"Apa? menikah? Tidak! Pa, bukankah sudah kubilanga aku tidak menyetujui perjodohan ini? Kenapa papa masih melanjutkan perjodohan ini ?!" teriak pak Arka saat sang ayah dengan santainya bilang jika bulan depan dia harus menikah dengan Jenny. PYAR... Jenny, pak Arka dan ayah Arka langsung menatap kearah OB yang baru saja datang untuk mengantar minum. "Kamu bisa bekerja tidak sih?" teriak Jenny pada OB yang sudah menjatuhkan gelas hingga pecah itu. "M-maaf. Saya akan membersihkan gelas.. Akh!" Pak Arka langsung berdiri menghampiri OB yang tangannya terluka saat membersihkan pecahan gelas itu. Biasanya dia tidak peduli dengan siapapun tapi entah kenapa saat melihat tangan OB ini terluka membuat nya panik. "Kamu gapapa? Oh tangan mu berdarah!" OB itu melotot kaget saat tiba-tiba pak Arka menarik tangannya, menyesap darah yang keluar dari luka ditangannya. "Kenapa melihat raut wajahnya yang begitu khawatir membuat jantungku berdetak begitu cepat?" batin Naya, sosok orang yang menyam
Naya menatap sendu sang ibu yang terbaring lemah diatas ranjang pesakitan. Tangannya sejak tadi tidak lepas menggenggam tangan dingin sang ibu, air matanya juga tidak bisa berhenti mengalir deras. "Hiks ibu, aku mohon bangunlah. Hiks jangan tinggalin Naya. hanya ibu satu-satu nya yang aku punya di dunia ini hiks, Ibu." "Bagaimana keadaan ibu Naya? Apa dia sudah Sadar?" tanya pak Arka yang baru saja datang bersama ibunya pada Jihan. "Ibunya belum sadar, Naya juga masih didalam pak. Sejak kemarin dia tidak mau makan, aku sudah membujuknya tapi dia kekeh tidak mau keluar dari ruang inap ibunya," jawab Jihan dengan wajah khawatir nya. Sekarang hanya Jihan yang menunggu diruang tunggu. Sina dan Dahya harus masuk sekolah sedangkan Yuna menemani Juna yang sakit karena terlalu banyak mendonorkan darah untuk ibu Naya kemarin. "Boleh aku masuk?" tanya pak Arka yang langsung dibalas anggukan oleh Jihan. "Mama tunggu sebentar disini, aku akan masuk kedalam," pamit nya sebelum masuk kedalam.
2 minggu kemudian... Kondisi ibu Naya sudah mulai membaik, beliau juga sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah 1 minggu dirawat, bahkan sekarang pun beliau juga sudah membuka kedai nya walaupun Naya sudah melarangnya. "Akh," rintihnya merasakan sakit dibekas luka tusukan saat mengangkat beberapa bahan masakan. "Ibu, sudah aku bilang ibu diam saja. Ini biar aku yang kerjakan," sahut Naya dengan raut wajah khawatirnya. "Tapi kamu pasti lelah Nay. Seharian ini kamu sudah membantu ibu." "Tak apa. Sudahlah ibu duduk saja biar aku yang melanjutkan ini." "Ada pelanggan. Biar aku yang layani bu." "Selamat malam ada yang bisa saya... Pak Arka?" Kaget Naya saat melihat ternyata pak Arka yang baru saja datang ke kedainya. "Nay." "Maaf kedai sudah tutup." "Nay tunggu," cegah pak Arka saat Naya ingin kembali masuk kedalam. "Ada yang ingin aku bicaraka." "Maaf pak saya sibuk." "Nay, please." . . . "Kalau tidak ada yang mau di bicarakan saya pergi," sahut Naya mengeluarkan s
Kabar pernikahan antara Arka dan Jenny sudah mulai terdengar di seantero indonesia. Keduanya merupakan anak dari pemilik perusahaan terkenal, itulah alasan kenapa banyak sekali acara tv yang membicarakan tentang pernikahan mereka yang akan digelar lusa. "Kamu gapapa ?" tanya Juna pada Naya yang seketika hanya diam setelah melihat berita itu. "Memangnya aku kenapa?" tanya Naya balik sambil meminum minumannya. "Tidak usah di tutup tutupi. Aku tahu isi hatimu." "Tahu apa kamu tentang hatiku ?" "Hatimu mengatakan jika dia sedang tidak baik baik saja sekarang. Hatimu mengatakan jika dirinya masih menyimpan rasa untuk seseorang yang berada didalam layar itu," jawab Juna menunjuk layar tv yang menampilkan sosok pak Arka. "Ckk asal kamu tahu. Hatiku masih untukmu, Jun." "APA?" Seketika tawa Naya pecah, dia tidak benar-benar serius mengatakan itu. Dia bahkan sudah membuang jauh jauh juna dari dalam hatinya dan menggantikannya dengan seseorang yang baru saja muncul di layar tv itu. Pad
