagi. Tak biasa-biasanya Pak Gery seperti itu setelah kejadian sekitar dua tahun lalu ketika ada masalah sangat pribadi yang membelit pria itu.Wanita itu lantas melangkah masuk ke ruangan CEO untuk menemui Pak Gery yang tadi saat di sambungan paralel kantor memanggilnya dengan nada suara yang terdengar sangat geram. Ia jadi sedikit takut apakah telah berbuat kesalahan atau apa sehingga sampai dipanggil mendadak begitu tanpa ada perlu sebelumnya.Di dalam, tampak pria tinggi itu sedang duduk di balik meja kerjanya dengan tatapan menunduk ke arah berk
Keesokan paginya, Sofia menyerahkan dokumen hasil penyelidikannya mengenai Eve. Sebuah berkas tebal yang berisi data diri, riwayat pendidikan serta hasil wawancara psikologi dari perusahaan Vinestra ditambah dengan data lain yang dicari dan amati sendiri oleh orang suruhan Sofia lengkap di situ.Nyonya Daphne yang baru sjaa selesai menghabiskan teh hangat paginya langsung menerima dan memeriksa lembaran demi lembaran berkas tersebut. Beberapa kali ia tampak berdecak kagum atau berdehem sedikit, tapi matanya tetap fokus seolah tak ingin ada yang terlewat ia periksa.“Luar biasa! Sudah kuduga Eve ini gadis yang lumayan istimewa. Betul begitu, kan, Sofia?” komentar Nyonya Daphne setelah menghabiskan beberapa lama memeriksa berkas di tangannya.“Betul sekali, Nyonya. Hampir tidak ada cacat dalam catatan prestasi dan hasil nilai selama pendidikannya. Juga sikap di luaran dan di keluarga terbilang cukup baik dan harmonis. Untuk kehidupan sosialnya, ia banyak bergaul dengan teman kuliah yang
Dan malam itu Gery tak keluar rumah. Ia yang biasanya lebih suka menghabiskan malam di cafe atau studio langganannya untuk menghilangkan stres sehabis bekerja dengan main billiard dan minum-minum bersama teman atau para kolega bisnisnya pun harus mengalah dan diam di rumah untuk menanti jam makan malam bersama sang nenek tersayang.Sudah diduganya bahwa sang nenek punya sesuatu yang penting untuk dibicarakan karena tak biasanya wanita itu memintanya makan malam di rumah. Ya, selama ini Nyonya Daphne memang memberikan kebebasan untuk Gery di malam hari karena seharian sudah menyetirnya selama di perusahaan. Wanita bijaksana itu tentu tahu bahwa pemuda seusia Gery pasti juga butuh waktu untuk sendiri, menikmati hidupnya sebagai pemuda tanpa kekangan dan pengawasan ketat dari neneknya.“Apa aku mengganggu rencana besarmu malam ini, Gery?” tanya Nyonya Daphne ketika mereka akhirnya berkumpul di ruang makan besar dengan meja lonjong besar nan mewah yang sayangnya hanya akan ditempati oleh
Telah beberapa hari ini Eve harus lembur hingga malam. Ia bahkan belum pernah dengar kalau karyawan baru di masa magang sudah boleh dipekerjakan hingga larut malam. Tapi karena tegasnya sikap Bu Jenny, ia tak berani membantah. Terlebih beberapa waktu belakangan memang dilihatnya wanita atasannya itu bersikap sedikit aneh terhadap dirinya. Sepertinya ada yang salah tapi entah apa.Meski menjalani hari-hari yang berat di kantor, Eve menganggapnya sebagai ujian saat magang. Mungkin Vinestra adalah tipe perusahaan yang menempa karyawan barunya di awal untuk menjadi pekerja yang tangguh sehingga langsung membebankan pekerjaan berat dengan jam lembur yang panjang. Mungkin saja memang itu cara mereka untuk mencari pegawai terbaik di antara yang terbaik, pikir Eve menghibur dan menyemangati dirinya sendiri.Dan ketika Bu Jenny semakin hari semakin bersikap buruk dengan menyalahkannya atas beberapa hal yang bukan salahnya sama sekali, Eve tetap bersabar.“Kenapa dia? Sepertinya sedang ada masa
