“Oh, astaga! Apa harus sekarang juga, Sofia?” tanya Gery sambil melempar pandangan tak sukanya pada kehadiran Eve di ruangan tersebut.“Tuh, kan. Kubilang juga apa, Bu. Dia pasti menolak keras,” ucap Eve lirih dari belakang tubuh Sofia.“Pak, ini perintah Nyonya Daphne. Lagipula saya rasa memang Anda membutuhkan bantuan Nona Eve saat ini juga. Lihat saja itu,” jawab Sofia seraya telunjuknya mengarah kepada tumpukan berkas yang memang baru saja diambil Gery dari ruangan Dave.Sedari tadi Gery sedang akan mencari data untuk presentasi di meeting mendatang tapi tak tahu di mana Dave menyimpannya. Alhasil, ia jadi harus mencarinya di antara seluruh tumpukan yang ada, tanpa petunjuk sama sekali. Dan hal itu membuatnya pusing sejak tadi! Ya, faktanya memang ia segera butuh bantuan. Tapi dari Eve? Ya ampun!“Kalau Anda keberatan aku bisa kembali ke Bu Jenni dengan sangat senang hati,” ujar Eve dengan berani sambil berharap dalam hati Gery akan mengiyakan hal itu.Gery lantas menoleh ke arah
Sore harinya sebelum jam pulang kantor, Nyonya Daphne sengaja mendatangi ruangan Eve untuk memberitahukan secara langsung undangannya.“Eve, bisa kau datang ke kediaman kami nanti malam?” tanya Nyonya Daphne setelah berada di ruangan sempit tempat kerja Eve tersebut.“Ap-apa, Nyonya? Ke kediaman Nyonya? Tapi untuk apa?” tanya Eve terkejut sekali mendengar undangan mendadak tersebut. Ayolah, pergi ke rumah Gery--bos yang dibencinya itu? Ogah sekali rasanya!“Aku mengundangmu untuk makan malam bersama kami, aku dan Gery. Kita rasanya butuh saling lebih mengenal satu sama lain agar bisa bekerja sama dengan jauh lebih baik,” jawab Nyonya Daphne yang ditemani juga oleh Sofia. Kali ini Sofia tidak mengatakan apa pun. Tapi jelas sekali bahwa wanita itu pun adalah salah satu penggagas rencana Nyonya Daphne tersebut.Otak Eve langsung berpikir keras mencari alasan apa yang bisa dipakainya untuk menolak undangan itu. Penolakan yang tidak akan membuat sang atasan yang sudah banyak membantunya it
“Siapa di luar, Ma?” Pak James bertanya kepada istrinya kala ada sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan pintu pagar rumah mereka. Karena Eve tidak memiliki satpan rumah, maka harus Bu Kate yang bergegas membukakan pintu untuk sang tamu.“Itu sopir dari keluarga Foster, Pa, bos di Vinestra. Kau tahu, anak kita diundang makan malam oleh Nyonya Daphne, pemilik dari Vinestra,” jawab Bu Kate sambi tersenyum bangga.Tampak Pak James mengernyitkan keningnya, “Wah, bisa begitu, ya? Sampai dijemput dengan mobil mewah begitu,” ucap sang suami.“Begitulah, kita doakan saja Eve tidak membuat masalah, Pa. Papa kan tau sendiri dia itu tidak bisa dikekang. Dan bosnya yang masih muda itu lumayan otoriter sepertinya. Mama takut Eve malah bersikap tidak sopan pada mereka,” keluh Bu Kate yang masih khawatir akan sikap Eve di sana nantinya.“Kurasa Eve akan bisa menjaga dirinya, Ma. Jangan cemas begitu,” hibur Pak James kemudian terdiam dan melempar senyum kepada putrinya yang kini sedang menuju ke a