Hari ini acara pernikahan pak Arka dan Jenny digelar. Acara dilaksanakan dengan sangat privat, hanya orang orang penting yang datang pada acara itu bahkan media pun tidak diziinkan untuk datang. "Arka," panggil ibunya pada anaknya yang sedang berdiri diam didepan jendela balkon hotel. "Kamu sangat tampan, Nak," lanjutnya sambil merapikan tuxedo pak Arka. "Arka apa kamu yakin dengan pernikahan ini ?" "Bu." "Maaf, ibu tahu pertanyaan ibu akan membuatmu semakin sulit, tapi ibu hanya takut kamu menyesal nantinya nak. Ibu ingin kamu bahagia." "Ibu tidak perlu memikirkan itu. Aku tidak apa apa bu. selama ibu bahagia maka aku akan bahagia." "Arka cepat acaranya sudah akan dimulai," teriak ayahnya dari luar kamar. "Ibu ayo kita turun." "Kamu duluan saja. Ibu ingin merapikan dandanan ibu.
3 tahun kemudian... Naya dengan formalnya berjalan menyusuri lorong gedung sekolah nya dulu. Hari ini adalah hari wisuda nya tapi Arka yang notabene nya adalah tunangannya itu tidak datang ke acara wisudanya padahalsebelumnya dia sudah berjanji untuk datang. 3 tahun lalu, tepatnya setelah lulus SMA, Naya langsung berkuliah disalah satu universitas dengan bantuan keluarga Arka yang membiayainya. Saat diujung lorong, tepat beberapa langkah sebelum sampai di kelasnya dulu, Naya melihat sekumpulan murid-murid. Karena penasaran akhirnya gadis itupun berjalan menghampiri kerumunan itu. "Pak Arka, Tolong terima cinta saya." "Iya,pak. Setidaknya terimalah surat cinta dari kami." "Saya benar-benar menyukai pak Arka. Tolonglah jadi kekasih saya.""Siapa yang akan kalian jadikan kekasih?" Sahut Naya, gadis itu berjalan membelah kerumunan murid-murid tadi dan berdiri tepat disamping pria yang sejak
"Kamu ngapain disini? Dan apa maksud kamu yang bilang kamu jadi wali kelas tadi?" Saat ini Arka sedang berada diruang lab bersama Naya. Beberapa menit yang lalu saat Arka sedang mengajar disalah satu kelas, tiba-tiba Naya datang dan memperkenalkan dirinya sebagai wali kelas yang baru disana. Hal itu tentu saja membuat Arka terkejut. Lantas pria itu langsung menarik tangan tunangannya keluar kelas dan membawanya ke ruang lab yang saat ini sedang kosong. "Mulai hari ini aku akan menjadi wali kelas sementara menggantikan Miss Anna yang sedang cuti hamil." "Apa? Bagaimana bisa?!" Pekik Arka dengan raut wajah terkejutnya. Bagaimana bisa Naya tiba-tiba menggantikan Miss Anna sedangkan Naya saja tidak pernah melamar pekerjaan menjadi seorang guru atau mempunyai pengalaman sebagai seorang guru. Melihat keterkejutan sang tunangan, Naya mencoba menjelaskan semuanya secara perlahan. Sebenarnya beberapa hari yang lalu tepatnya setelah melihat Arka dikerumuni dan disuka hampir semua murid perem
Juna dan Yuna hanya bisa duduk diam sambil menunduk. Saat ini sepasang kekasih itu tengah diintrogasi oleh Naya yang sejak tadi terus melayangkan pertanyaannya tanpa henti. Bahkan untuk menjawab satu pertanyaan saja rasanya susah mengingat Naya tidak berhenti mengoceh. Disamping Naya duduk ada Arka dan Jihan yang juga ikut diam mendengar celotehan wanita itu. "Kenapa diam? Aku sudah berbicara panjang kali lebar kali tinggi tapi kalian hanya diam? Kalian tidak ingin menjelaskan sesuatu padaku?" Tanya Naya untuk terakhir kalinya setelah cukup lelah terus mengoceh sejak tadi. Arka yang sudah ingin bersuara pun langsung di minta diam oleh wanita itu. Alhasil Arka kembali diam menutup mulutnya rapat-rapat. Saat ini Naya sedang dalam mode galak jadi lebih baik diam jika tidak ingin terkena masalah. Disisi lain Juna dan Yuna tampak saling menyenggol tangan satu sama lain. Mereka terus meminta satu sama lain untuk berbicara terlebih dulu. Jihan yang merasa suasana di