“Tapi, Pak. Memangnya kenapa kalau saya merasa tertarik dengan Eve dan ingin dekat dengannya? Bukankah itu boleh-boleh saja asalkan tidak mengganggu pekerjaan saya?” tanya Dave akhirnya. Sungguh ia mulai heran dengan larangan yang barusan dikemukakan oleh sang bos. Mengapa pula ia dilarang keras mendekati Eve? Apa jangan-jangan? Pikirannya jadi melantur ke mana-mana.Mendengar protes dari sang asisten, Gery langsung berang. Dianggapnya itu adalah sebuah sikap pembangkangan yang disengaja.“Oh, jadi sekarang kau berani melawan perintahku, begitu? Padahal biasanya kau selalu mengiyakan apa pun yang kumau. Ada apa denganmu? Lihat kan kalau kau sudah berubah sejak mengenal gadis itu. Itulah sebabnya aku menyuruhmu menjauh darinya, Dave. Itu semua demi kebaikanmu sendiri!” sergah Gery bertahan dengan pendapatnya bahwa semua adalah salah Eve.Dave semakin curiga. “Selama ini saya menuruti segala perintah Anda karena memang patut untuk dituruti, Pak. Tapi untuk kali ini maaf kalau saya harus
“Oh, hai Eve. Aku baru saja membicarakanmu dengan Sofia,” sapa Nyonya Daphne yang menyambut kemunculan Eve di ruangannya.Wanita itu melirik ke arah jam di dinding yang belum menunjukkan angka jam istirahat bagi karyawan biasa, jadi ia mengira pasti Eve ada urusan mendesak lagi kali ini. Apakah Gery mempersulitnya lagi? Nyonya Daphne bertanya-tanya dalam hati.“Maafkan saya, Nyonya. Tapi saya harus kembali lancang datang ke sini karena Pak Gery lagi-lagi membuat masalah. Dia memecat asistennya hanya karena ketahuan sedang berbincang dengan saya sebentar tadi di koridor. Sungguh, saya rasa itu bukan kesalahan yang patut dihukum sebegitu beratnya, Nyonya.” Eve mencerocos mengadukan apa yang menjadi fokus tujuannya datang ke ruangan itu.Tampak Nyonya Daphne terkejut mendengar berita tersebut.“Astaga! Kenapa anak itu! Ya ampun,” keluh Nyonya Daphne kemudian. Ia sampai kembali mendudukkan dirinya di sofa untuk menenangkan diri sebab menurutkan emosi tidak akan baik untuk kesehatan jantun
Gery cukup marah ketika tahu bahwa lagi-lagi Eve mengadukan perihal pemecatan Dave kepada neneknya. Namun, belum sempat ia mengkonfrontir sang nenek yang dengan terlalu baik hatinya memberikan pekerjaan di divisi lain untuk Dave, ia sudah disibukkan dengan banyaknya pekerjaan yang ditinggalkan oleh sang mantan asisten.Sofia langsung mengingatkannya bahwa ia harus segera mencari asisten lain pengganti Dave. Dan wanita yang sudah dianggap seperti keluarga sendiri juga oleh Gery itu malah dengan cueknya mengusulkan nama Eve. Sementara Nyonya Daphne hanya diam dan memperhatikan reaksi cucunya yang mondar-mandir bingung.“Bagaimana kalau Nona Eve saja yang diminta untuk menggantikan posisi Dave, Pak?” usul Sofia.Tentu saja Gery terperangah mendengarnya. “Astaga! Jangan pernah sebut nama itu di depanku, Sofia. Kalau tidak, mulai sekarang aku akan berhenti menganggapmu sebagai penasihat yang bijak!” tegur Gery sarkastik.Sofia mendesah panjang. “Tapi mencari seorang asisten yang kompeten t
“Siang Eve, mari silakan duduk. Aku sudah menunggumu,” jawab Nyonya Daphne.Eve menarik bibirnya tersenyum meskipun dalam dadanya masih berdebar kencang, ingin tahu apa sebenarnya keperluan Nyonya Daphne terhadapnya hari itu.Ia lantas duduk di hadapan sang Nyonya sambil berusaha keras menyamankan dirinya. Sofia segera datang kembali dengan membawa nampan berisi minuman dingin untuknya.“Terima kasih sekali, Bu Sofia,” ujar Eve seraya langsung menyeruput minumannya. Cukup memberikan kesejukan di tenggorokan yang diharapkan juga bisa mendinginkan perasaannya. Astaga, lain waktu ia harus berterima kasih secara khusus kepada Sofia karena wanita itu seringkali menyelamatkannya dari kondisi yang tidak nyaman bahkan tanpa diminta.Sejenak hening meraja. Nyonya Daphne sepertinya menunggu hingga Eve selesai menikmati minuman dinginnya baru kemudian ia bersuara.“Kau sedang sibuk di divisimu, Eve?” tanya sang Nyonya mengawali pembicaraan.“Yeah, lumayan banyak, Nyonya. Sesungguhnya Bu Jenni me