Usai makan malam yang Eve lewati dengan hambar karena rasa penasarannya, benarlah Nyonya Daphne mengajaknya berkeliling ke ruangan besar di bagian dalam dari lorong ke dua yang mengarah ke kamar-kamar penghuninya.Ketika pintu dibukakan oleh snag pelayan yang mengikuti kami, Eve disambut oleh pemandangan seantero dinding yang penuh dengan foto keluarga itu. Memang tadi di ruang tamu maupun di ruang makan juga sudah ada sebuah pigora megah yang tergantung berisi foto keluarga Foster, tetapi hanya satu di tiap ruangan, sementara di ruangan yang satu ini terdapat banyak sekali, hampir tak terhitung oleh Eve meskipun ia mencoba menghitung cepat melalui ekor matanya.Tampaknya segala moment diabadikan di dalam foto lalu dibingkai dalam pigura yang mewah dan diletakkan di sana sebagai kenangan terakhir yang ditinggalkan oleh kedua orang tua Gery dan juga mendiang kakeknya.“Di sini adalah tempat tersimpannya kenangan dari seluruh anggota keluarga Foster, Eve. Kami memang sudah digariskan me
Eve terenyuh juga mendengar kisah masa lalu Gery tersebut. Ia mendesah panjang dan mencoba menyembunyikan rasa simpatinya karena tak ingin disangka semudah itu mengubah rasa. Tapi, ketika kemudian Nyonya Daphne menceritakan kisah pilu selanjutnya, pertahanan Eve roboh seketika. Ia langsung merasa begitu iba kepada nasib yang dialami oleh Gery dan sepertinya bisa memaklumi perubahan sikapnya setelah mengalami dua kejadian super memilukan itu.“Dia baru sedikit lebih bisa ceria ketika bertemu dengan Cheryl. Gadis cantik teman sekolahnya itu seringkali menjadi alasan kebahagiaan Gery kala ia bercerita tentang moment yang dilaluinya di sekolah dengan gadis itu.” Nyonya Daphne bercerita.Eve terus diam mendengarkan dengan seksama kisah yang semakin menarik itu. Rasnaya ia mulai bisa menelisik bagaimana kepribadian Gery pada mulanya.“Sampai kuliah mereka terus memilih satu sekolah dan kampus yang sama. Bahkan kami, saya dan orangtua Cheryl, sudah bersepakat akan menjodohkan keduanya ketika
“Jangan mentang-mentang kau dekat dengan nenekku lalu kau bisa seenaknya di sini. Lekas kerjakan pekerjaanmu!” Gery menegur Eve yang saat itu tengah mengobrol sebentar dengan seorang temannya di koridor kantor. Eve terbelalak karena malu ditegur di depan karyawan lain. Padahal ia hanya sedang menanyakan perihal sebuah berkas yang ia butuhkan untuk mendukung pekerjaannya. Namun, HENDak langsung membantah ia tak bisa sebab usai menegur Eve dengan semena-mena tadi, Gery langsung ngeloyor pergi. Tinggallah Eve yang memerah mukanya setengah malu dan setengah marah. “Ingin kuhajar saja rasanya dia!” umpat Eve. Rekan kerjanya terkikik geli, “Memangnya kau berani dengan Pak Gery?” cibir sang rekan. “Ngapain takut sama kulkas angkuh kayak gitu! Aku nggak takut selama aku tidak berbuat salah,” jawab Eve dengan tegasnya. “Yah, aku juga tahu sih kamu dekat dengan Nyonya Daphne. Tentu saja kau berani, pelindungmu luar bisa, haha.” Lagi, rekannya tadi mencibir. Eve kemudian memutar bola matany