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit. Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya. "Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka. Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak pe
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
Tidak terasa hari yang ditunggu pun akhirnya besok tiba. Hari ini adalah hari terakhir Arka dan Naya dipingit sebelum besok mereka mengucapkan janji suci pernikahan. 3 hari tidak bertemu dengan Naya membuat Arka sangat frustasi. Pria itu terlihat sangat merindukan calon istrinya bahkan beberapa kali ia berniat ingin mendatangi Naya diam-diam namun niatnya itu harus tertangkap basah oleh ibunya. "Arka! Harus berapa kali sih mama bilang, sabar nak. Besok juga kamu bertemu dengan Naya. Kenapa kamu sangat sulit diberitahu sih?" marah sang ibu pada Arka yang lagk-lagi tertangkap basah ingin pergi dari rumah menemui Naya. Sang ayah yang juga berada disana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Ayah Arka sendiri tidak ikut memarahi Arka karena pria itu tahu dan sudah merasakan bagaimana rasanya menahan rasa rindu. Dulu sebelum menikah dengan ibu Arka, Ayah Arka juga menjalani masa pingitan. Namun dulu ia harus menahan 1 minggu tidak bertemu dengan istrinya. "Ma, kenapa si
2 minggu kemudian....Sesuai ucapannya waktu itu, 1 minggu sebelum pernikahan Naya, Juna dan Yuna akan berangkat ke jakarta. Malam ini mereka akan berangkat ke jakarta sesuai tiket yang sudah dipesan oleh Juna. Sebelum berangkat ke bandara, mereka memutuskan untuk mampir membeli kado pernikahan terlebih dulu karena takut jika tidak akan sempat membeli kado nantinya di jakarta.Disebuah toko brand ternama yang berada didalam mall, Yuna terlihat sibuk mencari kado mana yang ingin ia beli untuk Naya. Wanita itu sangat bingung ingin membeli apa mengingat Naya merupakan orang yang sangat simple. Naya tidak mungkin menyukai sesuatu yang mewah."Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pegawai toko itu."Oh, begini mbak. Saya ingin membeli kado pernikahan untuk teman saya. Orang nya itu tidak terlalu suka sesuatu yang mewah, kira-kira mbak ada saran nggak ya?" balas Yuna. Walaupun sebenarnya wanita itu malu menanyakan hal itu, tapi ia terpaksa bertanya daripada menghabiskan waktunya
"Kamu sudah mengirim undangan pada Juna dan Yuna?" tanya Naya. Saat ini gadis itu sedang dalam perjalanan pulang setelah bertemu dengan desainer yang merancang gaun serta jas pernikahannya dengan Arka.Semalam Naya sudah meminta Arka untuk mengirim undangan pernikahan mereka pada Juna dan Yuna melalui email. Tapi tampaknya Arka lupa mengirimnya. Jika sudah, pasti Yuna atau Juna akan langsung menghubungi Naya, tapi nyatanya tidak. Berarti itu tandanya Arka belum mengirim undangan itu pada Juna dan Yuna."Aku lupa, nanti sampai rumah aku kirim. Oh iya, malam ini menginap di apartemenku lagi?" Naya menggeleng, beberapa hari ini mereka memang sering menginap di apartemen untuk mengurus semua persiapan pernikahan mereka. "Sepertinya malam ini aku tidur di rumah. Kasihan ibu dirumah sendirian.""Bagaimana kalau aku yang menginap di rumahmu? Selama ini aku belum pernah menginap di rumahmu. Hitung-hitung sekalian pendekatan dengan ibumu.""Aku akan tanyakan pada ibu dulu."Arka mengangguk.