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Maaf, aku minta maaf karena belum bisa peka dengan apa yang kamu rasakan. Maaf karena sudah membuatmu cemburu dan sakit hati, Eve,” bisik Gery pelan. Sekarang ini keduanya masih berpelukan, bahkan pelukan itu semakin menguat saat Gery membisikkan kata-kata itu.Gery merasa bersalah. Sebab kemarin pun tadi dirinya tidak menjelaskan apa pun pada Eve. Walaupun apa yang Eve lihat tadi tidak sepenuhnya benar. Eve sepertinya memang tidak melihat kejadian itu sampai akhir hingga akhirnya menyimpulkan begitu.Saat merasa jika Eve sudah lebih tenang, Gery pun mencoba melepas pelukan keduanya. Laki-laki itu menatap dalam dan penuh kasih ke arah netra Eve. Eve lagi-lagi dibuat tersipu karena mendapatkan perlakuan manis dari Gery. Eve lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Kedua tangannya juga saling bertautan dan memelintir ujung bajunya. Gery tersenyum tipis saat melihat bagaimana gemetarnya tangan Eve itu.Entah apa yang membuat Eve begitu malu. Gery tidak tahu. En
“Aku tidak bisa diam saja. Eve kasihan sekali. Dia terlihat sangat sedih tadi. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga!” putus Cindy cepat.“Enak saja mereka sudah buat sahabatku sakit hati tapi tidak merasa bersalah sedikit pun. Dan Gery juga kurang ajar sekali! Dasar laki-laki!” Cindy bersungut-sungut. Rasa kesalnya sungguh tidak bisa ditahan lagi.Dia hanya tidak mau jika sahabatnya bersedih karena Gery atau siapa pun itu. Walaupun Gery adalah kekasih Eve tetapi dia sangat tidak rela jika laki-laki itu menyakiti Eve. Cindy tidak akan tinggal diam jika hal itu terjadi.Cindy masih teringat bagaimana sembab juga merahnya wajah Eve tadi. Ucapannya pun begitu menyayat hati. Rasanya, sahabatnya itu terlihat buruk sekali. Eve sendiri sudah pulang sekarang ini. Karena itulah dirinya berani berkata-kata kasar juga mengumpati kekasih Eve itu.Tanpa menunggu lagi, Cindy bergegas bangkit dari kursinya dan menuju mobilnya. Cindy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah dua ouluh m
Di perjalanan, tepatnya di dalam mobil Gery yang sedang menuju kantor Eve hanya diam membisu. Gery yang melihatnya pun sedikit heran, tetapi dia tidak berniat sedikit pun untuk bertanya. Dia berpikir jika mungkin saja Eve sedang tidak ingin berbicara.Sampai di kantor, Eve pun tak juga bersuara. Wanita cantik itu bahkan langsung turun tanpa berpamitan pada Gery yang masih duduk di kursi kemudi. “Ada apa sebenarnya dengan Eve? Kenapa sikapnya begitu berbeda?” Gery bertanya-tanya, tetapi tak berlangsung lama. Laki-laki itu menggeleng kemudian turun dan masuk ke ruangannya. Di ruangannya, Eve langsung mendudukkan dirinya dengan sedikit kasar di kursi kerjanya. Hatinya sakit. Perasaannya tak keruan sekarang. Dirinya pun bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri padahal tadi dia sendirilah yang menyetujui permintaan Ny. Andrews. Akan tetapi, sekarang dirinya malah merasa menyesal.Sebenarnya, Eve tidak ingin jika Gery menyadari sikap cemburunya. Namun, entah kenapa sangat sul