Kabar kedekatan Eve dengan Nyonya Daphne dan juga diangkatnya ia menjadi lp Gery tentu tak lepas juga dari perhatian seisi perusahaan. Mulai santer kabvar beredar bahwa ada sesuatu yang terjadi antara Eve dengan Gery. Dan gosip tak menyenangkan pun tak dapat terhindarkan. Eve kini mengahdapi suasana yang tak enak karena setiap di kantin, akan terdengar bisik-bisik para staf lain sambil melirik ke arahnya. Terasa sekali bahwa mereka pasti tengah membicarakan perihal dirinya. Eve awalnya mencoba cuek dan mengabaikan mereka, tapi lama-kelamaan ia jengah juga. Akhirnya ia tak lagi pernah ke kantin. Ia sengaja minta mamanya untuk menyiapkan bekal makan siang setiap hari dengan dalih tak sempat kalau harus mengantri makanan di kantin. “Eve, kau dengar kabar yang beredar tentangmu di kalangan karyawan, nggak?” Dave bertanya pada suatu hari kala mereka memutuskan janjian untuk makan siang berdua di sebuah spot taman Vinestra. “Entahlah, pasti tidak jauh-jauh dari gosip tentang kedekatank
Esok harinya ketika berangkat kerja, Eve terkejut kala melihat Dave yang sudah menghadangnya di area parkir basement kantor tempatnya biasa meletakkan mobil.“Kenapa tidak meneleponku, Eve? Semalaman aku menunggu kabar darimu.” Tanya Dave setelah Eve menutup dan mengunci pintu mobilnya.“Hmm? Meneleponmu? Tapi kan aku tidak ada perlu?” Eve malah bingung karena ia tidak mengerti mengapa Dave menunggu telepon darinya. Kabar apa memangnya?“Astaga! Apa kau lupa belum membuka kotak yang kuberikan kemarin?” tanya Dave lagi. Pria itu tampak sedikit frustasi.“Ya ampun, maaf, Dave. Aku kemarin membukanya di mobil lalu karena isinya agenda dnegan banyak tulisan, aku berniat membacanya sesampai di rumah, tapi ... emm ... aku sibuk dan lupa, hehe.” Eve mencoba meminta maaf karena ia memang lupa sama sekali tentang agenda Dave semalam.Dave menepuk dahinya keras dengan wajah semakin frustasi.“Maaf, ya? Apa itu penting? Atau aku bacasekarang aja, ya? Sebentar!” Eve merasa bersalah dan bergegas m
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Pranggg ….!”Suara nyaring gelas yang dilemparkan ke lantai memenuhi pendengaran penghuni keluarga Andrew. Seorang wanita keluar dari dapur dengan langkah terburu-buru. Dia pelayan di rumah Cheryl. Wanita itu segera bergegas menghampiri sumber suara yang memecah keheningan pagi. Perempuan bernama Ruth itu tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar Cheryl.Di sana ia melihat pemandangan yang akhir-akhir ini makin sering terjadi dan memilukan.Cheryl sedang berdiri di dekat jendela, berdiri menatap halaman depan rumah.Ruth segera mengambil sapu dan memunguti sisa-sisa pecahan gelas itu tanpa berkata apa-apa. Ia tahu sang nona rumah sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.Perempuan itu baru bekerja tiga bulan di rumah keluarga orang tua Cheryl sejak gadis itu dirawat di rumah sakit. Dari hari ke hari Ruth merasa pekerjaannya semakin berat karena akhir-akhir ini Cheryl sering histeris dan mengamuk tidak jelas.“Biarkan saja di sana,” cegah Cheryl ketus saat melihat Ruth memunguti pecahan pi
“Maaf, aku minta maaf karena belum bisa peka dengan apa yang kamu rasakan. Maaf karena sudah membuatmu cemburu dan sakit hati, Eve,” bisik Gery pelan. Sekarang ini keduanya masih berpelukan, bahkan pelukan itu semakin menguat saat Gery membisikkan kata-kata itu.Gery merasa bersalah. Sebab kemarin pun tadi dirinya tidak menjelaskan apa pun pada Eve. Walaupun apa yang Eve lihat tadi tidak sepenuhnya benar. Eve sepertinya memang tidak melihat kejadian itu sampai akhir hingga akhirnya menyimpulkan begitu.Saat merasa jika Eve sudah lebih tenang, Gery pun mencoba melepas pelukan keduanya. Laki-laki itu menatap dalam dan penuh kasih ke arah netra Eve. Eve lagi-lagi dibuat tersipu karena mendapatkan perlakuan manis dari Gery. Eve lantas menunduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena malu. Kedua tangannya juga saling bertautan dan memelintir ujung bajunya. Gery tersenyum tipis saat melihat bagaimana gemetarnya tangan Eve itu.Entah apa yang membuat Eve begitu malu. Gery tidak tahu. En