"Menikah? Bulan depan?"Kedua orang tua Arka dan ibu Naya tampak terkejut saat mendengar Arka mengatakan jika ia dan Naya ingin menikah bulan depan. Semalam setelah berdiskusi berdua, akhirnya mereka memutuskan untuk menikah bulan depan. Maka dari itu Naya langsung menghubungi ibunya dan memintanya pulang untuk membahas masalah ini dengan orang tua Arka."Arka, kamu tidak berbuat hal terlarang pada Naya kan?" tanya ayah Arka. Pria paruh baya itu berfikir jika mungkin anaknya sudah berbuat hal terlarang pada Naya, maka dari itu Arka mendadak ingin menikahi Naya.Ibu Naya yang kebetulan duduk disamping ibu Arka cukup terkejut dengan ucapan ayah Arka. Wanita paruh baya itu bahkan langsung menatap Naya sambil meminta penjelasannya, apakah yang dikatakan ayah Arka itu benar atau tidak.Dengan panik Arka dan Naya pun menggeleng. Walaupun mereka sering tinggal satu apartemen yang sama, tapi mereka tidak pernah melakukan hal itu. "Tidak, pa. Aku dan Naya tidak mungkin melakukannya sebelum re
Pukul 8 malam Naya dan yang lainnya sudah sampai dijakarta. Jihan bersama Dahya dan Sina langsung pulang menggunakan taxi online, sedangkan Arka dan Naya masih menunggu jemputan. Rencananya malam ini Naya akan menginap di apartemen Arka karena sebelum berangkat ke jakarta tadi, ibu Naya mengiriminya pesan jika beliau harus menginap dirumah saudara yang ada dibandung karena menunggu saudara yang sedang sakit. Naya yang tidak berani tinggal dirumah sendirian pun memutuskan untuk menginap di apartemen Arka."Itu sudah datang, kamu masuk duluan saja. Barangmu biar aku masukkan bagasi," ucap Arka pada Naya.Naya mengangguk. Setelah memasukkan koper miliknya dan Naya kedalam bagasi, Arka pun segera masuk kedalam mobil. Pria itu sudah ingin cepat-cepat sampai di apartemen kemudian istirahat. Walaupun perjalanan Bali jakarta hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 2 jam, Arka merasa sangat lemas karena di pesawat tadi dia melihat ada penumpang yang mabuk perjalanan.Setelah menempuh perjalan
"Jihan, udah belum? Aku buka ya?" teriak Naya.Hening, tidak ada sautan dari Jihan atau yang lainnya. Karena merasa sudah cukup lama ditutup matanya, Naya pun langsung membuka kain penutup matanya. Sontak wanita itu terkejut saat melihat tidak ada siapapun disana. Naya mulai berteriak memanggil nama temannya satu persatu, namun sayangnya tidak ada satupun temannya yang menyaut. Hingga beberapa saat kemudian datang seorang gadis memberinya sebuah kertas. "Ini titipan dari teman kakak yang namanya Jihan," ucap gadis itu sebelum kemudian melangkahkan kakinya pergi.Tanpa berfikir panjang akhirnya Naya pun membaca tulisan yang berada di kertas itu. Dalam kertas tertulis perintah yang memintanya berjalan beberapa puluh meter kearah barat. Tidak ingin penasaran, Naya pun mengikuti perintah itu. Ia berjalan pelan menyusuri tepi pantai sesuai perintah pada kertas tadi.Hingga akhirnya netranya menemukan seorang pria yang berdiri membelakanginya. Tanpa bertanya Naya pun tahu siapa pria itu,
"Arka!"Juna yang baru saja pulang dari bertemu dengan temannya tidak sengaja melihat Arka di lobby hotel. Dengan lengkap cepat pria itu berjalan menghampiri Arka yang berdiri beberapa langkah satunya. Sebuah senyuman tercetak jelas dibibir Juna ketika pria itu sudah berdiri tepat didepan Arka. Berbeda sekali dengan Arka yang tampak malas melihat keberadaan Juna."Kamu darimana dan mau kemana? Kalau ada waktu, boleh mengobrol sebentar? Ada yang ingin aku bicarakan. Hanya sebentar kok, tidak lama."Pada akhirnya Arka mengangguk, pria itu pergi bersama Juna ke restautant yang terletak dipinggir pantai. Setelah memesan beberapa minuman, Arka yang tidak sabaran ingin segera kembali ke kamarnya meminta Juna untuk cepat mengatakan apa yang ingin dikatakan."Sebelumnya aku mau minta maaf kalau mungkin aku ada salah padamu. Mulai sekarang aku akan menetap disini bersama Yuna. Sebelum kamu dan yang lainnya kembali ke jakarta, aku ingin meluruskan semua kesalahpahaman yang mungkin terjadi diant