Pagi ini, Eve dan Gery memang sudah memiliki janji untuk menjenguk Cheryl yang masih berada di rumah sakit. Keduanya akan pergi bersama. Semua itu atas inisiatif Eve yang ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Cheryl sekarang ini. Sebagai sesama wanita, Eve pun merasa sangat iba pada Cheryl. Apalagi setelah tahu jika selama ini wanita cantik berprofesi sebagai model itu tidak terlalu mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hati Eve ikut sesak mendengarnya. Eve sekarang ini sedang bersiap di kamarnya. Dia sengaja melakukan semua rutinitasnya dengan santai karena Gery sendiri tidak keberatan jika harus menunggunya. Karena itulah Eve sedikit memanfaatkannya untuk bersantai ria.Dering ponselnya membuat Eve harus meletakkan bedak yang baru saja akan dipakainya. Dengan sedikit malas, Eve mengambil ponselnya. Namun, sedetik kemudian senyumnya mengembang saat tahu siapa yang meneleponnya sekarang.Tanpa membuang waktu, Eve lantas menerimanya dan bersuara. “Halo?”“Halo, Eve. Apa ka
“Saya pamit. Semoga Cheryl segera pulih supaya tidak menjadi beban bagi orang lain lagi,” ucap Ny. Daphne seraya menyindir.Ny. Andrews menampilkan senyumannya, dari raut wajahnya tampak dia terpaksa. Ucapan Ny. Daphne memang menohok, cukup membuat Ny. Andrews tak berkutik.“Terima kasih telah berkenan menjenguk Cheryl, Ny. Daphne,” balas Ny. Andrews.“Sama-sama. Sampaikan salam saya ketika dia sadar,” ujar Ny. Daphne.“Baik, Ny. Daphne. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas kunjungannya.”Ny. Daphne keluar meninggalkan ruangan bersama Sofia. Ny. Andrews mengantarnya hingga depan pintu ruangan. Ny. Andrews menatap kepergian Ny. Daphne dan Sofia hingga mereka menghilang dari pandangannya.Ny. Andrews kembali masuk ke dalam ruangan putrinya. Dia menatap Cheryl dengan intens. Ny. Andrews menginginkan Cheryl segera pulih, dia ingin putrinya kembali seperti sedia kala.Ny. Andrews duduk di samping ranjang. Melihat putrinya yang tak berdaya serta dipenuhi alat medis di badannya memb
Sudah tiga hari Gery rutin menjenguk Cheryl. Dia sebenarnya ingin berhenti saja, tetapi Ny. Andrews terus mengiba. Ny. Andrews ingin Cheryl kembali pulih secepatnya.“Saya sudah berusaha, Tante, tapi Cheryl belum juga pulih seperti semula. Memangnya mau sampai kapan saya harus begini?”Gery tentu saja kesal, karena pekerjaannya juga menjadi terganggu. Eve mengelus tangan Gery, berharap dia lebih sabar lagi untuk membantu kesembuhan Cheryl.“Saya minta maaf karena waktumu terganggu. Tapi mohon, bantu saya sedikit lagi. Saya yakin Cheryl akan segera pulih jika kamu terus menjenguknya ke sini,” ujar Ny. Andrews.“Iya, Gery. Sedikit lagi saja, aku juga yakin Cheryl akan segera pulih,” tambah Eve.Mereka kini tengah berada di rumah sakit, tepatnya dalam ruangan di mana Cheryl dirawat. Gery melirik ke arah Cheryl yang masih terbaring lemah, belum sepenuhnya sadar. Dalam hatinya, Gery berharap Cheryl segera pulih supaya dia tidak perlu berurusan lagi dengan Ny. Andrews.“Baiklah,” ucap Gery
“Eve!” panggil Bu Kate seraya mengetuk pintu kamar putrinya.“Iya, Ibu,” sahut Eve dari dalam.“Ibu boleh masuk?” tanya Bu Kate.“Masuk saja, Ibu,” balas Eve.Eve sedang merias wajahnya dengan sedikit polesan make up. Gadis itu duduk di hadapan cermin, wajahnya tampak sangat cantik. Bu Kate tersenyum ketika melihat putrinya.“Gery sudah menunggu di depan,” ujar Bu Kate.“Benarkah?” tanya Eve.Bu Kate mengangguk, Eve segera merampungkan riasan pada wajahnya. Eve tak mau Gery terlalu lama menunggunya. Eve mengambil tas selempangnya, lalu memakai sepatu.“Kalau begitu, Eve pergi dulu,” pamit Eve.Eve berpamitan pada Bu Kate, dia berjalan menuju depan rumahnya. Ternyata benar saja, Gery sudah duduk ditemani secangkir kopi.“Sudah selesai?” tanya Gery.Eve mengangguk, Gery tersenyum tipis. Gery masuk ke dalam terlebih dahulu untuk berpamitan pada Bu Kate. Setelahnya, Gery dan Eve berjalan menuju mobil yang telah terparkir.Gery membukakan pintu mobil untuk Eve. Setelah itu, dia mengitari m