“Aku tidak bisa diam saja. Eve kasihan sekali. Dia terlihat sangat sedih tadi. Aku harus melakukan sesuatu sekarang juga!” putus Cindy cepat.“Enak saja mereka sudah buat sahabatku sakit hati tapi tidak merasa bersalah sedikit pun. Dan Gery juga kurang ajar sekali! Dasar laki-laki!” Cindy bersungut-sungut. Rasa kesalnya sungguh tidak bisa ditahan lagi.Dia hanya tidak mau jika sahabatnya bersedih karena Gery atau siapa pun itu. Walaupun Gery adalah kekasih Eve tetapi dia sangat tidak rela jika laki-laki itu menyakiti Eve. Cindy tidak akan tinggal diam jika hal itu terjadi.Cindy masih teringat bagaimana sembab juga merahnya wajah Eve tadi. Ucapannya pun begitu menyayat hati. Rasanya, sahabatnya itu terlihat buruk sekali. Eve sendiri sudah pulang sekarang ini. Karena itulah dirinya berani berkata-kata kasar juga mengumpati kekasih Eve itu.Tanpa menunggu lagi, Cindy bergegas bangkit dari kursinya dan menuju mobilnya. Cindy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah dua ouluh m
Di perjalanan, tepatnya di dalam mobil Gery yang sedang menuju kantor Eve hanya diam membisu. Gery yang melihatnya pun sedikit heran, tetapi dia tidak berniat sedikit pun untuk bertanya. Dia berpikir jika mungkin saja Eve sedang tidak ingin berbicara.Sampai di kantor, Eve pun tak juga bersuara. Wanita cantik itu bahkan langsung turun tanpa berpamitan pada Gery yang masih duduk di kursi kemudi. “Ada apa sebenarnya dengan Eve? Kenapa sikapnya begitu berbeda?” Gery bertanya-tanya, tetapi tak berlangsung lama. Laki-laki itu menggeleng kemudian turun dan masuk ke ruangannya. Di ruangannya, Eve langsung mendudukkan dirinya dengan sedikit kasar di kursi kerjanya. Hatinya sakit. Perasaannya tak keruan sekarang. Dirinya pun bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya sendiri padahal tadi dia sendirilah yang menyetujui permintaan Ny. Andrews. Akan tetapi, sekarang dirinya malah merasa menyesal.Sebenarnya, Eve tidak ingin jika Gery menyadari sikap cemburunya. Namun, entah kenapa sangat sul
Pagi ini, Eve dan Gery memang sudah memiliki janji untuk menjenguk Cheryl yang masih berada di rumah sakit. Keduanya akan pergi bersama. Semua itu atas inisiatif Eve yang ingin menjenguk dan melihat bagaimana keadaan Cheryl sekarang ini. Sebagai sesama wanita, Eve pun merasa sangat iba pada Cheryl. Apalagi setelah tahu jika selama ini wanita cantik berprofesi sebagai model itu tidak terlalu mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Hati Eve ikut sesak mendengarnya. Eve sekarang ini sedang bersiap di kamarnya. Dia sengaja melakukan semua rutinitasnya dengan santai karena Gery sendiri tidak keberatan jika harus menunggunya. Karena itulah Eve sedikit memanfaatkannya untuk bersantai ria.Dering ponselnya membuat Eve harus meletakkan bedak yang baru saja akan dipakainya. Dengan sedikit malas, Eve mengambil ponselnya. Namun, sedetik kemudian senyumnya mengembang saat tahu siapa yang meneleponnya sekarang.Tanpa membuang waktu, Eve lantas menerimanya dan bersuara. “Halo?”“Halo, Eve. Apa ka
“Saya pamit. Semoga Cheryl segera pulih supaya tidak menjadi beban bagi orang lain lagi,” ucap Ny. Daphne seraya menyindir.Ny. Andrews menampilkan senyumannya, dari raut wajahnya tampak dia terpaksa. Ucapan Ny. Daphne memang menohok, cukup membuat Ny. Andrews tak berkutik.“Terima kasih telah berkenan menjenguk Cheryl, Ny. Daphne,” balas Ny. Andrews.“Sama-sama. Sampaikan salam saya ketika dia sadar,” ujar Ny. Daphne.“Baik, Ny. Daphne. Sekali lagi, saya sangat berterima kasih atas kunjungannya.”Ny. Daphne keluar meninggalkan ruangan bersama Sofia. Ny. Andrews mengantarnya hingga depan pintu ruangan. Ny. Andrews menatap kepergian Ny. Daphne dan Sofia hingga mereka menghilang dari pandangannya.Ny. Andrews kembali masuk ke dalam ruangan putrinya. Dia menatap Cheryl dengan intens. Ny. Andrews menginginkan Cheryl segera pulih, dia ingin putrinya kembali seperti sedia kala.Ny. Andrews duduk di samping ranjang. Melihat putrinya yang tak berdaya serta dipenuhi alat medis di badannya memb
Sudah tiga hari Gery rutin menjenguk Cheryl. Dia sebenarnya ingin berhenti saja, tetapi Ny. Andrews terus mengiba. Ny. Andrews ingin Cheryl kembali pulih secepatnya.“Saya sudah berusaha, Tante, tapi Cheryl belum juga pulih seperti semula. Memangnya mau sampai kapan saya harus begini?”Gery tentu saja kesal, karena pekerjaannya juga menjadi terganggu. Eve mengelus tangan Gery, berharap dia lebih sabar lagi untuk membantu kesembuhan Cheryl.“Saya minta maaf karena waktumu terganggu. Tapi mohon, bantu saya sedikit lagi. Saya yakin Cheryl akan segera pulih jika kamu terus menjenguknya ke sini,” ujar Ny. Andrews.“Iya, Gery. Sedikit lagi saja, aku juga yakin Cheryl akan segera pulih,” tambah Eve.Mereka kini tengah berada di rumah sakit, tepatnya dalam ruangan di mana Cheryl dirawat. Gery melirik ke arah Cheryl yang masih terbaring lemah, belum sepenuhnya sadar. Dalam hatinya, Gery berharap Cheryl segera pulih supaya dia tidak perlu berurusan lagi dengan Ny. Andrews.“Baiklah,” ucap Gery
“Eve!” panggil Bu Kate seraya mengetuk pintu kamar putrinya.“Iya, Ibu,” sahut Eve dari dalam.“Ibu boleh masuk?” tanya Bu Kate.“Masuk saja, Ibu,” balas Eve.Eve sedang merias wajahnya dengan sedikit polesan make up. Gadis itu duduk di hadapan cermin, wajahnya tampak sangat cantik. Bu Kate tersenyum ketika melihat putrinya.“Gery sudah menunggu di depan,” ujar Bu Kate.“Benarkah?” tanya Eve.Bu Kate mengangguk, Eve segera merampungkan riasan pada wajahnya. Eve tak mau Gery terlalu lama menunggunya. Eve mengambil tas selempangnya, lalu memakai sepatu.“Kalau begitu, Eve pergi dulu,” pamit Eve.Eve berpamitan pada Bu Kate, dia berjalan menuju depan rumahnya. Ternyata benar saja, Gery sudah duduk ditemani secangkir kopi.“Sudah selesai?” tanya Gery.Eve mengangguk, Gery tersenyum tipis. Gery masuk ke dalam terlebih dahulu untuk berpamitan pada Bu Kate. Setelahnya, Gery dan Eve berjalan menuju mobil yang telah terparkir.Gery membukakan pintu mobil untuk Eve. Setelah itu, dia mengitari m